Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Bangunan dan struktur kolonial di Jakarta mencakup bangunan-bangunan yang didirikan selama masa kolonial Belanda di Indonesia. Periode (dan gayanya) yang menggantikan periode sebelumnya ketika Jayakarta/Jacatra, yang dikuasai Kesultanan Banten, dihancurkan sepenuhnya dan digantikan oleh kota dinding Batavia.[1] Gaya yang mendominasi masa kolonial dapat dibagi menjadi tiga periode: Zaman Keemasan Belanda (abad ke-17—akhir abad ke-18), periode gaya transisi (akhir abad ke-18—abad ke-19), dan modernisme Belanda (abad ke-20). Arsitektur kolonial Belanda di Jakarta dapat ditemui di gedung-gedung seperti rumah atau villa, gereja, gedung pemerintahan, dan perkantoran di kota administratif Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
Berikut adalah daftar bangunan dan struktur kolonial yang ditemukan di Jakarta. Daftar ini diurut berdasarkan abjat sesuai nama resminya. Bangunan yang direnovasi habis sampai mengalami perubahan bentuk dimasukkan ke daftar terpisah agar mudah dibedakan.
Sejumlah bangunan bergaya Cina dan masjid yang dibangun sepanjang periode ini turut dimasukkan sebagai perbandingan.
VOC (abad ke-17—akhir abad ke-18)
Jenis arsitektur kolonial pertama berkembang dari permukiman-permukiman pertama Belanda pada abad ke-17, masa ketika permukiman umumnya dikelilingi dinding yang melindunginya dari serangan saingan dagang Eropa atau pemberontakan pribumi. Setelah Jayakarta (sebelumnya bernama Sunda Kelapa) dikepung dan dihancurkan oleh Belanda tahun 1619, Belanda memutuskan agar kantor pusat Vereenigde Oostindische Compagnie dibangun di sini. Simon Stevin ditugaskan untuk merancang tata permukiman masa depan berdasarkan konsep 'kota ideal'-nya. Hasilnya adalah kota persegi berdinding yang dibelah Sungai Ciliwung. Sungai tersebut dialihkan ke sebuah kanal lurus (kelak disebut Grote Rivier atau Kali Besar). Kota baru ini diberi nama Batavia (sekarang Jakarta). Sesuai model Stevin, benteng Batavia adalah bangunan paling mencolok di kota ini dan melambangkan pusat kekuatan, sedangkan balai kota, pasar, dan bangunan umum lainnya tersebar-sebar. Tata kota Jakarta yang ini bisa dilihat di Kota Tua Jakarta melalui penataan jalanan dan kanal-kanalnya, meski banyak struktur asli abad ke-17 sudah dihancurkan atau digantikan oleh struktur baru abad ke-20.[2]
Gaya arsitektur periode ini adalah versi tropis dari arsitektur Belanda abad ke-17. Fitur-fitur yang lazim ditemukan adalah jendela sash tinggi Belanda dengan penutup ganda,[2] atap gabel,[2] dan dinding berwarna putih koral (berbeda dengan arsitektur bata terbuka di Belanda). Jakarta pada periode awal ini memiliki bangunan-bangunan yang dibangun dengan struktur tertutup, struktur yang sangat tidak ramah iklim tropis dibandingkan dengan arsitektur periode selanjutnya di Jakarta.[2] Contoh bangunannya terdapat di sepanjang Tygersgracht (sekarang Jalan Muka Timur); semuanya sudah dihancurkan.[2] Contoh terbaik yang masih ada adalah Toko Merah.
Pada tahun 1808, Daendels secara resmi memindahkan pusat kota ke selatan karena kondisi kota terdalam yang memburuk dan wabah malaria. Akibatnya, banyak bangunan dan struktur dari periode ini terbengkalai. Karena masalah keuangan, banyak bangunan dirobohkan pada abad ke-19 dan reruntuhannya dipakai untuk membangun struktur baru di selatan, seperti Istana Gubernur Jenderal Daendels (sekarang Departemen Keuangan Indonesia) dari reruntuhan Kastil Batavia, dan Batavia Theatre (sekarang Gedung Kesenian Jakarta) dari reruntuhan Spinhuis.
Selanjutnya, tanah-tanah kosong di Kota Tua dimanfaatkan oleh struktur-struktur baru abad ke-20. Struktur abad ke-17-18 yang tersisa dijadikan warisan budaya Jakarta, misalnya Toko Merah, Gereja Sion, dan Museum Sejarah Jakarta.
Gaya arsitektur dominan lainnya pada masa ini adalah rumah-rumah pedagang Cina yang kebanyakan dibangun pada abad ke-18. Sebagian besar struktur tersebut dipengaruhi gaya Belanda dan Cina.[2]
Engelse Brug[19] / Het Middelpuntbrug[20] / Grote Boom[20] / Djembatan Hoenderpasser Kali Besar atau Hoenderpasserbrug (1900-an)[19][20][21] / Ophaalbrug Juliana (1938)[20]
1655 (setelah pembongkaran Jembatan Inggris sebelumnya, terletak 100 meter ke selatan),[4][19] 1937 (telah direnovasi)[20]
Setelah VOC resmi dibubarkan tahun 1800, Republik Batavia menyatukan semua klaim wilayah VOC menjadi satu koloni terpadu bernama Hindia Belanda. Dari markas regional perusahaan, Batavia berubah menjadi ibu kota koloni ini. Pada tahun 1808, Daendels memindahkan pusat Kota Tua ke dataran tinggi di selatan dan mengurbanisasi wilayah Weltevreden. Selama periode interregnum di Britania Raya, Daendels digantikan oleh Raffles yang berkuasa sampai 1816.
Setelah Belanda memperkuat keberadaannya di kawasan ini, kota-kota berdiri di luar dinding benteng.[2]Batavia, bersama Semarang dan Ujung Pandang, menjadi pusat-pusat kota terpenting.[2] Saat itu, Batavia menjadi padat dan pedagang-pedagang kaya dan pejabat penguasa mulai membangun tempat tinggal di pinggir kota dan pedesaan sekitarnya.[2]
Pada periode ini, adaptasi iklim tropis secara perlahan memengaruhi sebagian arsitektur kolonial Belanda. Bentuk arsitektur baru ini disebut the Indies. Gaya yang lazim dijumpai pada masa ini adalah atap menjorok besar, atap dan loteng tinggi, dan teras depan-belakang terbuka menghadap kebun. Gaya Indies dideskripsikan sebagai campuran pengaruh Indonesia, Cina, dan Eropa. Gaya atap limasan Jawa sering dipakai dan ditambahi elemen-elemen arsitektur Eropa abad ke-19 seperti kolom Tuscan, pintu, jendela, dan tiga atau empat anak tangga ke beranda yang mengelilingi rumah.[2]
Neoklasikisme adalah gaya bangunan populer di Jakarta pada masa ini dan dianggap berhasil mewakili besarnya kekuasaan Belanda.[26]
Gedung Pancasila, Pancasila Building[36] / Gedung Departemen Luar Negeri or Building of the Ministry of Foreign Affairs[37]
Kediaman Hertog Bernhard (original)[36] / Kediaman Komandan Pasukan Kerajaan Belanda/ Volksraad or Council of the Indies Building atauRaad van Indië (1918) / Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai or Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan[37]
Hotel der Nederlanden (Dihancurkan dan digantikan oleh Kantor Kepresidenan Bina Graha pada 1969)[39][40]
Kediaman Pieter Tenzy (original)[39] / Kediaman W.H. van Eijsseldijk[39] / Kediaman Thomas Stamford Raffles (1811)[39] / Hotel Palace Royale (1840)[39] / Hotel der Nederlanden (1846)[39] / Hotel Dharma Nirmala (1950s)[40] / Markas Cakrabirawa (1950s)[40]
Magazijn Onderlinge Hulp in Noordwijk (Dihancurkan, digantikan dengan Kantor Departemen Keuangan RI bagian KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara)
Customs inspection office / Hotel Hersia (until 1951) / Rumah tinggal (1937–1951) / Asrama Sie Kok Liong untuk pelajar dari luar Jawa (sebelum 1928)[55]
Pasca penghapusan Cultuurstelsel (1870—pertengahan abad ke-20)
Penghapusan Cultuurstelsel tahun 1870 mengawali perkembangan cepat perusahaan-perusahaan swasta di Hindia Belanda. Sejumlah perusahaan dagang dan institusi keuangan didirikan di Jawa, kebanyakan di Batavia. Struktur-struktur Kota Tua yang memburuk, biasanya di pinggir Kali Besar, digantikan oleh perkantoran. Perusahaan-perusahaan swasta ni memiliki atau mengelola perkebunan, ladang minyak, dan tambang. Stasiun kereta api mulai dirancang dengan gaya periode ini..[2]
Secara arsitektur, neoklasikisme digantikan oleh neogothik dan Rasionalisme Belanda. Gaya arsitektur yang tampak adalah Nieuwe Kunst (contohnya Bank Tabungan Negara), Art Deco atau De Stijl, dan Amsterdam School. Gaya-gaya arsitektur ini merupakan versi tropis dari gaya aslinya, sehingga memunculkan gaya baru bernama the Indies.
Dua biro arsitek utama pada masa ini adalah AIA Bureau (Frans Ghijsels) dan AA Fermont and Cuypers Bureau (Eduard Cuypers).[2]
Kolonade wajib dibangun pada masa ini sebagai bentuk perlindungan terhadap hujan monsun dan sinar matahari tropis yang kemudian mengubah tampilan bangunan di pusat kota.[2]
Gaya kolonial di Jakarta menghilang sekian tahun kemudian pasca-pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942 dan kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Nama resmi terakhir
Nama sebelumnya
Tahun
Arsitek
Lokasi
Gambar terakhir
Gambar tertua
Bioscoop Manggarai atau "Manggarai Cinema"
Binnacle (Schakelhuis)
Gereja Kristen Cina
Frans Consulaat Koningsplein
Electrification of the State Railway Company at Meester Cornelis (Electrificatie van de Staatsspoor- en Tramwegen (SS en T) bij het spoorwegstation te Meester Cornelis)
Kantoor van de Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij te Weltevreden
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, National Committee on Sea Transportation Safety, Ministry of Transportation. Research and Development, Human Development of Transportation Ministry
Gedung perkantoran NHM; or Factorij der Batavia / Bank Koperasi Tani dan Nelayan (1960) / Bank Export Import (Bank Exim) (1968) / Bank Exim bersama Bank Dagang Negara / Bank Bumi Daya / Bank Pembangunan Indonesia / Bank Mandiri (1999)
Nederlandsche Handels Maatschappij te 22 Noordwijk (Demolished in 1984, replaced with Kantor Departemen Keuangan RI bagian KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara)[46]
Nederlandsche Handels Maatschappij te 22 Noordwijk / "Factorij"[46]
Gudang obat untuk Kementerian Kesehatan selama Penjajahan Belanda / Rumah Sakit Pendidikan (1919) / Het Centrale Burgerlijke Hospitaal (CBZ) atau "Rumah Sakit Sipil Pusat Batavia / Ika Dai Gakku Byoin (1942–1945)[113]
^The school was founded in 1902 by Dutch Protestant pastor and prominent Freemason Albertus Samuel Carpentier Alting(1837–1915). CAS developed into a lyceum (primary school); MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), junior highschool; and HBS (Hogere Burger School), senior highschool. After independence in 1945, the CAS remained operational to serve Djakarta's large remaining white settler community, although the Indonesian government forced the school to admit students from all races. All the Dutch students and teachers of CAS was expelled by Indonesian government by 1961, on which year the school was abolished and its premises turned into SDN 01 (State Primary School No. 1).[23]
^ abcdeTeeuwen, Dirk (2011). [Rendez-vous-Batavia.nl Batavia’s Wilhelmina Park – Jakarta’s Mosque Istiqlal] Periksa nilai |url= (bantuan).
^ abcdefghijklmnopqrstuvwxyzaaabacadaeafagahaiajakalamKaart van het Kasteel en de Stad Batavia in het Jaar 1667 (Peta) (edisi ke-Den Haag). 50 rhijnlandsche roeden (dalam bahasa Dutch). Kartografi oleh J.J. Bollee. G.B. Hooyer and J.W. Yzerman. 1919.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abcdefgAbdurrachman Surjomihardjo (1977). Pemekaran Kota (The Growth of Jakarta). Jakarta: Djambatan.
^ ab"Angke, Fort" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-07. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"1001 Warna Teluk Jakarta". National Geographic Traveller Indonesia (dalam bahasa Indonesian). National Geographic Traveller Indonesia. October 26, 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-11. Diakses tanggal June 19, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Candra Naya". Nile Guide. Nile Project. Diakses tanggal March 27, 2011.
^ abc"Candranaya, Gedung". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-29. Diakses tanggal July 8, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ ab"Weltevreden" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-27. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abTjandrasasmita, Uka (2009). Arkeologi Islam Nusantara (dalam bahasa Indonesian). Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 156. ISBN979-9102-12-X, 9789799102126 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). Diakses tanggal September 4, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Water Kasteel" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-13. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abc"Rumah Tinggi Palmerah" (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal August 13, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Rumah Tinggi Palmerah". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-13. Diakses tanggal July 7, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Balai Kota, Gedung" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-09. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Marine, Hotel". Ensiklopedi Jakarta. Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-13. Diakses tanggal July 5, 2011.
^ ab"Schouwburg" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-13. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abcdef"Der Nederlanden, Hotel". Ensiklopedi Jakarta. Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-02-20. Diakses tanggal May 12, 2011.
^ ab"Coen, Monumen". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-28. Diakses tanggal July 11, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Hoogerechshaf, Gedung" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-13. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Concordia, Gedung" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-27. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Nasional, Museum". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal August 24, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Sasmita Loka A. Yani, Museum". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal August 24, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abÉlan Kooy, Michelle (2008). RELATIONS OF POWER, NETWORKS OF WATER: GOVERNING URBAN WATERS, SPACES, AND POPULATIONS IN (POST)COLONIAL JAKARTA. Vancouver: The University of British Columbia. hlm. 46.line feed character di |title= pada posisi 39 (bantuan)
^ abc"Menteng Bioscoop (Jakarta)" (dalam bahasa Indonesian). NAi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-24. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abcd"STOVIA, Gedung". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal August 10, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abAkihary, Huib (1988). Architectuur & stedebouw in Indonesië 1870/1970. Zutphen: De Walburg Pers.
^ abRinno Widianto (2009). Gereja-Koinonia (dalam bahasa Indonesian). Depok: FIB UI. hlm. 19.Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abc"Nassaukerk" (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal August 7, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Nurul Ulfah (11 December 2009). "Melawan Virus Bersama Eijkman". detikcom (dalam bahasa Indonesian). DetikHealth. Diakses tanggal April 2, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Antara, Gedung". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2011. Diakses tanggal August 24, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link) [pranala nonaktif permanen]
^"Michiels Monumen". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abc"Gedung Joang '45". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-07. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Sumpah Pemuda, Museum". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-11. Diakses tanggal August 24, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Perpustakaan Nasional, Gedung" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-27. Diakses tanggal July 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abcde"Pertamina". Ensiklopedi Jakarta. Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-13. Diakses tanggal July 7, 2011.
^"Sejarah Rumah Sakit PELNI" (dalam bahasa Indonesian). Rumah Sakit Pelni. 2009. Diakses tanggal August 6, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ ab"Centraal Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ)". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-04. Diakses tanggal July 8, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Tineke Nauta-Meertens (30 Juni 1997). "CAS historie". Stichting CAS-Reünisten. Stichting CAS-Reünisten. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-02. Diakses tanggal May 11, 2011.
^ ab"Meester Cornelis, Stasiun". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-28. Diakses tanggal July 10, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abcd"Weltevreden, Stasiun". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-28. Diakses tanggal July 10, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ ab"Stasiun Pasar Senen" (dalam bahasa Indonesian). PT. KERETA API INDONESIA. 25 June 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-09. Diakses tanggal September 16, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Tanjung Priok, Stasiun". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-07. Diakses tanggal August 7, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abc"Menteng Pulo, Kuburan". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-09. Diakses tanggal July 24, 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)