Kurash adalah salah satu jenis olahraga bela diri tradisional yang berasal dari Uzbekistan. Kurash memiliki gerakan dasar saling membanting dengan mengaitkan baju khusus.[2][3]
Olahraga ini disebut juga گولش / ҝүләш / güləş dalam bahasa Azerbaijan, көрәш dalam bahasa Bashkir, кӗрешӳ dalam bahasa Chuvash, күрес / küres dalam bahasa Kazakh, күрөш / küröş dalam bahasa Kyrgyz, кӱреш / küreş dalam bahasa Shor, küreş / күреш / көрәш / kөrəş dalam bahasa Tatar, güreş dalam bahasa Turki, göreş dalam bahasa Turkmen, dan kurash dalam bahasa Uzbek, semuanya berasal dari bahasa Turk Kunokeriš.[4]
Gerakan dasar olahraga ini menyerupai olahraga bela diri Gulat dan olahraga bela diri Judo, hanya saja dalam Kurash kondisi bantingan berada dalam posisi berdiri pada kaitan atas, tidak diperkenankan menggunakan kaitan pada kaki.[5]
Pegulat Kurash menggunakan handuk untuk menahan lawan mereka, dan tujuan mereka adalah untuk menjatuhkan lawan mereka.[6]
Sejarah
Menurut penelitian ilmiah terbaru secara historis usia olahraga bela diri Kurash setidaknya telah ada sejak 3.500 tahun. Kurash adalah salah satu seni bela diri terlatih tertua di dunia yang mana hal ini juga diceritakan oleh penjelajah Marco Polo pada saat melintasi jalur sutra dalam catatan perjalanannya.
Kurash berasal kata Uzbek yang memiliki arti mencapai tujuan dengan hanya atau cara yang adil. Kurash sebelumnya hanya digunakan sebagai seni bela diri dan hiburan fisik untuk publik selama libur besar, berbagai pesta termasuk sering menjadi hiburan pada pesta pernikahan. Kurash disebutkan dalam banyak sumber-sumber sejarah tradisional seperti filusuf Yunani Herodotus yang memuat pada bukunya yang terkenal berjudul “Histories” bahwa gerak bela diri kurash sangat elegan. Bahkan Avicenna (Ibnu Sina) menuliskan pada karyanya bahwa berlatih kurash adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan tubuh dan roh.
Kurash Modern
Warisan ribuan tahun ini selalu diestafetkan dari generasi ke generasi di Asia Tengah tanpa terdokumentasi dengan baik. Banyak gerakan dan aktivitas beladiri kurash diadopsi dan dijadikan bagian dari pengembangan olahraga lainnya seperti Rusia mengambil teknik lemparan untuk olahraga beladiri Sambo.
Setelah sempat menjadi cabang eksibisi pada Olimpiade 1984 di Los Angeles cabang olahraga beladiri kurash masih belum memiliki aturan baku penilaian, hingga tahun 1990. Komil Yusupov seorang pahlawan kemerdekaan Uzbekistan yang juga master kurash dan menjadi guru besar dalam Judo dan Sambo membuat penelitian tentang kurash dan menuangkannya dalam menciptakan teknik-teknik kurash yang universal dan terukur dengan berpedoman pada keberanian, humanisme dan universalitas melalui persyaratan ketat dari olahraga modern. Yusupov memperkenalkan Kurash modern dengan membuat kategori berat, gerakan dan terminologi berdasarkan 13 kata Uzbek, mengatur durasi tetap pertarungan, seragam untuk pemain dan wasit, dan semua hal-hal lain sehingga Kurash dapat diterima oleh semua bangsa.
Aturan Kurash melarang setiap tindakan di lantai. Pertarungan hanya diperbolehkan dalam posisi berdiri, tidak ada permainan bawah, dan hanya melempar dan menyapu kaki yang dapat digunakan oleh pemain. Setiap teknik menggunakan kuncian lengan, menekan miring dan menendang, serta menarik bagian bawah sabuk tidak diperbolehkan. Semua itu membuat Kurash olahraga sederhana, ramah, menarik, dinamis dan aman untuk berlatih serta menjadikan kurash olahraga beladiri yang memiliki parameter penilaian yang fair.
Pembentukan organisasi internasional
Kemerdekaan Uzbekistan dari Uni Sovyet pada tahun 1991, merupakan momentum awal menduniakan olahraga Kurash. Presiden Pertama Uzbekistan Islam Karimov baik secara pribadi maupun institusi kenegaraan sangat mendukung upaya pengenalan dan penyebarluasan kurash.
Setelah berbagai macam uji coba dan penetapan standar keolahragaan dilaksanakan maka pada tahun 1998 berdirilah Internasional Kurash Association (IKA) berkedudukan di TashkentUzbekistan dan dianggap sebagai titik awal perjalanan Kurash modern. Setelah itu dilanjutkan dengan penyelenggaraan Kejuaraan Dunia pertama tahun 1999 yang langsung dihadiri oleh 48 negara.
Hingga saat ini, anggota Internasional Kurash Association telah mencapai 117 negara yang berasal dari 6 konfederasi benua. Pada tanggal 24 Januari 2003 merupakan hari bersejarah bagi Kurash International karena mendapatkan pengakuan resmi dari Dewan Olimpiade Asia (OCA) yang menjadikan peluang tampil di ajang multi event semakin terbuka. Dilanjutkan pada tahun 2005 mendapat pengakuan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan pada tahun 2010 ditetapkan masuk kedalam badan dunia anti doping.
Perjalanan Kurash di ajang multi event sebenarnya telah dimulai sejak Olimpiade Los Angeles 1984, pada saat Kurash tradisional dipertandingkan pada partai eksibisi. Sedangkan untuk Kurash modern dimulai pada Asian Games 2006 di DohaQatar, dan pada Asian Games 2018 di Jakarta-PalembangIndonesia, kurash menjadi salah satu cabang pertandingan resmi.
Kurash di Indonesia
Sejak tahun 2011 International Kurash Association (IKA) telah memperkenalkan dan melakukan sosialisasi olahraga bela diri Kurash di Indonesia. Namun dalam perkembangannya tidak sesuai dengan harapan, dan Kurash menjadi salah satu cabang olahraga yang belum popular di Indonesia, meskipun Kurash sebenarnya merupakan salah suatu olahraga bela diri paling populer di Asia Tengah. Dan saat itu hanya beberapa praktisi olahraga, terutama praktisi olahraga Judo di tanah air yang belajar tentang olahraga Kurash dengan intens.
Olahraga Kurash mulai diperkenalkan secara serius di Indonesia pada awal tahun 2016 oleh Wide Putra Ananda. Pada tahun itu Indonesia sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah Asean Games XVIII pada tahun 2018 dan Wide melihat peluang atlet Indonesia sangat besar untuk mendapatkan prestasi tertinggi dalam olahraga Kurash, terutama pada kelas ringan. Karena olahraga ini tidak mengenal teknik kuncian dan dalam aturan pertandingan melarang tindakan apapun di lantai, maka olahraga ini dinilai oleh Wide sangat sederhana dan cocok dengan kondisi atlet Indonesia.[7]
Atas dasar itulah Wide meminta izin kepada organisasi kurash internasional, untuk mendirikan organisasi kurash di Indonesia. Setelah mendapatkan izin, Wide lalu mengajak legenda judo Indonesia Krisna Bayu untuk mendirikan organisasi kurash di Indonesia. Maka pada tanggal 15 Juni 2016 terbentuklah organisasi kurash yang pertama di Indonesia dengan nama Pengurus Besar Kurah Indonesia (PBKI).[7]
Untuk pertama kalinya, Pengurus Besar Kurash Indonesia (PBKI) dipimpin oleh Dr. Samsudin, M.Pd., seorang birokrat di Kemenpora RI yang memiliki rencana yang kuat untuk mengembangkan Kurash di Indonesia. Termasuk menjadikan bagian dari sukses Indonesia dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang. Namun beliau mengundurkan diri setelah ada kebijakan pejabat di Kemenpora tidak boleh memimpin cabang olahraga.
Kontingen Kurash Indonesia pertama. Kiri-Kanan : Wide Putra Ananda, Hadid Syahputra (+80 kg), Dr. Samsudin, M. Ramadhan (-60 kg).
Latihan kontingen Kurash Indonesia pertama
Pada masa kepemimpinan Dr. Samsudin, kejuaraan pertama yang diikuti Indonesia yaitu multi event International Children of Asia 6th di Yakutsk, Rusia pada tanggal 6-17 Juli 2016. Pada kejuaraan ini Indonesia mengirimkan 2 orang atlet putra asal Padang, yaitu Hadid Syahputra (kelas +80 kg) dan M. Ramadhan (kelas -60 kg), dan 1 orang official, yaitu Wide Putra Ananda sebagai pelatih sekaligus tim manajer. Penunjukan 2 atlet ini sekaligus mencetak sejarah menjadikan mereka atlet nasional Kurash pertama di Indonesia.[7]
Untuk menyukseskan cabang olahraga Kurash pada penyelenggaraan Asian Games 2018 Jakarta Palembang, kemudian tongkat kepemimpinan Kurash Indonesia dilanjutkan oleh H. Teuku Riefky Harsya, M.T. seorang anggota DPR. Pada tanggal 28 Agustus 2018 olahraga Kurash secara resmi dipertandingkan pada Asian Games 2018 Jakarta Palembang, di Balai Sidang Jakarta Convention Center. Saat itu Indonesia sebagai tuan rumah menurunkan 14 atlet Kurash yang terdiri dari 6 atlet putri dan 8 atlet putra. Atlet Kurash putri Indonesia adalah Terry Kusumawardani Susanti (52 kg), Heka Maya Sari Sembiring (52 kg), Siti Latifah (63 kg), Khasani Najmu Shifa (63 kg), Szalsza Maulida, dan Marcelina Papara (78 kg). Sementara itu, atlet Kurash putra Indonesia terdiri dari Hendi Hadiat (66 kg), Aprilianda Adhi Timur (66 kg), I Komang Adiarta, Bayu Febrian Rahman (81 kg), Putu Adesta Wiradamungga (90 kg), Muhammad Dhifa Alfais (+90 kg), Billy Sugara (+90 kg), dan Franklin Misionaris Kakalang (+90 kg).
Pada Asian Games 2018 Jakarta Palembang tersebut, Tim Kurash Indonesia hanya mendapatkan satu medali perunggu atas nama Khasani Najmu Shifa yang turun di kelas 63 Kg. Sejak saat itu PB Kurash Indonesia mulai bangkit dan berbenah. Salah satunya adalah adanya perombakan dalam organisasi, dengan diadakan perubahan nama organisasi dari PB KI menjadi PB FERKUSHI pada awal tahun 2019. Sesuai dengan Surat Keputusan Munaslub Nomor : 03/SKEP/PB.KI/MUNASLUB/I/2019, tentang Perubahan Nama Organisasi, PBKI diubah menjadi Pengurus Besar Federasi Kurash Indonesia disingkat PB FERKUSHI. Sebagai Ketua Umum barunya adalah mantan Pangdam Iskandar MudaAceh, yaitu Mayor JenderalTNI (Purn) Teuku Abdul Hafil Fuddin menggantikan Ketua Umum sebelumnya Teuku Riefky Harsya yang mengundurkan diri karena kesibukan pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2019 di Aceh.
Setelah terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar FERKUSHI periode 2019-2023, Mayjen TNI (Purn) Abdul Hafil Fuddin, langsung bergerak cepat dengan melakukan pembenahan dan pembinaan organisasi serta peningkatan kinerja dalam kepengurusan. Dalam waktu yang singkat PB FERKUSHI sudah dapat melaksanakan beberapa agenda-agenda penting. Seperti Kejuaraan Nasional Kurash untuk seleksi atlet nasional dan berpartisipasi dalam Sea Games 2019 di Manila. Dalam ajang Sea Games 2019 Manila tersebut, meskipun dengan waktu persiapan yang tergolong singkat, Atlet Kurash Indonesia berhasil meraih tiga medali perak dan tiga medali perunggu.
Selain dalam ajang multi event tingkat Asia dan Asia Tenggara, Tim Kurash Indonesia juga mengikuti kejuaraan pada World Martial Arts Masterships, tanggal 2–4 September 2019 di Chungju, Korea Selatan. Pada kejuaraan tersebut Indonesia berhasil meraih satu medali perak dan satu medali perunggu. Selanjutnya pada tanggal 4–7 Oktober 2019 Tim Kurash Indonesia mengikuti kejuaraan single event, yaitu “14th Tournament For The Prize Of Uzbekistan's President” di Alphamys Sport Complex, Termiziy, Uzbekistan. Pada event tersebut Indonesia berhasil meraih satu medali perak dan satu medali perunggu.
Untuk meningkatkan prestasi cabang olahraga Kurash di Indonesia, kepengurusan FERKUSHI era Mayjen TNI (Purn) Abdul Hafil Fuddin terus melakukan pembinaan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan yang dipusatkan di ISTC (Icuk Sugiarto Training Center) Sukabumi dan telah mengirimkan atlet Kurash ke Training Camp di Termiziy, Uzbekistan.
Di bawah kepemimpinan Ketua Umum Federasi Kurash Indonesia Mayjen TNI (Purn) Abdul Hafil Fuddin yang didampingi oleh Brigjen TNI Asep Warsito (Ketua Harian) dan Lukman Husain (Sekjen Ferkushi), olahraga Kurash semakin berkembang dengan pesat. Kepengurusan provinsi terus bertambah hingga 30 kepengurusan provinsi.
Pada tahun 2021, Pengurus Besar Ferkushi yang diketuai Mayjen TNI (Purn) Abdul Hafil Fuddin juga berhasil melaksanakan eksibisi cabang olahraga Kurash pada Pekan Olahraga Nasional 2021Papua.[8] Eksibisi diikuti oleh hampir 250 atlet yang berasal dari perwakilan provinsi di Indonesia. Lampung menjadi juara umum dengan meraih enam medali emas, satu medali perak, dan enam medali perunggu. Jawa Timur berada di urutan kedua dengan raihan dua emas, dan empat perak. Tuan rumah Papua berada di peringkat ketiga dengan meraih satu emas, tiga perak, dan dua perunggu.[7]
Pada tahun 2022 atlet Indonesia asal Lampung, Mariha Salimah, berhasil mendapatkan perunggu dalam kejuaraan Junior U-20 di Thailand. Pada kejuaraan World Kurash 2022 di Pune, India, atlet Putri asal Jawa Timur Savira Diah Fitri Rizkianti berhasil meraih perunggu. Di tahun yang sama atlet Indonesia Enci Ofrensi dan Julian David asal Lampung berhasil meraih peringkat kedua dunia pada kejuaraan Online World Martial Mastership di kelas teknik mixed gender U-35, kejuaraan ini mempertandingkan kelas usul seni beladiri Kurash.[7]