MbetapaMbetapa (Speothos venaticus), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bush dog adalah spesies canine yang memiliki wajah dan telinga seperti beruang.[1]Hewan ini berasal dari kawasan Amerika Tengah dan Selatan.[2][3] Meskipun memiliki sebaran yang cukup luas, populasi mbetapa tergolong sangat langka di sebagian besar wilayah. Saat ini, mereka hanya memiliki populasi yang signifikan di Suriname, Guyana, dan Peru.[3][4] Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh Peter Wilhem Lund, berdasarkan fosil yang ditemukan di gua-gua di Brasil. Sebelumnya, hewan ini dianggap telah punah.[4] Mbetapa bukan anjing, hewan ini hanya sefamili dengan anjing.[5]
Mbetapa merupakan satu-satunya spesies dalam genus Speothos. [2] Bukti genetik menunjukkan bahwa kerabat terdekatnya yang masih hidup adalah kalak, yang dapat ditemukan di bagian tengah Amerika Selatan[7] serta Iganyana dari Afrika.[8] Spesies ini saat ini terdaftar sebagai Hampir Terancam oleh IUCN.[9][10][11] EtimologiMbetapa berasal dari kata mbetapa (nama spesies ini di habitat aslinya) dari bahasa Aché.[12] KarakteristikMbetapa dewasa memiliki bulu yang lembut dan panjang, dengan warna coklat kecoklatan yang berpadu kilauan kemerahan di bagian kepala, leher, punggung, serta ekor. Bagian bawah tubuhnya tampak lebih gelap, meskipun ada kalanya area tenggorokan berwarna lebih cerah. Sementara itu, mbetapa yang masih muda umumnya memiliki bulu hitam yang lebih merata di seluruh tubuh mereka.[4] Mbetapa dewasa biasanya memiliki panjang tubuh yang mencapai sekitar 57-75 cm (22-30 inci), dengan panjang ekor antara 12,5-15 cm (5-6 inci). Tinggi bahu mereka bervariasi antara 20-30 cm (8-12 inci) dan berat mereka berkisar antara 5-8 kg (11-18 lb).[13] Kaki mereka tampak relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan tubuhnya. Moncong hewan ini tidak terlalu panjang, dan mereka juga memiliki telinga yang terbilang kecil.[4] Gigi mbetapa dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan karnivora mereka, menjadikannya sebuah keunikan bagi anggota Canidae yang berasal dari benua Amerika. Berikut formula pergigian mereka 3.1.4.13.1.4.2 dengan total 38 gigi.[4] formula ini terbilang cukup unik. Hanya ada tiga spesies canidae yang memilikinya, di mana dua di antaranya adalah ajak dan iganyana. Selain memiliki gigi yang tajam, gigi carnassial bagian bawahnya juga dilengkapi dengan tonjolan yang berfungsi untuk memperpanjang bilah pemotongnya.[4] Baik hewan jantan maupun betina memiliki kelenjar yang memproduksi bau tajam di kedua sisi anus mereka. Betina memiliki empat pasang puting susu.[4] Selain itu, hewan ini juga dilengkapi dengan selaput di sebagian jari kaki mereka, yang membantu meningkatkan kemampuan berenang mereka.[14] GenetikSpeothos memiliki jumlah kromosom diploid sebanyak 74,[15] yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghasilkan hibrida subur dengan spesies canidae lainnya. Agihan dan habitatMbetapa dapat ditemukan di Kosta Rika[16] yang terletak di Amerika Tengah, serta di sebagian besar wilayah Amerika Selatan di sisi timur Andes. Populasi mereka meluas hingga Bolivia tengah, Paraguay, dan Brasil bagian selatan. Secara umum, mereka mendiami hutan dataran rendah hingga ketinggian 1. 900 meter (6. 200 kaki),[4] serta sabana basah yang berada di dekat sungai. Selain itu, mereka juga dapat ditemui di daerah padang rumput terbuka yang lebih kering di Cerrado.[3] Jangkauan historis spesies ini mungkin pernah meluas hingga mencapai utara Kosta Rika, di mana spesies ini masih dapat ditemukan di habitat-habitat yang cocok untuk mereka.[3][17][18] Hasil observasi terkini yang dilakukan secara berulang terhadap mbetapa menunjukkan bahwa hewan ini ditemukan di bagian timur laut Taman Nasional Barbilla dan tenggara Taman Internasional La Amistad di Kosta Rica. Penemuan ini juga mencakup sebagian besar Pegunungan Talamanca, dengan jangkauan mencapai 120 km ke arah barat laut dan utara, pada ketinggian yang mencapai 2. 119 m (6. 952 kaki).[19] Ditemukan pula fosil-fosil hewan ini juga ditemukan di pesisir timur situs Manzilla, Trinidad, yang diperkirakan berasal dari rentang waktu antara tahun 300 hingga 900 Masehi (Zaman Keramik Akhir).[20] Terdapat tiga subspesies mbetapa:[2][4]
KebiasaanMbetapa adalah hewan karnivor yang aktif berburu mangsanya di siang hari. Hewan ini memangsa berbagai jenis hewan, seperti paka, agouti, akousi, kapibara, dan semua rodensia besar lainnya.[15] Meskipun mereka mampu berburu secara individu, sering kali mereka juga terlihat berburu dalam kawanan kecil. Mbetapa mampu menjatuhkan mangsa yang berukuran lebih besar, termasuk pekari dan nyandu. Terdapat laporan yang menyebutkan bahwa enam ekor mbetapa berhasil memburu seekor tapir seberat 250 kg (550 pon). Mereka membuntuti hewan tersebut dan menggigit kakinya hingga hewan itu tumbang. Saat berburu paka, sebagian kawanan mengejarnya di darat sementara yang lainnya menanti di air, tempat di mana paka sering kali melarikan diri.[4] Mbetapa adalah salah satu spesies canidae yang ditemukan di Amerika Selatan dan dikenal sebagai hewan yang sangat sosial. Mereka biasanya mencari perlindungan di bawah kayu gelondongan atau di liang, seperti sarang yang digunakan oleh armadilo. Satu kelompok mbetapa terdiri dari pasangan jantan dan betina beserta kerabat mereka. Mbetapa memiliki daya jelajah seluas 3,8 hingga 10 kilometer persegi (1,5 hingga 3,9 mil persegi).[4] Hanya pasangan mbetapa dewasa yang terlibat dalam proses perkembangbiakan, sementara anggota kelompok lainnya berperan sebagai bawahan yang membantu merawat dan menjaga anak-anak mbetapa.[23] Sekelompok mbetapa seringkali berkomunikasi satu sama lain dengan rengekan. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan jarak pandang mereka di antara semak-semak yang menjadi tempat berburu mangsa.[24] Ketika memakan mangsa yang besar, pasangan mbetapa akan menempatkan diri mereka di kedua ujung mangsa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan anak-anak mbetapa dalam mengeluarkan isi perut mangsa tersebut.[4] PerkembangbiakanMbetapa dapat kawin sepanjang tahun, dengan periode masa berahi yang berlangsung hingga dua belas hari, terjadi setiap 15 hingga 44 hari.[25] Seperti halnya banyak spesies canidae lainnya, perkawinan mbetapa melibatkan ikatan kopulasi (gancet).[25] Selain itu, penandaan urin memiliki peran penting dalam perilaku pra-kopulasi mereka.[26][27] Masa kehamilan mbetapa berkisar antara 65 - 83 hari, dan biasanya melahirkan antara tiga hingga enam anak. Namun, terdapat pula laporan tentang kelahiran yang lebih banyak, yaitu hingga sepuluh ekor.[4] Anak mbetapa dilahirkan dalam keadaan buta dan tak berdaya, dengan berat antara 125 hingga 190 gram (4,4 hingga 6,7 ons). Mereka memerlukan waktu antara 14 hingga 19 hari untuk mata mereka terbuka. Setelah matanya terbuka, anak mbetapa akan mulai keluar dari sarangnya.[4] Anak-anak mbetapa disapih pada usia empat minggu. Mbetape muda biasanya mencapai kematangan seksual sekitar umur satu tahun.[28] Hewan ini dapat hidup hingga sepuluh tahun jika dipelihara di penangkaran.[4] Status konservasiMbetapa merupakan salah satu jenis canine yang belum banyak dipelajari (diteliti). Upaya untuk melestarikan hewan ini masih berada pada tahap awal. Karena kelangkaannya, ketika tulang mbetapa ditemukan di sebuah gua pada tahun 1839, ahli paleontologi Peter Wilhelm Lund secara keliru mengira bahwa spesies ini telah punah.[9] Namun, individu-individu yang masih hidup akhirnya berhasil ditemukan. Penelitian telah mengungkap bahwa anjing ini memiliki sifat generalis dan mampu berkembang biak di berbagai jenis habitat. Namun, tantangan konservasi muncul akibat padatnya habitat dan kondisi populasi yang jarang serta tersebar, sehingga membuat mereka sulit untuk ditemukan. Anjing semak memerlukan wilayah yang luas dan tidak terganggu untuk mendukung gaya hidup sosial mereka. Di samping itu, mereka juga dikenal memiliki sifat yang sangat pemalu. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengklasifikasikan mbetapa sebagai spesies yang Hampir Terancam (Near Threatened) akibat penurunan populasi sebesar 20-25% dalam 12 tahun terakhir.[11] Ancaman utamanya meliputi hilangnya habitat, terutama disebabkan oleh penebangan hutan untuk kayu, lahan pertanian, dan produksi kelapa sawit. Selain itu, hilangnya mangsa akibat perburuan oleh manusia dan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh anjing domestik juga menjadi faktor yang memperburuk keadaan hewan ini. Kehilangan habitat, terutama yang disebabkan oleh penebangan hutan secara liar di Amazon, merupakan ancaman yang paling mendesak. Selain itu, penularan penyakit dari anjing peliharaan yang tidak divaksinasi juga semakin menjadi perhatian seiring dengan meningkatnya aktivitas perambahan manusia. Perburuan mbetapa dianggap ilegal di banyak wilayah tempat mereka tersebar, termasuk di negara-negara seperti Kolombia, Ekuador, Brasil, Guyana Perancis, Paraguay, Peru, Bolivia, Panama, dan Argentina. Namun, Guyana dan Suriname tidak memiliki larangan secara spesifik terhadap perburuan hewan ini. Selain itu, banyak negara lain di daerah persebaran mbetapa juga menghadapi tantangan dalam menegakkan hukum perlindungan satwa liar yang ada. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan melindungi mbetapa, para ilmuwan melakukan eksperimen dengan berbagai metode pemantauan. Penggunaan kamera tersembunyi ternyata kurang efektif, mengingat sifat elusif hewan ini. Akhirnya, para ahli memutuskan untuk menggunakan metode penciuman anjing pelacak untuk mendeteksi liang mbetapa.[10] Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam mengenai kehidupan mbetapa di habitat alaminya, termasuk informasi tentang mangsa utama serta interaksi dalam kelompok, terutama saat anak mbetapa meninggalkan kawanan. Kawasan lindung, seperti Taman Nasional Yasuni, memiliki potensi untuk mendukung kelangsungan populasi yang stabil. Dalam perkembangan yang positif, mbetapa baru-baru ini berhasil terekam oleh kamera perangkap di Pegunungan Talamanca, Kosta Rika pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa mbetapa mungkin mulai memperluas jangkauan mereka ke arah utara dan ke daerah yang lebih tinggi. Temuan ini mengindikasikan bahwa dengan adanya upaya konservasi yang sungguh-sungguh, populasi mbetapa dapat stabil atau bahkan mengalami peningkatan. Referensi
Bibliografi
Pranala luarWikispecies mempunyai informasi mengenai Speothos. Wikimedia Commons memiliki media mengenai Speothos venaticus. |
Portal di Ensiklopedia Dunia