KRI Sultan Thaha Syaifuddin adalah sebuah korvet Kelas Parchim yang dibuat untuk Volksmarine / AL Jerman Timur pada akhir 70-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal / pantai. Enambelas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal (versi modifikasi) dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast. Soviet memesan kapal ini dengan tujuan untuk menolong industri kapal Jerman Timur, karena saat itu sebenarnya Soviet sudah mempunyai korvet Kelas Grisha yang lebih baik dibanding Parchim dalam semua aspek. Begitu keluar dari perairan dangkal keampuhan dari kapal ini menurun drastis.[1]
Di Soviet korvet kelas Parchim dikembangkan lagi menjadi korvet kelas Parchim II. Setelah Penyatuan kembali Jerman, bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal Parcimnya ke TNI ALIndonesia pada tahun 1993. Oleh TNI AL kapal ini dimodifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM untuk patroli lebih lama dilaut.
Saat ini KRI Sultan Thaha Syaifuddin adalah KRI kelas Parchim pertama yang akan melaksanakan program modernisasi senjata dan sensor elektroniknya sehingga nantinya akan mampu meningkatkan kemampuan tempur dan self defence kapal ini apabila difungsikan sebagai kapal tabir suatu gugus tugas.
Pejabat Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin saat ini adalah Letkol Laut (P) Tomosa Uskarlind Larosa, M.Tr. Opsla lulusan Akademi Angkatan Laut angkatan 49 tahun 2003.
Senjata
Peluru Kendali
Sistem pertahanan udaranya adalah dua peluncur rudalSA-N-5, rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat sayap tetap, pesawat sayap putar dan terhadap rudal anti-kapal yang datang.
Selain itu, ada pula tambahan 2 unit peluru kendali anti pesawat QinWei-8 buatan China yang dipasang dihaluan dan buritan kapal.
Torpedo
KRI Sultan Thaha Syaifuddin dilengkapi dengan enam tabung peluncur torpedo MK 32 untuk melaksanakan penghancuran terhadap sasaran Kapal Selam ataupun Kapal Permukaan.
Raketnaya Bombommetnaya Ustanovska
Selain torpedo, untuk menghadapi Kapal Selam menggunakan metode urgent attack ia juga dilengkapi dengan 2 launcher RBU-6000.
Bom Laut
Selain torpedo dan RBU, untuk peran anti-kapal selam KRI STS juga mempunyai 2 para (Deep Charge).
Meriam
Meriam utama kapal perang KRI Sultan Thaha Syaifuddin yang dipasang pada dek buritan, adalah meriam laras kembar 57 mm. Kapal ini juga dilengkapi dengan satu meriam 30 mm 7 barrels serbaguna.
PK-16 decol RL yang bisa diluncurkan dalam mode ganggu (distraction) atau menarik (seduction) untuk mengelabui rudal musuh. Selain itu ia juga mempunyai sistem pemantau Watch Dog intercept.
Radar kapal ini adalah MR-36A dan MR-35 yang masing-masing bisa digunakan sebagai surveillance radar dan tracking musuh baik sasaran permukaan dan sasaran udara.
Kapal anti-kapal selam (ASW) ini juga dilengkapi dengan sonar aktif berfrekuensi sederhana di badan kapal dari jenis MG-322T.
Kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan Radio Monitoring dan Direction Finder untuk melakukan penyadapan dan pencarian dari gelombang-gelombang radio mulai dari VLF sampai UHF
Tenaga penggerak
Kapal ini mempunyai tiga mesin disel yang dihubungkan dengan tiga gandar bagi menghasilkan tenaga sebesar 14,250 bhp, dengan kecepatan beroperasi 24 nm.