Muhammad Dimyathi
Abuya KH. Muhammad Dimyathi bin Syeikh Muhammad Amin Al-Bantani (bahasa Arab: أبويا كياهى الحاج محمد دمياطى بن الشيخ محمد أمين البنتني), atau yang lebih dikenal dengan Abuya Dimyathi (7 Februari 1926 – 3 Oktober 2003) adalah seorang ulama asal Banten.[1] Beliau merupakan ayah dari Abuya KH. Ahmad Muhtadi Dimyathi (أبويا كياهى الحاج أحمد مهتدى دمياطى).[2] Beliau (Abuya Dimyathi) juga merupakan guru dari Abuya KH. Uci Turthusi (Cilongok - Pasar Kemis - Tangerang). Kehidupan awalAbuya Dimyathi lahir di Banten. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Amin dan Hj. Ruqayyah.[3] Masa pendidikanSejak kecil Abuya Dimyathi sudah menampakan kecerdasan dan keshalihannya. Beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya, menjelajah tanah Jawa hingga ke pulau Lombok untuk menuntut ilmu. Kehidupan pribadiAbuya Dimyathi menikah dengan Hj. Asma. Buah hati dari pernikahannya, Beliau dikaruniai beberapa anak. Diantaranya Abuya Ahmad Muhtadi.[4] Mendirikan pesantrenAbuya Dimyathi merintis pesantren di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten sekitar tahun 1965, dan telah banyak melahirkan ulama-ulama ternama seperti Habib Hasan bin Ja'far Assegaf yang sekarang memimpin Majelis Nurul Musthofa di Jakarta dan (alm) Abuya Uci Turtusi yang memimpin Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah di Cilongok Sukamantri, Pasar Kemis, Tangerang yang wafat pada tahun 2021. Dalam perilaku sehari-hari beliau tampak tawadhu, zuhud dan ikhlas. Banyak dari beberapa pihak maupun wartawan yang coba untuk mempublikasikan kegiatannya dipesantren selalu ditolak dengan halus oleh Abuya Dimyathi, begitu pun ketika beliau diberi sumbangan oleh para pejabat selalu ditolak dan dikembalikan sumbangan tersebut. Hal ini pernah menimpa Siti Hardijanti Rukmana yang memberi sumbangan sebesar 1 milyar. Tetapi oleh Abuya Dimyathi ditolak. Kontroversi
Abuya Dimyathi dikenal sebagai salah satu orang yang sangat teguh pendiriannya.[5] Sampai-sampai karena keteguhannya ini,[yang mana?][kenetralan diragukan] Ia pernah dipenjara pada zaman Orde Baru. Pada tahun 1977 Abuya Dimyathi sempat difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara.[5] Hal ini disebabkan Abuya Dimyathi sangat berbeda prinsip[yang mana?][diragukan ] dengan pemerintah ketika terjadi pemilu di tahun tersebut. Abuya Dimyathi dituduh menghasut dan anti pemerintah. Abuya Dimyathi pun dijatuhi vonis selama 6 bulan. Namun 4 bulan kemudian beliau keluar dari penjara.[5] Karya-karyaBeberapa kitab yang dikarang oleh Abuya Dimyathi. Diantaranya adalah:[6]
WafatAbuya Dimyathi meninggal dunia pada 3 Oktober 2003 pukul 03.00 wib di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten.[7] ReferensiCatatan Kaki
|