Kartidjo Sastrodinoto
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Raden Kartidjo Sastrodinoto (2 Juni 1916 – 14 Juli 2016), adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Timur.[1] Pada masa orde baru, Ia menjabat sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi ABRI (1977-1982) dan Fraksi Golkar mewakili Jawa Timur (1982-1987 dan 1987-1992). Salah satu anaknya adalah Muljowidodo Kartidjo Sastrodinoto yang merupakan purnabakti dosen Teknik Mesin ITB. Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan
Karier MiliterDjo- demikian nama panggilan akrabnya - memulai karier militernya di zaman Jepang. Peristiwa MadiunSelama 40 tahun menjalani masa kemiliterannya, peristiwa yang paling memiliki arti khusus baginya adalah Peristiwa Madiun (1948). Waktu itu, sejumlah anggota Komisi Tiga Negara yang mengawasi perundingan Renville masih berada di Sarangan, Magetan. Kapten Kartidjo dari Resimen 34 Kediri diperintahkan menyelamatkan mereka. Celakanya, justru ia sendiri dicegat Batalyon Mustafa yang pro Merah, lalu menjadi tawanan pasukan yang dipimpin PKI. Penjagalan sudah berlangsung dimana-mana. Kartidjo sendiri dengan truk dibawa ke arah Kresek di lereng Gunung Wilis, Madiun. Sewaktu pagi buta, Kapten Kartidjo berdiri dihadapan satu regu tembak. Djo hanya bisa berdoa dan mencari setiap kemungkinan untuk bisa meloloskan diri. Peluru pertama berdentam dan Ia segera merubuhkan diri. Ia tidak tau kena atau tidak, tetapi yang terpikirkannya hanya menerjunkan diri ke lembah sedalam lima meter, dengan gaya seolah-olah telah mati sungguhan. Untung algojo tidak curiga. Tembakan reda, ia menemukan seorang haji yang selamat. Setelaah saling membuka tali pengikat, mereka berpisah. Menyelinap ke hutan jati, lalu ia menuju ke Kediri, jalan kaki dua hari dua malam.[2][3] Referensi
|