Jürgen Moltmann (8 April 1926 – 3 Juni 2024) adalah seorang Teolog Reformed Jerman yang merupakan Profesor Emeritus Teologi Sistematika di Universitas Tübingen dan terkenal karena buku-bukunya seperti Teologi Pengharapan, Tuhan yang Tersalib, Tuhan dalam Penciptaan, dan kontribusi lain pada teologi sistematika. Karya-karyanya diterjemahkan ke banyak bahasa.
Moltmann menggambarkan teologinya sebagai perpanjangan dari karya teologis Karl Barth, khususnya Dogmatik Gereja, dan dia menggambarkan karyanya sebagai Pasca-Barthian. Ia mengembangkan suatu bentuk teologi pembebasan yang didasarkan pada pandangan bahwa Tuhan menderita bersama umat manusia, sekaligus menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi umat manusia melalui harapan akan Kebangkitan, yang ia sebut sebagai 'teologi pembebasan harapan'. Sebagian besar pekerjaan Moltmann adalah mengembangkan implikasi ide-ide ini terhadap berbagai bidang teologi. Moltmann menjadi terkenal karena mengembangkan suatu bentuk trinitarianisme sosial. Ia dianugerahi beberapa gelar doktor kehormatan internasional.
Masa muda Moltmann
Moltmann dilahirkan di Hamburg, Jerman dan dibesarkan dalam lingkungan yang sangat sekuler. Kakeknya adalah seorang empu (grandmaster) dari Freemason. Pada usia 16 tahun, Moltmann mengidolakan Albert Einstein, dan berharap untuk belajar matematika di universitas. Fisikarelativitas merupakan "rahasia yang menakjubkan yang terbuka bagi pengetahuan"; teologi belum memainkan peranan apapun dalam hidupnya.
Perang Dunia
Moltmann menempuh ujian masuknya untuk melanjutkan pendidikannya, namun sebaliknya ia pergi berperang sebagai seorang tenaga pembantu di Angkatan Udara Jerman. "'Jatah besi' dalam bahan-bahan bacaan yang dibawanya bersamanya ke dalam penderitaan perang adalah puisi-puisi karya Goethe dan karya-karya Nietzsche."¹ Pada 1944 ia sungguh-sungguh terkena wajib militer, dan menjadi tentara di militer Jerman. Ketika diperintahkan ke Reichswald, sebuah hutan Belgia di garis depan, ia menyerah pada 1945 dalam kegelapan kepada tentara Inggris pertama yang ia jumpai. Selama beberapa tahun kemudian (1945-1948), ia ditahan sebagai tawanan perang dan dipindahkan dari satu kamp ke kamp yang lainnya.
Teologi di kamp-kamp tahanan
Ia mula-mula ditawan di Belgia. Di kamp di Belgia, para tahanan tidak mempunyai banyak kegiatan. Moltmann dan rekan-rekan setahanan merasa tersiksa oleh "kenangan dan pikiran-pikiran yang mengkhawatirkan"—Moltmann mengaku telah kehilangan semua pengharapan dan kepercayaan terhadap budaya Jerman karena Auschwitz dan Buchenwald (kamp-kamp konsentrasi tempat orang Yahudi dan yang lain-lainnya yang ditentang Nazi ditahan dan dibunuh). Mereka juga melihat foto-foto yang dipasang secara menantang di gubuk-gubuk mereka, foto-foto yang gamblang tentang Buchenwald dan kamp konsentrasi Bergen-Belsen.² Moltmann mengaku bahwa penyesalannya begitu mendalam, sehingga ia sering merasa bahwa ia lebih suka mati bersama-sama dengan rekan-rekannya daripada tetap hidup untuk menghadapi apa yang telah dilakukan oleh bangsanya.
Moltmann bertemu dengan sekelompok orang Kristen di kamp itu, dan seorang pendeta tentara Amerika memberikan kepadanya sebuah Perjanjian Baru dan Mazmur. Perlahan-lahan ia semakin merasakan identifikasi dan mulai mengandalkan iman Kristen. Moltmann belakangan mengaku, "Saya tidak menemukan Kristus, dialah yang menemukan saya."
Setelah Belgia, ia dipindahkan ke sebuah kamp di Skotlandia, dan di sana ia bekerja dengan orang-orang Jerman lainnya untuk membangun kembali daerah-daerah yang rusak karena pengeboman. Keramahtamahan penduduk terhadap para tawanan itu meninggalkan kesan yang mendalam pada dirinya. Pada Juli 1946, ia dipindahkan untuk terakhir kalinya ke Northern Camp, sebuah penjara Britania yang terletak dekat Nottingham, Britania. Kamp itu dioperasikan oleh YMCA dan di sana Moltmann bertemu banyak mahasiswa teologi. Di Northern Camp, ia menemukan buku Reinhold Niebuhr, Nature and Destiny of Man (Hakikat dan Tujuan Manusia) -- itu adalah buku teologi pertama yang pernah dibacanya, dan Moltmann mengaku bahwa buku itu menimbulkan dampak yang hebat terhadap hidupnya.
Pulang
Moltmann pulang ke rumahnya pada usia 22 tahun dan menemukan kotanya, Hamburg (malah, seluruh negerinya) dalam keadaan hancur karena pengeboman Tentara Sekutu semasa Perang Dunia II. Moltmann segera bekerja dalam upayanya mewujudkan suatu teologi yang kemudian menjangkau apa yang disebutnya "sisa-sisa generasi[nya]". Moltmann berharap bahwa contoh dari "Gereja yang Mengaku" selama perang akan diulangi dalam struktur-struktur gerejawi yang baru. Namun sebaliknya, ia dan banyak yang lainnya malah kecewa ketika menyaksikan pembangunan kembali model-model pra-perang dalam sebuah upaya budaya untuk melupakan sama sekali periode kesulitan yang mematikan yang baru saja berlalu.
Pada 1947, Moltmann dan keempat temannya diundang untuk menghadiri Gerakan Mahasiswa Kristen pertama setelah perang di Swanwick, sebuah pusat konferensi dekat Derby. Apa yang terjadi di sana sangat memengaruhi dirinya. Moltmann kembali ke Jerman untuk belajar di Universitas Goettingen, sebuah lembaga yang para profesornya merupakan pengikut-pengikut Karl Barth dan para teolog yang pernah terlibat dalam "Gereja yang Mengaku" di Jerman.
Sejak selesai studinya di Göttingen, Moltmann terus berbicara dan menulis mengenai pandangan-pandangan teologinya.
Pengaruh
Moltmann menyebutkan teolog Inggris Studdert Kennedy sebagai orang yang sangat dihormatinya dan ia banyak mengandalkan Ernst Bloch, dalam karya pentingnya Theology of Hope (Teologi Pengharapan).
Teologi
Moltmann awal dapat dilihat dalam triloginya, Theology of Hope (Teologi Pengharapan) (1964), The Crucified God (Allah yang Tersalib) (1972), dan The Church in the Power of the Spirit (Gereja di dalam Kuasa Roh) (1975):
Teologi Pengharapan sangat dipengaruhi oleh orientasi eskatologis dari karya filsufmarxis, Ernst BlochThe Principle of Hope (Prinsip Pengharapan).
Allah yang Tersalib menegaskan bahwa Allah mati pada kayu salib, sehingga membangkitkan pertanyaan tentang impasibilitas Allah - konsep bahwa Allah tidak mungkin dapat menderita.
Gereja di dalam Kuasa Roh menjelajahi implikasi-implikasi dari eksplorasi ini bagi gereja di dalam kehidupan dan dunianya.
Tahap awal ini telah dibandingkan dengan teologi-teologi Pembebasan yang menonjol di Amerika Latin pada waktu itu.
Moltman yang belakangan mengambil pendekatan yang lebih sistematik terhadap teologi, dan sebagian orang melihatnya tidak begitu radikal dan kurang menantang.
Catatan akhir
¹ Barang-barang itu adalah pemberian dari saudara perempuannya. Di tempat-tempat lain, Moltmann menyebutkan bahwa "Faust" termasuk dalam koleksi puisi Goethe.
² Reaksi awal dari para tahanan terhadap foto-foto ini ialah bahwa semua itu adalah propaganda Inggris.
Jürgen Moltmann, "Why am I a Christian?" dalam Experiences of God (Philadelphia: Fortress Press, 1980).
Jürgen Moltmann, "An Autobiographical Note" dalam A. J. Conyers, God, Hope and History: Jürgen Moltmann and the Christian Concept of History (Macon, GA: Mercer University Press, 1988).
Jürgen Moltmann, Pengantar untuk M. Douglas Meeks, Origins of the Theology of Hope (Philadelphia: Fortress Press, 1974).