Istana TyersallIstana Tyersall adalah istana bersejarah yang dibangun di lingkungan Taman Tyersall. Lokasinya berada di antara Holland Road dan Tyersall Road yang berdekatan dengan Kebun Botani Singapura di Singapura. Istana ini telah hancur. Lahan bekas istananya ttelah dibatasi untuk dimasuki oleh publik.[1] Bagian Istana Tyersall yang hancur telah tercampur dengan Istana Woodneuk. Kedua istana ini berada di lokasi yang saling berdekatan. Pencampuran terjadi karena Istana Woodneuk juga dalam keadaan bobrok. Hanya saja, Istana Woodneuk terletak di bukit lain yang berukuran lebih kecil. Bagian Istana Tyersall dapar dibedakan dengan Istana Woodneuk dari bagian gentengnya. Genteng Istana Tyersall berwarna merah, sedangkan Istana Woodneuk berwarna biru. SejarahMantan Letnan Gubernur Labuan di Singapura yang bernama William "Royal Billy" Napier, pernah memiliki sebuah rumah di perkebunan Tyersall. Rumah ini didirikan pada tahun 1854. Saat itu, ia bekerja sebagai pengacara pertama di Singapura untuk Inggris. Rumahnya memiliki luas 67 hektar. Napier menjual rumahnya setelah pensiun dan berangkat kembali ke Inggris pada tahun 1857. Rumah ini dijual dengan bantuan Boustead & Co. pada bulan Maret 1857. Rumah ini terjual pada tahun 1860. Pembelinya bernama Abu Bakar dari Johor.[2] Abu Bakar membelinya untuk berpindah tempat tinggal dari Telok Blangah. Rumah ini kemudian dijadikan sebagai kediamannya ketika ia memerintah sebagai Temenggong Johor. Ia memperoleh kekuasaannya setelah kematian ayahnya pada tahun 1862. Ayahnya yaitu Temenggong Daeng Ibrahim.[3] Pada tanggal 30 Juni 1868, Temenggong Abu Bakar diproklamasikan sebagai Maharaja Johor. Lalu pada tanggal 13 Februari 1886, ia diproklamasikan sebagai Sultan Johor ke-21. Setelah memperoleh kekuasaan sebagai sultan, ia memutuskan untuk membangun istana baru di Singapura untuk memperingati perolehan kekuasaannya. Rumah yang dibelinya dari Napier kemudian dihancurkan pada tahun 1890. Tujuannya untuk mempermudah pembangunan istananya yang baru.[butuh rujukan] ArsitekturPerancangan denah dari istana baru milik Sultan Abu Bakar dikerjakan oleh Dato Yahaya Awaluddin. Ia adalah seorang arsitek dan anggota Kabinet Sultan Abu Bakar. Denah ini dibuatnya sesuai dengan keinginan dari Sultanah Fatimah. Fatimah merupakan istri ke-3 dari Sultan Abu Bakar. Fatimah merupakanseorang wanita Tionghoa keturunan Kanton. Sebelum menikah dengan Sultan Abu Bakar, nama aslinya adalah Wong Ah Gew.[butuh rujukan] Pengawasan pembangunan istana diserahkan kepada Wong Ah Fook. Dia adalah kenalan lama dari Sultan Abu Bakar yang bekerja sebagai kontraktor dari Tiongkok. Ah Fook dikenal sebagai pembangun bangunan Kesultanan Johor yang ada di Singapura. Ia juga merupakan teman dekat Sultanah Fatimah dan memiliki nama keluarga serta dialek yang sama.[butuh rujukan] Pekerjaan yang menggunakan bahan bangunan berupa besi dikerjakan oleh Howarth Erskine.[4][5][6] Sementara bagian pekerjaan lainnya dilakukan oleh HC Hogan. Pekerjaan pelapis furnitur dan peralatan dikerjakan oleh John Little & Co.[butuh rujukan] Pada tanggal 25 Februari 1891, Sultana Fatimah wafat. Saat wafatnya, pembangunan istana belum rampung.[butuh rujukan] Menurut catatan dari Singapore Free Press, istana yang dibangun berbentuk persegi panjang. Ukurannya adalah 210 kaki dengan lebar 174 kaki. Bentuk arsitekturnya meniru gaya arsitektur Korintus. Bagian atap terbuat dari ubin merah. Istana ini memiliki menara setinggi tujuh puluh kaki di bagian tengah bangunan. Menara ini menggunakan atap dengan puncak berbentuk bintang dan bulan sabit. Kedua bentuk ini merupakan simbol dari kesultanan.[butuh rujukan] Bangunan istana memiliki fitur-fitur utama berupa teras kereta yang diproyeksikan luas. Selain itu terdapat tangga besar dengan langkan besi hias. Ada pula ruang resepsi besar, ruang bola, dan ruang biliar. Tiap ruangan dilengkapi dengan lampu listrik. Singapore Free Press menjelaskan bahwa keberadaan lampu listrik di dalam bangunan ini merupakan bentuk peningkatan dari peradaban domestik dan industri koloni. Bagian dalam bangunan dihiasi oleh lampu kipas yang bergaya Arab. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu jati dan kayu ulin. Jumlah pintunya sebanyak 420 pintu.[7] PembukaanIstana Tyersall dibuka secara resmi pada tanggal 3 Desember 1892. Pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Permukiman Selat ke-13, yaitu Sir Cecil Clementi Smith. Dalam pembukaan tersebut, Smith didampingi oleh Lady Teresa Newcomen. Di bagian balai riung, sultan memberikan pidato dalam bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Acara peresmian ini dihadiri oleh perwakilan perusahaan pialang kekuasaan terpilih dari Singapura dan Pejabat Kesultanan Johor. Pesertanya antara lain Sultan Pahang Ahmad Muazzam Shah dan Sultan Riau Abdul Rahman II Muazzam Shah.[8] Istana Tyersall kemudian dikenal sebagai bangunan yang pertama kali dialiri listrik di Singapura.[9][10] Peristiwa bersejarahIstana Tyersall tidak hanya digunakan sebagai kediaman resmi Sultan Johor di Singapura. Dalam catatan sejarah, istana ini pernah digunakan sebagai tempat beberapa acara dan pesta penting. Pada tanggal 10 Desember 1892, Sultan Johor menerima Kelas Satu Tingkat Pertama dalam Ordo Naga Ganda yang diberikan oleh Kaisar Guangxu. Perwakilan yang memberikannya adalah Konsul Jenderal di Singapura. Penghargaan ini diberikan sebagai tanda perhatian, simpati, dan kebaikan Sultan Johor karena mengizinkan orang Tionghoa untuk menetap di Johor. Prosesi penyerahan ini dihadiri oleh sekumpulan pengusaha Tionghoa.[butuh rujukan] Lalu, pada tanggal 6 April 1893, Sultan Johor juga mengadakan resepsi kepada Pangeran Franz Ferdinand dari Austria dan rombongannya. Rombongan ini tiba pada pukul lima sore di Istana Tyersall. Pangeran Ferdinand berkunjung bersama dengan Adipati Agung Austria. Dalam kunjungan tersebut, Pangeran Ferdinand diperlihatkan berbagai ruangan dan barang-barang istana. Setelah itu, dilanjutkan dengan perjalanan dengan kereta Sultan Johor menuju ke Tanjong Pagar.[11][12] Sultan Johor juga mengadakan resepsi makan malam pada tanggal 24 Februari 1894 bersama dengan gubernur ke-14 dari Straits Settlements. Saat itu yang menjabat sebagai gubernur adalah Charles Mitchell. Jumlah tamu yang menghadiri resepsi tersebut sebayak 80 tamu.[13][14] Kemudian pada sore hari tanggal 14 Januari 1895, Sultan Johor mengadakan pesta yang dilaksanakan di balai riung Istana Tyersall. Pesta ini dihadiri oleh Gubernur Charles Mitchell dan istrinya Lady Eliza Weldon. Beberapa pejabat militer dan pemerintahan juga menghadiri acara ini. Putra Sultan Tunku Mahkota yang bernama Ibrahim Al-Marhum juga menghadiri acara ini. Ibrahim merupakan putra mahkota Sultan Johor. Selain itu, hadir pula tamu-tamu dari Eropa, Tiongkok, dan Arab beserta beberapa bangsawan Johor.[15][16] Sultan Johor juga mengadakan pesta makan siang pada tanggal 9 Maret 1895. Tujuannya untuk menghormati teman lamanya yaitu Thomas Shelford. Shelford akan meninggalkan Singapura untuk menuju ke Inggris. Pesta ini dhadiri oleh para bangsawan Singapura dan istri mereka beserta dengan bangsawan Johor.[17][18] Sultan Johor mengadakan resepsi yang terakhir dalam hidupnya di Istana Tyersall pada tanggal 15 April 1895. Resepsi ini diadakan pada sore hari dengan tamu berjumlah ratusan orang. Beberapa di antara tamunya ialah mantan Sultan Perak yaitu Abdullah Muhammad Shah II. Hadir pula perwakilan dari konsuler, militer, dan masyarakat sipil.[19] Resepsi ini diadakan sebagai awal pembukaan acara peresmian kapal uap Pekin yang akan berangkat menuju ke Eropa. Kapal ini berangkat pada 23 April 1895.[20] Pada tanggal 4 Juni 1895, Sultan Abu Bakar meninggal akibat penyakit radang paru-paru. Ia wafat di South Kensington, London.[21] Kabar wafatnya Sultan Abu Bakar diketahui oleh putranya yaitu Tunku Ibrahim Al-Marhum. Informasi ini diterimanya melalui telegram dari Dato Sri Amar DiRaja Abdul Rahman Andak.[butuh rujukan] Kepemilikan Istana Tyersall dan bangunannya diserahkan kepada putra Sultan Abu Bakar pada 2 November 1895. Penyerahan ini dilakukan setelah ia menjabat sebagai Sultan Johor yang baru.[22] Namun Sultan Ibrahim lebih suka tinggal di Istana Woodneuk.[butuh rujukan] Istana Tyersall kembali digunakan pada tanggal 3 Agustus 1896 oleh Ungku Maimunah. Ia adalah istri pertama dari Sultan Ibrahim dari Johor. Tujuannya untuk memberikan resepsi untuk Raja Siam Rama V dan Ratu Savang Vadhana.[23] Lalu pada tanggal 9 Desember 1896, kunjungan pribadi dilakukan oleh Konsul Spanyol untuk Permukiman Selat Guillermo Leyra. Kunjungan ini dihadiri oleh konsul dan para perwiranya untuk menemui Sultan Johor.[24] Sultan Ibrahim kemudian mengadakan pesta makan siang pada tanggal 11 Januari 1897. Tujuannya untuk menghormati mantan Kepala Postmaster-Jenderal Permukiman Selat Henry Trotter. Penghormatan ini dilakukan sebelum Trotter pensiun dan kembali ke Inggris.[25] Tugasnya sebagai Kepala Postmaster diserahkan kepada putranya, Noel Trotter.[26] Pada tanggal 17 Februari 1900, Istana Tyersall kembali digunakan setelah diadakannya Gymkhara Perpisahan dengan Resimen Raja ke-4.[27] Pesta makan siang diadakan oleh Sultan Ibrahim pada tanggal 21 Februari 1900. Jumlah tamu yang hadir lebih dari 60 tamu yang terdiri dari para perwira dari Resimen Raja Sendiri dan Madras Pribumi ke-16. Turut hadir pula para anggota Infanteri dan sisa Garnisun, serta perwakilan resmi di bidang komersial dan olahraga.[28] Pada tanggal 24 September 1902, Sultan mengadakan pertemuan di Istana Tyersall untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-29. Jumlah tamu yang hadir sebanyak 400 tamu undangan.[29][30][31][32] Resepsi terakhir di Istana Tyersall diadakan pada tanggal 28 April 1904. Acara resepsi dilakukan oleh Sultana Maimunah pada sore hari. Acara ini dihadiri oleh Datos, pejabat Pemerintah Johor dan kerumunan warga. Tujuannyya untuk menghormati empat pangeran Johor (putra Sultan) dan empat putra pejabat tinggi Melayu lainnya. Mereka akan dikirim ke P & O Wharf di Keppel Harbor untuk naik kapal uap SS Bengal,. Keberangkatannya dimulai dari Tyersall dengan mobil pada pukul 6.30 malam. Setelah tiba di kapal tersebut, mereka diberangkatkan pada pagi hari berikutnya menuju ke Inggris untuk bersekolah.[33][34] Lihat juga
Referensi
|