Kibau[3] (Gecarcoidea humei) adalah sejenis yuyu bertubuh besar yang hidup di daratan, anggota sukuGecarcinidae. Yuyu atau kepiting darat ini menyebar di pesisir wilayah perairan Samudera Hindia bagian timur, mulai dari Kepulauan Andaman, pesisir barat Sumatera, hingga ke pesisir selatan Jawa bagian barat dan Pulau Christmas.[2] Sebelumnya, kibau dianggap sebagai bagian dari jenis Gecarcoidea lalandii,[4] yang menyebar luas, namun—setelah pemisahan—terbatas di wilayah perairan Samudera Pasifik bagian barat.
Pengenalan
Kepiting darat yang berukuran besar, lebar karapas mencapai 105 mm. Karapas bentuk hampir persegi melintang, dengan tepi-tepi samping mengarah ke dalam, dan sisi belakang yang lebih sempit dari sisi depannya. Bagian depan lebih besar dan menggembung, demikian pula sisi dorsalnya menggembung, dengan permukaan licin halus dan beberapa alur-alur dangkal. Warnanya pada hewan dewasa berkisar antara cokelat ungu terang hingga cokelat kemerahan, dengan wilayah branchial berwarna lebih terang. Tepi keliling lekuk mata (orbital margin) berwarna putih atau krem, kontras dan jelas terbedakan dari warna bagian karapas di sekitarnya. Sepit dan jari-jarinya berwarna krem, tidak pernah ungu.[2]
Orbit (rongga/lekuk mata) relatif kecil, miring, dengan mata yang miring pula tegaknya pada hewan dewasa; mata berukuran kecil, tidak mencapai gigi anterolateral yang pertama. Eksopod pada maksiliped no 3 tidak memiliki flagellum (bendera); pasangan maksiliped no 3 (yakni, alat mulut bagian luar, kiri dan kanan) membentuk celah serupa belah ketupat.[4] Terdapat tiga pasang bintik terang yang menyolok: sepasang berada di sebelah luar orbit, sepasang lagi pada lekuk servikal, dan sepasang yang terakhir berada di ujung atas lekukan-H di punggung karapas.[2]
Kepiting ini telah beradaptasi dengan baik pada kehidupan daratan. Kibau dapat memperoleh air yang dibutuhkannya dengan merendam diri dalam air tawar yang ditemuinya.[5] Oleh sebab itu kibau dapat hidup berkilometer-kilometer dari pantai,[4] bahkan juga ditemukan di puncak Krakatau.[3] Umumnya kibau menghuni lubang-lubang dangkal di bawah pepohonan atau bebatuan di pulau-pulau kecil.[4]
Meskipun sepenuhnya telah bersifat terestrial,[4] kibau masih memerlukan laut, khususnya untuk menetaskan telur-telurnya.[3][4]
Manfaat
Kibau kadang-kadang ditangkap orang untuk dimakan atau dijual di pasar, namun nilainya tidak seberapa.[4]
Kerabat dekat
Kibau berkerabat dekat dengan kepiting merah Gecarcoidea natalis di Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos di Samudra Hindia;[4] kepiting darat yang akhir ini terkenal karena 'ritual' migrasi tahunannya dari pedalaman pulau ke pantai, yang melibatkan jutaan hewan betina yang akan bertelur di tepi laut.[6]
^ abcdeLai JCY, Shih HT, Ng PKL. (2017). "The systematics of land crabs of the genus Gecarcoidea and recognition of a pseudocryptic species, G. humei, from the eastern Indian Ocean (Crustacea : Decapoda : Gecarcinidae)". Invertebrate Systematics, 2017, 31: 406–426. http://dx.doi.org/10.1071/IS16052
^ abcdNontji A. (1987). Laut Nusantara: 196. Jakarta: Djambatan.
^ abcdefghNg PKL. (2001). "Crabs". in Kent E. Carpenter & Volker H. Niem (Eds.). FAO Species Identification Guide: The Living Marine Resources of The Western Pacific. Vol. 2: 1046-155. Rome: Food and Agriculture Organization. (sebagai Gecarcoidea lalandii, p.1150)
^Combs CAN, Alford A, Boynton M, & Henry RP. (1992). "Behavioural regulation of haemolymph osmolarity through selective drinking in land crabs, Birgus latro and Gecarcoidea lalandii". Biological Bulletin182(3): 416-423.