Dipterocarpus retusus var. yingjiangensisY.K.Yang & J.K.Wu
Dipterocarpus spanogheiBlume
Dipterocarpus spanoghei var. cordataBurck
Dipterocarpus tonkinensisA.Chev.
Dipterocarpus trinervisBlume
Dipterocarpus trinervis var. canescensBlume
Dipterocarpus trinervis var. elegansBlume
Keruing gunung atau palahlar minyak (Dipterocarpus retusus) adalah sejenispohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae (meranti-merantian). Pohon penghasil kayu perdagangan ini menyebar luas mulai dari Assam sampai ke Cina Tengah di utara, Asia Tenggara, hingga Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Nama-nama lokalnya, di antaranya adalah palahlar minyak (Sd.); pala kurung (Sas.);[5]:333 dan jati olat (Sumbawa).[6]:184 Ada pula yang menyebutnya sebagai palahlar gunung.[7][8] Selain sebagai sumber kayu komersial yang cukup penting, jenis keruing ini juga menghasilkan resin atau minyak keruing.[6]:184,[9]:1396
Pengenalan
Pohon yang besar dan tinggi; hingga setinggi 48 m dan gemang (garis tengah) batangnya setinggi dada hingga 150 cm; batang bebas cabang mencapai 15-20 m.[6]:184,[9]:1396 Acap kali dengan akar papan (banir).[10]:63Pepagannya tebal, berwarna abu-abu cokelat di permukaan luar,[10]:63 sedikit memecah,[6]:184 dan mengelupas dalam kepingan besar.[10]:63 Pepagan dalam kuning muda sampai putih agak kuning.[10]:63
Ranting-ranting, malai, serta bagian luar kelopak dan mahkota bunga tertutupi rambut-rambut pendek halus berwarna bungalan, atau gundul. Begitu pula, tangkai daun serta kuncup tertutupi oleh rambut-rambut halus berwarna jingga kemerahan pucat. Ranting kekar, lk. 8 mm diameternya. Kuncup 2,5 × 1 cm, bulat telur melanset dan lancip ujungnya. Daun penumpu merah jambu, lanset memanjang lk. 4 cm, melancip di pucuknya.[11]:308
Daun-daun amat besar dan lebar, bentuk jorong-lonjong, 16-28 × 7-17 cm, hingga 50 × 70 cm pada anakan pohon; lembarannya agak tebal dan kaku menjangat, seperti terlipat-lipat menggelombang. Tulang daun sekundernya 16-19 pasang, ramping, menonjol di sisi bawah helaian, namun di sisi atas hampir rata; tulang daun tersier berpola seperti tangga, halus dan rapat. Tangkai daun lk. 2,5-7 cm, ramping dan menggembung dekat pangkal helaian.[11]:308
Perbungaan terletak di ketiak daun, berbentuk malai tak bercabang sepanjang lk. 10 cm. Kuncup bunga seperti peluru, lk. 3 × 1 cm. Kelopak menyatu di pangkalnya membentuk tabung kelopak, yang kelak akan membungkus buah; taju kelopak 5 buah, berimpitan seperti genting. Benang sari 30 helai, lebih panjang dari tangkai putik ketika mekar. Buah samara besar, bertangkai lk. 3-4 mm; buah terbungkus tabung kelopak bentuk bola, bergaris tengah lk. 3,5 cm, halus di sisi luar dengan bintik-bintik kecil lentisel yang tersebar dan berwarna pucat. Memiliki sepasang sayap (yang terbentuk dari dua taju kelopak yang membesar dan memanjang; sementara 3 taju yang lain tetap pendek) berwarna kemerahan, masing-masing berukuran hingga 25 × 4,5 cm, menyempit hingga 12 mm di pangkalnya, berurat 3 cabang, dengan ujung yang menumpul.[11]:292, 308
Sebagaimana namanya, keruing gunung kebanyakan tumbuh di hutan pegunungan bawah yang lembab dan selalu hijau, atau paling-paling semi gugur daun, pada ketinggian 800–1300 m dpl.[6]:184,[11]:308,[12]:113 Di hutan musim seperti di Assam dan Lombok, pohon ini dapat tumbuh pada ketinggian 100 m dpl.[11]:308
Kayu keruing gunung dapat dipakai sebagai bahan bangunan rumah, perahu dan kadang-kadang alat rumah tangga.[13]Kayu gubalnya tebal dan berwarna putih kekuningan sampai kuning tua.[10]:63Kayu terasnya agak keras, tidak begitu padat, berwarna cokelat kemerah-merahan pudar hingga cokelat pudar.[9]:1396 Dengan densitas kayu antara 640-770 kg/m³ pada kadar air 15%,[6]:184 kayu ini tergolong ke dalam kelas kekuatan II dan kelas keawetan III.[10]:63
Kayunya diperdagangkan sebagai kayu keruing,[6]:184 dan resinnya (damar) untuk obor dan penerangan.[9]:1396 Di Kamboja, damar dikumpulkan oleh orang-orang di daerah pegunungan untuk membuat obor dan lilin, sedangkan kayunya digunakan dalam konstruksi untuk membuat tiang dan papan.[19]
Sementara itu, ekstrak daun dan pepagan keruing gunung ditengarai mengandung bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteriStaphylococcus aureus.[17]:7
Etimologi
Dipterocarpus (dari bahasa Gerika: di, dua; pteron, sayap; karpos, buah) artinya "buah yang bersayap dua".[20]:109 Nama spesiesnya, retusus (dari bahasa Latin: retundere, tumpul) bermakna "menumpul" atau "berujung membulat/membundar", merujuk pada bentuk ujung sayap buahnya yang menumpul.[2]:14
Adapun nama lokalnya, palahlar (dari bahasa Jawa Kuno: pala atau phala, buah; dan helar, elar, atau lar, sayap)[21] berarti "buah yang bersayap". Nama palahlar minyak kemungkinan merujuk pada damar yang dihasilkannya.
Jenis yang serupa
Palahlar (D. hasseltii) memiliki daun yang berukuran relatif lebih kecil, dan tulang daun sekunder berjumlah antara 11-14 pasang (D. retusus berdaun lebih besar, dengan 16-19 pasang tulang daun sekunder).
Palahlar nusakambangan (D. littoralis) sangat mirip dengan palahlar minyak; daun-daunnya berukuran besar dengan tulang daun sekunder berjumlah antara 19-24 pasang. Perbedaan lainnya, tabung kelopak yang membungkus buah berbentuk agak mengerucut (obturbinate); sementara tabung kelopak buah D. retusus bulat seperti bola. Di sisi lain, secara alami palahlar nusakambangan hanya menyebar terbatas (endemik) di Pulau Nusakambangan, Cilacap.
Referensi
^Ly, V., Nanthavong, K., Pooma, R., Luu, H.T., Nguyen, H.N., Vu, V.D., Hoang, V.S., Khou, E. & Newman, M.F. (2017). Dipterocarpus retusus. The IUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T32400A2817693. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-3.RLTS.T32400A2817693.en. Diakses tgl 30/x/24.
^Clercq, F.S.A. & M. Greshoff (1909). Nieuw plantkundig woordenboek voor Nederlandsch Indië. Met korte aanwijzingen van het nuttig gebruik der planten en hare beteekenis in het volksleven, en met registers der inlandsche en wetenschappelijke benamingen. p. 223 (no. 1150. D. trinervis). Amsterdam: J.H. de Bussy.
^ abSumiyati, D., F.G. Dwiyati, Istomo, I.Z. Siregar. (2009). "Evaluasi pertumbuhan dan keragaman genetik tanaman palahlar gunung (Dipterocarpus retusus Blume) dan palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume) berdasarkan penanda RAPD". Jurnal Manajemen Hutan Tropika. Vol. 15(3): 109–116 (2009).
^ abcdHeyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3: 1396 (sebagai D. retusa Bl. dan D. trinervis Bl.). Jakarta: Balitbang Kehutanan.
^ abAzis, A. & A.R. Jatnika. (2024). "Bioprospeksi keruing gunung (Dipterocarpus retusus Bl.) sebagai antibakteri dan konservasinya di Taman Nasional Gunung Rinjani". Jurnal Tambora, 8(1): 1-10.
^Istomo & I.Z. Siregar. (2009). "Program pelestarian dan pengembangan pohon asli bernilai tinggi palahlar (Dipterocarpus retusus Blume dan Dipterocarpus hasseltii Blume) di Jawa Barat". Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB 2009, hlm. 177-187.
^Ashton, P.S. (2004). "Dipterocarpaceae". inE. Soepadmo, L.G. Saw, & R.K. Chung (eds.) Tree Flora of Sabah and Sarawak, 5: 63-388. Kuala Lumpur: Forest Research Institute Malaysia.
^Zoetmulder, P.J. & S.O. Robson. (1995). Kamus Jawa Kuna - Indonesia. Jakarta: Gramedia.