Mati Diop
Mati Diop adalah seorang aktris dan sutradara film Perancis-Senegal yang lahir pada tanggal 22 Juni 1982. Dia menyutradarai empat film pendek pertamanya saat mengunjungi Le Fresnoy dans Le Pavillon (Palais de Tokyo). Filmnya, Mille Soleils (2013), merupakan penghormatan kepada Touki Bouki, sutradara sinema legendaris Senegal Djibril Diop Mambéty, yang merupakan pamannya. Diop meraih penghargaan ganda di Rotterdam yaitu Tiger Award untuk Film Pendek Atlantiques pada tahun 2010 dan Big in Vietnam pada tahun 2012.[1] Ia menjadi sutradara wanita kulit hitam pertama yang dipertimbangkan untuk Palme d'Or, penghargaan tertinggi di Festival Film Cannes melalui debut film utama Atlantics yang disutradarainya pada tahun 2019. Atlantics membawa pulang Grand Prix di Cannes.[2] Masa KecilParis, Prancis adalah tempat Diop dilahirkan. Ibunya, Christine Brossard, adalah seorang fotografer dan kolektor seni, sedangkan ayahnya, Wasis Diop, adalah seorang musisi. Dia adalah keponakan dari Djibril Diop Mambéty, seorang sutradara film. Dia sering berpindah-pindah antara Senegal dan Prancis ketika masih kecil, untuk mengembangkan identitas transnasional.[3] Karir dan PenghargaanMati Diop menghabiskan tahun 2014–2015 sebagai anggota di Radcliffe Institute for Advanced Study.[4] Dia menulis skenario untuk film fitur pertamanya Fire, Next Time, saat berpartisipasi dalam Program Beasiswa Pusat Studi Film eksklusif di institut tersebut.[4] Sepanjang karir akting Mati Diop, ia telah berperan dalam beberapa film yaitu 35 Shots of Rum (2008) oleh Claire Denis, Simon Killer (2012) oleh Antonio Campos, Fort Buchanan (2014) oleh Benjamin Crotty, dan Hermia y Helena (2015) oleh Matias Piñeiro.[5] Penampilannya mulai dikenal dalam film 35 Shots of Rum (2008), di mana ia menerima nominasi untuk kategori aktris paling menjanjikan di Lumières Awards.[6] Sebagai penulis dan aktris, Dia pertama kali mendapat pengakuan dari pengulas asing dan penggemar film atas penampilannya dalam kriminal drama Antonio Campos tahun 2012 "Simon Killer," di mana dia dianugerahi penghargaan AFI FEST Special Mention for Performance (penulisan dan akting).[7] Seni dan TemaKarya Diop sering membahas pasca-kolonialisme, imigrasi, pengalaman perempuan, dan trans-nasionalisme dalam kaitannya dengan Afrika Utara dan Eropa, menurut Lindsay Turner pada artikelnya tentang karya Diop hingga Atlantics (2019).[8] Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Metal, Diop mengungkapkan bahwa karena perbedaan kemampuan untuk memahami budaya Prancis dan Afrika, maka Ia mendekati elemen sinematografi dan sastra filmnya dari berbagai sudut.[9] Referensi
|