Latu, Amalatu, Seram Bagian Barat
Hubungan sosialLatu memiliki hubungan gandong atau wariwa'a dengan Negeri Hunitetu. Dalam hubungan tersebut, Latu berkedudukan sebagai wari atau kakak, sementara Hunitetu berkedudukan sebagai wa'a. Tanda hubungan gandong kedua negeri adalah adanya sebuah dusun atau kebun durian di Hunitetu yang diberikan kepada masyarakat Latu, sehingga setiap musim durian tiba, masyarakat Latu berbondong-bondong menyambangi Hunitetu dan hal tersebut dipandang sebagai penguat hubungan mereka.[1] Catatan di Aboru menunjukkan bahwa kedua negeri mengangkat pela setelah bersama-sama memerangi Negeri Rumahkay mempertahankan dusun sagu yang dihadiahkan Raja Latu kepada Aboru.[2] Namun, sebagian masyarakat Latu meyakini bahwa mereka dengan Aboru terikat hubungan gandong, alih-alih pela. Oleh karena itu, mereka menggugat posisi Hualoy dalam ikatan gandong Booi, Aboru, Kariu, dan Hualoy yang biasa disingkat BAKH. Hal ini mendapat penolakan keras dari masyarakat Hualoy, dan diamini oleh masyarakat dari tiga negeri, bahwa gandong mereka adalah Hualoy, bukannya Latu. Latu dan Hualoy sendiri merupakan dua negeri Islam yang bertetangga, dan terlibat beberapa kali konflik antarnegeri. Referensi
Pranala luar
|