Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa (北白川宮能久親王code: ja is deprecated , Kitashirakawa-no-miya Yoshihisa-shinnō, 1 April 1847 – 5 November 1895) dari Jepang, adalah kepala kedua dari cabang kolateral dari keluarga kekaisaran Jepang.
Latar belakang
Kehidupan awal
Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa adalah putra kesembilan dari Pangeran Fushimi Kuniye (1802–1875). Ia menjadi pendeta Buddha dengan gelar Rinnoji-no-miya. Ia menjabat sebagai kepala biara Kan'ei-ji di Edo.
Zaman Bakumatsu
Pada saat ketegangan Perang Boshin sampai keruntuhan Keshogunan Tokugawa, Pangeran Yoshihisa pergi ke utara dengan para partisan Tokugawa setelah Satsuma-Chōshū mengambil alih kota Edo, dan menjadi kepala nominal "Aliansi Utara" (Ōuetsu Reppan Dōmei). Aliansi berjangka pendek ini terdiri dari setidaknya seluruh domain di utara Jepang dibawah kepemimpinan Date Yoshikuni dari Sendai. Dokumen-dokumen yang masih ada menyebut Pangeran Yoshihisa dengan nama "'Kaisar Tōbu"' (東武天皇code: ja is deprecated , Tōbu-tennō, (alternatifnya 東武皇帝 Tōbu-kōtei)), dan menjadi pemegang jabatan kepala yang baru di dewan utara; namun, para sejarawan berselisih apakah benar atau tidak Pangeran Yoshihisa sebenarnya bernama kaisar. Berdasarkan pada sebuah sumber, nama era yang direncanakan oleh Pangeran Yoshihisa (nengō) dipercaya adalah Taisei (大政) atau Enju (延寿).
Setelah Restorasi Meiji, pada 1873 Kaisar Meiji memanggil kembali seluruh pangeran kekaisaraan yang menjabat sebagai pendeta Buddha untuk kembali ke status sekuler. Pada tahun yang sama, ia digantikan oleh adiknya, Pangeran Kitashirakawa Kasunari, sebagai kepala kedua dari wangsa kepangeranan yang baru Kitashirakawa-no-miya.
Pernikahan dan keluarga
Pada April 1886, Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa menikahi Shimazu Tomiko (1862–1936), putri angkat dari Pangeran Shimazu Hisamitsu dari domain Satsuma. Pernikahan tersebut tidak menghasilkan anak: namun, Pangeran Yoshihisa memiliki lima anak dari berbagai selir, sebuah praktik umum pada waktu itu:
Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa menjadi seorang prajurit profesional, dan dikirim ke Jerman untuk pelatihan militer. Sekembalinya ke Jepang pada 1887, ia diangkat sebagai mayor jenderal dalam Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Pada 1893, sebagai letnan jenderal, ia memberikan komando Dvisi IJA ke-4. Setelah meletusnya Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada 1894-1895, ia ditransfer ke Divisi IJA ke-1 yang elit dan berpartisipasi dalam invasi Jepang ke Taiwan. Pada saat invasi tersebut, ia terkena malaria dan meninggal di luar Tainan (meskipun terdapat rumor bahwa ia dibunuh saat beraksi oleh gerilyawan Taiwan). Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa menjadi anggota pertama dari keluarga kekaisaran Jepang yang diketahui meninggal di luar Jepang, dan anggota pertama dari keluarga kekaisaran Jepang (pada zaman modern) yang meninggal saat perang. Dibawah Negara Shinto, ia dipilih menjadi seorang kami, dan dihormati di kebanyakan kuil Shinto yang didirikan di Taiwan pada saat dikuasai Jepang, serta di Yasukuni Jinja.