Penduduk asli di kepulauan Maluku, termasuk kabupaten Maluku Barat Daya adalah suku Tanimbar.[3] Budaya yang kental masih dijalankan oleh suku Tanimbar ialah budaya Duan – Lolat. Budaya ini berhubungan dengan status sosial dari hubungan perkawinan, dimana, dalam budaya Duan – Lolat, perkawinan menjadi dasar dalam menentukan status sosial calon mempelai.[3] Dan di pulau-pulau terdepan di Kabupaten Maluku Barat Daya, sejumlah sastra tradisional masih hidup dan menyatu bersama kebudayaan lainnya. Beberapa diantaranya seperti sastra tradisi tiarki (tiarti atau tiarka), nyertatat, nyerulor, dan nyerariem.[4]
Dalam bidang keagamaan, Badan Pusat Statistik kabupaten Maluku Barat Daya tahun 2021 mencatat keadaan penduduk dalam hal keagamaan. Mayoritas warga di kecamatan ini memeluk agama Kristen yakni 96,16% (Protestan 94,65% dan Katolik 1,51%), sebahagian lagi memeluk agama Islam 3,80%, kemudian Hindu dan kepercayaan 0,04%.[2] Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 35 gereja Protestan, 1 masjid dan 1 gereja Katolik.[2]
Ekonomi
Pada umumnya warga di kecamatan ini bekerja sebagai petani, dan sebahagian merupakan buruh, PNS, anggota TNI dan Polri, pedagang, guru, dan nelayan. Kabupaten Maluku Barat Daya, berbatasan dengan negara tetangga yakni Timor Leste, sehingga beberapa kampung di kabupaten Maluku Barat Daya bahkan melakukan interaksi jual beli di Timor Leste.[4]