KRI Sutedi Senoputra saat latihan TNI-AL
|
Karier (ID)
|
|
Produksi | Peenewerft, Wolgast, Jerman[1] |
Mulai dibuat
|
|
Diluncurkan
|
9 Oktober 1979[1]
|
Harga Unit
|
-
|
Ditugaskan | 19 September 1994[1] |
Nama sebelumnya | Parchim (242) dari Jerman |
Status
|
Aktif bertugas sejak 1994
|
Pelabuhan utama | Armada Timur TNI-AL |
Karakteristik umum
|
Berat benaman
|
793 ton standar 908 ton beban penuh[1]
|
Panjang
|
75,2 m (246,7 ft)
|
Lebar
|
9,78 m (32,1 ft)
|
Draft | 2,65 m (8,7 ft) |
Tenaga penggerak | 3 x Type M-504A-3 diesels, 14.250 hp[1] |
Kecepatan
|
24,7 knot
|
Jarak tempuh | 1.200 nm pada 20 knot 2.200 nm pada 14 knot[1] |
Awak kapal
|
60 orang[1]
|
Sonar & Radar | Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob |
Persenjataan elektronik | Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL |
Persenjataan | 2 x SA-N-5 SAM 2 x 57 mm gun (1x2) 2x30mm gun (1x2) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000-peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau |
KRI Sutedi Senoputra merupakan kapal perang Indonesia dari jenis korvet. Kapal ini termasuk kapal Korvet kelas Parchim dengan kode Pakta Warsawa Type 133.1. Kapal ini didesain untuk peperangan anti kapal selam diperairan dangkal / pantai.
Sebelumnya kapal ini bernomor lambung 378, sejalan dengan perpindahannya dari Koarmabar ke Koarmatim, maka nomor lambungnya pun berubah menjadi 878. Saat ini Sutedi Senoputra bertugas di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya berpatroli untuk melindungi kekayaan laut Indonesia, yang selama ini cukup banyak dijarah oleh pihak luar.
Enambelas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal yang dimodifikasi dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast. Setelah Penyatuan kembali Jerman, bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal ini ke TNI AL Indonesia pada 1993. Kapal korvet ini pernah digunakan sebelumnya oleh tentara Angkatan Laut Jerman Barat. Kapasitas kapal ini bisa menampung sebesar 20 hingga 59 orang anak buah kapal.
Penamaan KRI Sutedi Senoputra-378 diambil dari nama pahlawan KKO (Letnan KKO Soetedi Senaputra) yang gugur dalam Operasi Gondomono/Permesta (Merdeka) di Sulawesi Utara pada 16 Januari 1960.
Sejarah
Merupakan bekas Parchim (242). Seluruh kapal kelas ini sudah dibebastugaskan pada tahun 1991. Dibeli oleh Indonesia pada tahun 1993. Semua kapal kelas ini, merupakan pengembangan dari Korvet kelas Grisha miliki Uni Soviet, tetapi dengan persenjataan yang berbeda. Sebelum dipindahtangankan, mereka sudah memperbaiki sistem udara di kapal dan jarak tempuhnya sudah bertambah.[1]
Senjata
Torpedo
KRI Sutedi Senoputra dilengkapi dengan empat tabung peluncur torpedo 406 mm.
Peluru kendali
Sistem pertahanan udaranya adalah dua peluncur rudal SA-N-5, rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat sayap tetap, pesawat sayap putar dan terhadap rudal anti-kapal yang datang.
Anti kapal selam
Selain itu ia juga dilengkapi dengan 2 ranjau RBU-6000 ASW untuk peranan anti-kapal selam (ASW RL) dan juga mempunyai 2 rel para (Deep Charge).
Meriam
Meriam utama dipasang pada dek depan, adalah meriam kembar 57mm/70 caliber DP tipe AK-257. Kapal ini juga dilengkapi dengan satu senapan 30mm/65 AK-230 kembar serbaguna.
Peralatan eletronik dan umpan
Radar kapal ini adalah MR-302/Strut Curve bisa digunakan untuk pencarian sasaran di permukaan dan di udara yang dipadukan dengan sistem kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob. Kedua alat itu bekerja secara bersamaan dalam men-scan area diudara maupun dipermukaan.
Kapal anti-kapal selam (ASW) ini juga dilengkapi dengan sonar aktif berfrekuensi sederhana di badan kapal dari jenis MG-322T.
Umpan
PK-16 decol RL yang bisa diluncurkan dalam mode ganggu (distraction) atau menarik (seduction) untuk mengelabui rudal musuh. Selain itu ia juga mempunyai sistem pemantau Watch Dog intercept.
Tenaga penggerak
Kapal ini mempunyai tiga mesin disel yang dihubungkan dengan tiga gandar bagi menghasilkan tenaga sebesar 14,250 bhp, dengan kecepatan maksimum 24 knot.
Komandan
- Mayor Laut (P) Sirilus Arif Susbiantoro (-2011)
- Letkol Laut (P) Agam Endrasmoro (2011-2012)
- Mayor Laut (P) Agustinus Djoko Priyanto (2012-)
Referensi