Kali Besar
Kali Besar (de Groote Rivier) merujuk pada saluran yang menghubungkan Sunda Kelapa di utara dengan bagian selatan di Kota Tua Jakarta, sejajar dengan Sungai Ci Liwung di bagian timur yang bermuara di jantung Kota Tua Jakarta. Secara harfiah berarti Sungai Besar, saluran ini sekarang menjadi bagian dari Kali Krukut di Kecamatan Tambora.[1] SejarahLengkungan Kali Besar pernah diluruskan atas perintah Jacques Specx pada tahun 1631–1632. Pada masa awal Batavia di abad ke-17, kapal-kapal biasanya berlayar di sepanjang Kanaal menuju Kali Besar, di mana pembongkaran dan perbaikan kapal juga dilakukan di galangan kapal di depan Kasteel yang panjang, tetapi karena pengendapan pasir di muara dan ukuran kapal yang semakin besar, mereka tidak dapat lagi melewati terusan tersebut. Perahu-perahu itu kemudian ditarik oleh kuda dan budak-budak. Untuk kapal-kapal yang lebih besar, penumpang dan kargo diturunkan ke dalam perahu-perahul kecil atau tongkang.[2] Dahulu di sepanjang Kali Besar terdapat berbagai bangunan di era VOC, seperti gudang, pemukiman pribadi, gereja, dan pasar. Beberapa pasar yang ada di Kali Besar antara lain Pasar Sayur, Pasar Pisang, Pasar Ayam dan Pasar Beras. Banyak bangunan yang terlentak di sepanjang Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Kali Besar Timur berarsitektur Eropa dan dibangun pada abad ke-19, termasuk bangunan tua, kantor dan gudang. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut membentuk kawasan bersejarah yang menjadi daya tarik wisata, terutama bagi wisatawan rekreasi yang ingin menikmati suasana “Kota Tua”.[2][3] Kali Besar merupakan pusat perekonomian dan perdagangan VOC yang memiliki bangunan untuk pembuatan dan perbaikan kapal serta tempat bekerja para buruh atau budak. Kali Besar dulunya merupakan kawasan pemukiman elit pada awal abad ke-18 dan kemudian berubah menjadi kawasan perkantoran untuk perdagangan internasional. Salah satu contohnya adalah gedung Toko Merah. Dulunya banyak rumah imigran Tionghoa yang dibangun di sekitar kawasan tersebut, etapi banyak yang kemudian terbakar saat pogrom Batavia tahun 1740. Kali Besar telah beberapa kali berganti fungsi, setelah pelurusan Ci Liwung pada tahun 1632, di mana kapal-kapal kecil dapat membawa barang dari laut dan dari pedalaman ke pelabuhan. Sejak tahun 1870, semakin banyak perusahaan komersial muncul di Kali Besar, dan menjadi kawasan pusat kantor-kantor perdagangan internasional hingga tahun 1960-an.[2] Pertumbuhan Kali Besar sebagai pusat perdagangan mengakibatkan keberadaan gereja dan pasar menghilang. Posisinya sebagai pusat perdagangan hampir tergeser oleh selesainya pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1885 yang hanya berjarak 10 kilometer (6,2 mi) dari Kali Besar. Wabah malaria membuat wilayah ini tidak lagi kondusif bagi bisnis baru. Sejak tahun 1900, banyak pengusaha pindah ke sepanjang Noordwijk straat dan Rijswijk straat yang lebih jauh ke selatan Kota Tua.[2] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Kali Besar. |
Portal di Ensiklopedia Dunia