Jiu-jitsu Brasil
Jiu-jitsu Brasil (bahasa Inggris: Brazillian jiu-jitsu (BJJ)) adalah sebuah bela diri yang terfokus pada pertarungan lantai yang pertama kali dipopulerkan di Brasil.[1] Bela diri ini merupakan sebuah pengembangan dari bela diri Kodokan Judo Dan Catch Wrestling [1], yang dipelopori oleh Mitsuyo Maeda bersama Keluarga Gracie.[2] Lebih jauh lagi, keluarga Gracie telah berhasil mempopulerkan bela diri dalam taraf internasional.[2] Salah satu acara yang dinilai paling berhasil mempopulerkan bela diri ini adalah ajang tarung Ultimate Fighting Championship (UFC) yang beberapa kali dimenangkan oleh Royce Gracie.[2] Teknik yang dipelajari pada BJJ lebih terfokus pada pertarungan lantai, bantingan, kuncian, dan cekikan.[1] Filosofi yang dipegang oleh praktisi bela diri ini adalah bagaimana lawan yang lebih kecil, lebih lemah, dan lebih lambat dapat menghadapi lawan yang besar dan kuat.[1] Sebagai olahraga, Jiu Jitsu Brazil mempunyai turnamen yang digelar dalam berbagai tingkatan. Sebagai seni bertarung, Jiu Jitsu Brazil banyak dipelajari sebagai upaya untuk membela diri dari tindak kriminal. Di samping itu, bela diri ini banyak diadopsi oleh praktisi bela diri campuran (Mixed Martial Arts) maupun kalangan militer. SejarahMitsuyo Maeda, (lahir di Jepang, November 1878) seorang praktisi Kodokan Judo yang merupakan murid dari pejudo legendaris Jigoro Kano, adalah cikal bakal terbentuknya Jiu-jitsu Brasil.[2] Pada tahun 1904, Maeda diundang untuk datang ke Amerika Serikat untuk mendemonstrasikan Judo bersama Tsunejiro Tomita.[2] Setelah sampai di Amerika Serikat, Tominta ditantang di untuk bertanding di muka umum dan mengalami kekalahan.[2] Kekalahan ini membuat Maeda malu.[2] Akhirnya, Maeda memutuskan untuk menjadi seorang pegulat profesional yang berkeliling dunia.[2] Pada tahun 1906 sampai 1913, Maeda berkeliling dunia sebagai pegulat profesional.[2] Dalam kurun waktu tersebut, dia telah bergulat di Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Spanyol, Meksiko, Kuba, dan Kosta Rika, sebelum akhirnya menetap di Brasil pada tahun 1914.[2] Di sela-sela kariernya sebagai pegulat di Brasil, Maeda juga mengajar Judo.[3] Sekitar tahun 1916, seorang pemuda bernama Carlos Gracie mulai belajar Judo bersama Maeda.[2] Setelah itu, Carlos berhenti belajar dan mulai mengoper ilmu yang dia dapat kepada adik-adiknya, yaitu Oswaldo, Gastao, dan Helio.[3] Pada tahun 1925, bersama dengan adik-adiknya, Carlos membangun perguruan Jiu-jitsu Brasil di Rio de Janeiro.[3] Perguruan tersebut terbilang cukup sukses dan berhasil membuat bela diri Jiu-jitsu terkenal di penjuru Brasil.[3] Pada tahun 1980’an, dua anggota keluarga Gracie yaitu Rorion Gracie (anak Helio Gracie) dan Carley Gracie (anak Carlos Gracie), memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat.[3] Kemudian, dua anggota keluarga Gracie tersebut membangun perguruan Jiu-jitsu Brasil di California yang kesuksesannya terbilang menyerupai negara asalnya.[3] Popularitas Jiu-jitsu Brasil melejit pada tahun 1990’an setelah Royce Gracie berhasil memenangkan kompetisi Ultimate Fighting Championship (UFC), ajang tarung yang mengundang praktisi beladiri dari berbagai aliran.[3] Pada tahun 1994, Angkatan Darat Amerika Serikat mengadopsi Jiu-jitsu Brasil untuk melatih tentara di Fort Benning, AS.[3] Dewasa ini, Jiu-jitsu Brasil banyak dipelajari oleh praktisi bela diri campuran (MMA).[3] Meskipun demikian, banyak praktisi MMA yang mengkombinasikan Jiu-jitsu Brasil dengan bela diri lainnya, seperti Muay Thai, Tinju, dan Gulat Greko-Roma.[4] Perkembangan di IndonesiaPenyebaran Jiu-jitsu Brasil di Indonesia dipelopori oleh adanya komunitas Jiu-jitsu Brasil di Indonesia yang dibawa oleh mantan mahasiswa Amerika Serikat dan Australia (Niko Han, Yuristian Amadin, I made Wigraha, Martin Hartono, Andre Saputra, dan Ivan Hudyana).[5] Melalui komunitas ini, kepopuleran Jiu-jitsu lambat laun menyebar.[5] Terbukti dengan munculnya banyak perguruan yang mengajarkan Jiu-jitsu Brasil.[6][7] Salah satu praktisi Jiu-Jitsu Brasil Indonesia yang ternama adalah Fransino Tirta, dia telah memenangkan berbagai pertandingan MMA dalam lingkup nasional maupun internasional.[8] Teknik dan Gaya BertarungTehnik dan gaya bertarung Jiu Jitsu Brasil terfokus pada pertarungan bawah, bantingan, cekikan, kuncian sendi, dan pemanfaatan posisi menguntungkan.[1] Pada prinsipnya, dari masing-masing posisi dapat dilancarkan berbagai variasi gerakan.[1] Tujuan dari gerakan tersebut pada umummnya adalah untuk mendapatkan posisi yang lebih menguntungkan atau untuk menyelesaikan lawan dengan kuncian.[1] Tehnik-tehnik pada Jiu Jitsu Brazil dapat dilatih dengan atau tanpa mengenakan Gi.[1] Perbedaan dengan Ju-Jutsu TradisionalJiu Jitsu Brasil memiliki keserupaan dengan Jujutsu tradisional Jepang sebagai bela diri induknya.[1] Kedua bela diri ini memilih tehnik yang efisien dibandingkan penggunaan tenaga kasar.[1] Di samping itu, banyak tehnik yang digunakan Jiu Jitsu Brazil merupakan tehnik yang pada awalnya dikembangkan oleh praktisi Ju Jutsu Jepang.[1] Meskipun demikian, Jiu Jitsu Brazil dan Jujutsu Jepang memiliki perbedaan yang mendasar.[1] Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.[1] Strategi PosisiYang unik dari Jiu Jitsu Brasil adalah bela diri ini memiliki strategi posisi yang komprehensif.[1] Dalam strategi posisi tersebut, masing masing praktisi dilatih untuk menggunakan variasi tehnik untuk:
Metode LatihanDalam Jiu Jitsu Brasil, metode latihan difokuskan pada latihan hidup (Randori).[1] Hal ini merupakan wasiat dari Maeda yang merupakan murid Jigoro Kano, seorang praktisi judo legendaris yang menggunakan Randori sebagai metode latihan dasar.[1] Yang dimaksud dengan latihan hidup adalah menggunakan sparring untuk latihan. Disini, masing-masing praktisi berusaha untuk mengunci lawan sembari menghindari serangan kuncian.[1] Di sisi lain, latihan Ju Jutsu Jepang terfokus pada ‘kata’ atau serangkaian pergerakan teratur yang dilakukan oleh pasangan.[1] Sistem PoinDalam pertandingan Jiu Jitsu Brasil, terdapat sistem poin yang disesuaikan dengan keadaan pertarungan alami.[1] Disini praktisi dihadiahi oleh poin ketika berhasil menciptakan posisi yang relatif menguntungkan dibandingkan dengan lawannya.[1] Perbedaan TehnikPada Jiu Jitsu Brasil, tehnik yang dipelajari terfokus pada pergulatan di lantai (ne waza).[1] Fokus latihan seperti ini tidak diikuti oleh Ju Jutsu Jepang.[1] Perbedaan tehnik yang lain adalah, pada Ju Jutsu Jepang, dipelajari beberapa tehnik yang mengarahkan serangan ke titik vital seperti mata dan alat kelamin. Sementara pada Jiu Jitsu Brasil, tehnik seperti ini tidak dimiliki.[1] KompetisiBanyak pertandingan Jiu Jitsu Brasil di gelar dalam skala regional maupun internasional. Federasi Jiu Jitsu Brazil Internasional (IBJJF), secara periodis menggelar kompetisi besar, seperti Kejuaraan Pan American, Kejuaraan Jiu-jitsu Eropa, dan Kejuaraan Jiu-jitsu Dunia.[9] Di samping itu, banyak praktisi Jiu Jitsu Brasil juga mengikuti (dan memenangkan) kejuaraan gulat kuncian (Submission Grappling).[10] Salah satu kompetisi gulat kuncian yang paling bergengsi adalah kejuaraan gulat kuncian yang digelar oleh Abu Dhabi Combat Club (ADCC).[10] Di Indonesia sendiri, cukup sering diadakan kejuaraan gulat kuncian.[5] Kejuaraan yang memiliki skala paling besar adalah Indonesian Submission Championship yang diadakan oleh Federasi Grappling Indonesia (FGI) setahun sekali.[5] PenilaianDalam kompetisi Jiu Jitsu atau gulat kuncian, penilaian dilakukan oleh juri atau wasit.[11] Biasanya, juri pertandingan adalah praktisi Jiu Jitsu Brasil yang berpengalaman.[11] Umummnya juri dan wasit menggunakan peaturan yang dibuat oleh IBJJF.[11] Peraturan IBJJF, merupakan standar yang paling banyak digunakan oleh kompetisi Jiu Jitsu Brasil di seluruh dunia.[11] Ada dua cara untuk memenangkan pertandingan Jiu Jitsu Brasil.[11] Cara yang pertama adalah dengan memaksa lawan menyerah dengan kuncian, sedangkan cara yang kedua adalah denngan menang poin.[11] Ketika seorang praktisi berhasil mengunci lawannya, umummnya lawannya menyatakan menyerah dengan menepuk-nepuk bagian tubuh lawan, dengan membanting-banting kaki pada matras, atau dengan menyerah secara verbal.[11] Untuk menang poin, seorang praktisi harus memiliki poin lebih dari lawannya ketika pertandingan berakhir. Poin bisa didapatkan oleh kompetitor dengan membanting atau dengan memperoleh posisi dominan.[11] Lihat PulaReferensi
Pranala luar
Bacaan Lebih Lanjut(Inggris) Paiva A. 2013. Brazilian Jiu-Jitsu: The Ultimate Guide to Dominating Brazilian Jiu-Jitsu and Mixed Martial Arts Combat. Singapore: Tuttle Publishing. |