Le Méridien Jakarta adalah hotel mewah yang terletak di persimpangan antara Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Kyai Haji Mas Mansyur, Jakarta. Hotel yang dibuka pada tahun 1991 ini adalah proyek kerja sama antara Mercu Buana, perusahaan yang didirikan oleh Probosutedjo, dan Air France, maskapai nasional Prancis dan induk usaha dari jaringan hotel Le Méridien pada saat itu.[1] Jaringan hotel tersebut masih mengelola hotel ini hingga sekarang, sementara anak usaha Mercu Buana, PT Wisata Triloka Buana, berperan sebagai pemilik hotel.[2]
Sejarah
Pada tahun 1980, Mercu Buana, perusahaan milik Probosutedjo, membeli sebuah petak lahan selebar 13.000 m2 di persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Kyai Haji Mas Mansyur dari PT Kiagoos. Selama kurang lebih dua dekade, lahan tersebut hanya ditempati oleh satu gedung kecil saja, sementara sisanya dibiarkan kosong. Melalui saran dari konsultan Amerika Serikat Horwath & Horwath, Mercu Buana memutuskan untuk menggusur gedung dan membangun sebuah hotel berbintang di sana.[3]
Melalui kontrak pengelolaan dengan Air France, Mercu Buana mulai membangun hotel pada bulan Oktober 1989. Pembangunan hotel melibatkan pemborong asal Prancis, Dumez, dan sempat molor setahun karena kebijakan uang yang ketat dan penundaan pemasangan listrik. Hotel menerima tamu pertama pada bulan September 1991, sebelum acara peresmian pada tanggal 17 Februari 1992 yang dihadiri Ibu Negara Siti Hartinah dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman. Anggaran yang digelontorkan untuk membangun Le Méridien Jakarta ditaksir mencapai US$70 juta (Rp140 miliar) dan hampir membangkrutkan Probosutedjo. Hal ini dikarenakan Air France mengharuskan pelibatan unsur Prancis dalam seluruh pengerjaan proyek dengan alasan nasionalisme, sehingga material harus diimpor terlebih dahulu.[3]
Pada tahun 1996, PT Wisata Triloka Buana mulai membangun gedung perluasan berlantai 21 melalui dana sindikasi dari Hongkong Bank sebesar Rp115 miliar. Gedung tersebut diresmikan pada tahun 1998 dan menambah 150 kamar terhadap Le Méridien Jakarta.[3]
Arsitektur
Le Méridien Jakarta dirancang oleh biro arsitek William B. Tabler Associates dan Atelier 6. Menurut N. Sidharta yang mewakili Atelier 6, hotel ini dibuat menjadi sanggraloka di tengah kota, dan gedung hotel dirancang seperti gunung yang "melindungi" taman dalam hotel dari kebisingan kota Jakarta. Interior hotel terinspirasi dari perpaduan arsitektur Jawa dan Eropa. Mayoritas kamar-kamar hotel mengambil gaya Eropa, kecuali akomodasi termahal hotel, Rumah Kudus, yang dirancang sebagai replika rumah adat Jawa.[3]
Fasilitas
Le Méridien Jakarta memiliki jumlah kamar sebanyak 396 yang tersebar di beberapa tipe. Kamar-kamar tamu terletak di dua gedung berbeda: Main, bangunan berlantai 14 yang dibangun tahun 1991, dan Tower, bangunan berlantai 21 yang dibangun tahun 1998. Terdapat beberapa tipe kamar, mulai dari Deluxe Room hingga Rumah Kudus, sebuah akomodasi khusus dengan dua kamar tidur yang terletak di lantai tertinggi gedung Tower. Hotel menyediakan fasilitas 6 rumah makan (Al Nafoura Lebanese Restaurant, Handi by Brasserie, La Boutique Gourmande, La Brasserie Restaurant, No Na Ma Restaurant, XXX by Leon Goldstein), Martha Tilaar Spa, pusat kebugaran, kolam renang, dan 14 ruang pertemuan.[4][5][6]
Rujukan
Pranala luar