Desain dari Isuzu secara umum hampir sama dengan kelas Kuma dengan sedikit perubahan. Ia memiliki panjang 162 meter, berat 5.570 ton, dan mampu melaju dengan kecepatan maksimum 36 knot. Ia dilengkapi dengan 14 cm single mount gun, 8 cm high angle gun, 533mm torpedo tubes sebanyak 8 buah, dan 48 naval mines. Ia juga dilengkapi dengan katapel pesawat terbang.
Masa dinas
Kariernya dimulai sejak tahun 1923. Saat itu ia terlibat dalam Perang Sino-Japan. Ia berpatroli di Sungai Yangtze. Kala Perang Pasifik meletus, ia terlibat dalam Invasi Hong Kong. Setelah itu kurun awal tahun 1942 ia berpatroli di kawasan Hindia Belanda.
Pada September 1942, ia dan Kinu mengantar transport tentara ke Kepulauan Solomon dari Batavia. Ia kemudian terlibat dalam berbagai pertempuran seperti Pengeboman Lapangan Udara Henderson, Pertempuran Kepulauan Santa Cruz, dan Pertempuran Laut Guadalkanal kedua. Pada pertempuran ini Isuzu mengalami kerusakan ringan akibat pemboman dari SBD Dauntless. Kemudian ia balik ke Yokosuka untuk diperbaiki total. Ia kemudian dimodifikasi dengan mengganti beberapa 14 cm turretnya dengan meriam laut 12.7 cm. Ia juga dipasang Radar udara tipe 21, 25 mm AA gun, serta Type 93 13.2 mm quadruple machine gun.
Meski perbaikan dan modifikasi belum selesai, ia kembali terjun ke medan perang. Ia menuju Truk dengan suplai dan tentara tambahan pada 21 Juni 1943. Kemudian ia mengantar tentara ke berbagai lokasi seperti Nauru, Shanghai dan Kavieng. Pada tanggal 20 November 1943, Amerika meluncurkan Operasi Galvanik untuk merebut kembali Pulau Galvanik. Saat itu Isuzu diserang SBD Dauntless dan TBF Avenger dari USS Yorktown[nb 1] dan USS Lexington[nb 2]. Akibat serangan itu, ia harus diperbaiki kembali.
Saat Isuzu berada di Jepang untuk perbaikan, ia dikonversi menjadi kapal penjelajah anti-pesawat (AA Cruiser). Semua turet 14 cm yang tersisa dilepas dan diganti dengan tambahan meriam 12.7 cm. Type 96 25 mm AA gun meningkat menjadi 50 barrel. Type 13 air radar, type 21 air radar, dan type 22 surface radar ditambahkan. Sonar dan Peledak kedalaman turut ditambahkan. Katapulnya pun turut dihilangkan. Ia siap bertempur kembali pada tanggal 14 September 1944.
Setelah itu, ia terlibat dalam Pertempuran Teluk Leyte sebagai bagian dari armada Ozawa. Armada tersebut bagian dari armada umpan. Pada Pertempuran Tanjung Engano pada 25-26 Oktober 1944 mereka diserang oleh TBM-1C VT-21 dan VT-51 dari USS Belleau Wood dan USS San Jacinto. Akibat serangan itu Chitose tenggelam dan Isuzu menyelamatkan 480 kru yang selamat. Pada hari yang sama, Chiyoda juga tenggelam dan karena menyelamatkan kru dari Chiyoda, Isuzu terkena serangan dari armada AS. Isuzu kemudian kembali ke Okinawa dua hari kemudian. Pada tanggal 19 November 1944 ia ditorpedo oleh USS Hake dan dibawa ke Singapura untuk perbaikan darurat.
Ia menuju Surabaya untuk perbaikan total. Setelah selesai diperbaiki pada tanggal 4 April 1945, ia kemudian kembali ditugaskan berpatroli di Hindia Belanda dan mengirim tentara dari Kupang ke Pulau Sumbawa. Setelah selesai menurunkan tentara di Bima, ia kembali berlayar pada tanggal 6 April 1945. Keesokan harinya di tempat yang berjarak 97 km barat laut Bima di pagi hari.
Isuzu ditorpedo oleh USS Gabilan. Ia mengalami kerusakan berat. Saat krunya melakukan perbaikan darurat, ia ditorpedo lagi oleh USS Charr sebanyak dua kali. Ia akhirnya tenggelam bersama dengan 190 krunya. 450 kru beserta kaptennya selamat. Tragisnya, beberapa jam kemudian Yamato beserta kapal pengawalnya tenggelam dalam operasi Ten-go.[2]