Artikel ini mendokumentasikan suatu bencana terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai bencana ini untuk semua bidang.
Letusan Gunung Lewotobi 2024
Gambar satelit letusan Lewotobi Laki-laki pada 5 November 2024, diambil oleh NASA
Letusan Gunung Lewotobi November 2024 terjadi pada 3 November 2024 di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Setidaknya 10 orang yang berada di sekitar gunung ditemukan tewas, 63 luka-luka, dan puluhan rumah terbakar.[1][2] Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, lebih dari 2.700 keluarga atau 12.200 orang mengungsi dan terkena dampaknya.[3] Letusan ini merupakan peristiwa terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia sejak Letusan Gunung Semeru 2021.[4]
Latar belakang
Gunung Lewotobi adalah sebuah kompleks gunung berapi dengan dua puncak yang hampir sama tinggi, Puncak tertinggi Lewotobi dinamakan Gunung Lewotobi Perempuan (1.703 meter diatas permukaan laut) dan puncak yang sedikit lebih rendah tetapi lebih aktif dinamakan Gunung Lewotobi Laki-Laki (1.584 mdpl).
Peristiwa sebelumnya
Gunung Lewotobi Laki-Laki sudah naik status memasuki aras bahaya IV atau Awas sejak tanggal 9 Januari 2024 pada pukul 23.00 WITA, hasil dari pengamatan selama beberapa hari yang menunjukkan adanya peningkatan intensitas erupsi[5].
Pada hari minggu tanggal 3 November 2024 jam 23.50 WITA (UTC+8) terdengar dentuman keras dan kuat yang terdengar dari puncak Gunung Lewotobi laki-laki.[6]
Sebelum terjadinya letusan besar pada tanggal 3-4 November, delapan ledakan yang tercatat pada tanggal 30-31 Oktober menghasilkan gumpalan abu yang mencapai sekitar 1 km di atas puncak. Pada tanggal 1 November, PVMBG melaporkan peningkatan signifikan jumlah gempa vulkanik dalam, dan delapan ledakan lainnya menghasilkan gumpalan abu yang mencapai sekitar 2 km di atas puncak. Aktivitas ledakan terus meningkat, dengan ledakan Strombolian pada pukul 02:50 dan 04:20 menghasilkan kolom letusan yang mencapai 1,5-2 km di atas puncak; petir teramati di dalam kolom letusan. Tidak ada ledakan yang tercatat pada tanggal 1 November dan pada tanggal 3 November, meskipun aktivitas kegempaan tetap tinggi.
Pos Pengamatan Gunung Berapi Badan Geologi yang berada di Desa Pupulera, Kecamatan Walanggitang, Kabupaten Flores Timur menyebutkan dari hasil pengamatan gambar citra satelit Sentinel 2 terdapat penumpukan material lava di bagaian timur laut yang bergerak lambat dan juga material yang kemungkinan berpotensi menjadi lahar di bagian utama dan timur.[7]
Dalam laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki teramati mencapai 5.000 meter di atas puncak, atau sekitar 6.584 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna coklat dengan intensitas tebal ke arah barat daya, barat dan barat laut.[8]
Pada 9 November, Sabtu pagi, Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi, memuntahkan abu vulkanik sekitar 9 kilometer ke udara dari puncak kawah itu atau 10 kilometer dari permukaan laut.[9] Akibat dampak dari abu letusan, Bandar Udara Internasional Komodo ditutup sementara.[10]
Dampak
Material batu api yang terlontar akibat letusan Gunung Lewotobi jatuh dan menghantam pemukiman-pemukiman warga yang mengakibatkan kerusakan berat hingga keruntuhan bangunan.[11] Setidaknya 10 korban ditemukan meninggal karena terkena lava pijar panas dan tertimpa reruntuhan batu, 63 lainnya mengalami luka-luka.[12]
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPBD) Kabupaten Flores Timur, letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki ini berdampak pada 14 desa yang tersebar di tiga kecamatan yakni Wulanggitang, Ile Bura dan Titehena. Data sementara jumlah warga mengungsi akibat erupsi mencapai 12.200 orang,[13] dengan banyak rumah penduduk, gedung sekolah dan fasilitas umum lainnya rusak berat dan terbakar.[14]
Lalu lintas penerbangan di Pulau Flores dan sekitarnya juga mengalami hambatan, tercatat enam penerbangan dari dan menuju Bandara Komodo di Labuan Bajo dibatalkan imbas letusan Gunung Lewotobi ini[15]. Di saat bersamaan maskapai Wings Air juga membatalkan 18 penerbangan regional di Nusa Tenggara Timur akibat letusan ini[16].
Respon
Dinas Sosial Kabupaten Flores Timur menerjunkan tim ke area wilayah sekitar Gunung Lewotobi untuk melakukan evakuasi warga[17].
Pemerintah Kabupaten Flores Timur melalui BPBD Kabupaten Flores Timur menetapkan status tanggap darurat bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki laki[18].
Pejabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, memberikan arah khusus kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk memantau dan menaikkan status dari siaga darurat ke tanggap darurat[19].