Imron Cotan |
---|
Lahir | Imron Cotan 21 Desember 1954 (umur 69) Indonesia |
---|
Almamater | Universitas Gadjah Mada |
---|
Pekerjaan | Pegawai Negeri, Diplomat dan Pengamat |
---|
Suami/istri | Sri Nuraeni Cotan |
---|
|
Prof. Dr. Imron Cotan (lahir 21 Desember 1954) adalah seorang Diplomat dan Pemerhati Politik Internasional dan isu-isu strategis pernah menjabat duta besar Indonesia untuk Australia tahun 2003-2005 dan Tiongkok tahun 2010-2013. Ia merupakan alumni Universitas Gadjah Mada.
Kehidupan dan karier
Imron lahir pada 21 Desember 1954. Ia lulus dari Universitas Gadjah Mada sebelum bergabung dengan Departemen Luar Negeri Indonesia pada tahun 1982. Setelah menyelesaikan program studi diplomat junior, sebagai salah-satu lulusan terbaik pada tahun 1984, ia mengambil peran dalam mempromosikan pelestarian lingkungan internasional.
Ketika dipercaya sebagai pejabat diplomatik madya, Imron berperan sebagai juru runding utama Indonesia di forum multilateral PBB, yang membahas Konvensi Pelarangan Senjata Nuklir (PTBT dan NPT), Konvensi Pelarangan Senjata Kimia (CWC), Konvensi Pelarangan Senjata Biologi (BWC), dan Konvensi Sampah Beracun (Basel Convention) pada kurun waktu 1986 - 1997.
Sekembali dari penugasan di Perutusan Tetap RI di Jenewa, Imron direkrut untuk turut membantu administrasi Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid (Gud Dur), dan Presiden Megawati Soekarnoputri, dengan tugas utama sebagai anggota tim naskah kepresidenan (pidato dan korespondensi internasional) dan juga menyajikan policy analysis terkait dengan isu-isu regional dan global (1997 - 2002).
[1]
Pada November 2003, Imron menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Australia. Berbicara tentang waktunya di Australia di akhir posting pada tahun 2005, Imron menceritakan bahwa hubungannya sulit saat pertama kali datang ke Canberra pada tahun 2003 karena peristiwa yang terjadi di Timor Timur pada tahun 1999.[2] Imron mengatakan bantuan dan pertolongan yang diberikan militer Australia kepada Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 telah mendekatkan kedua negara.[3] Namun dia mengatakan bahwa dia terkejut dengan cara orang Australia bereaksi terhadap penangkapan dan hukuman Schapelle Corby karena penyelundupan narkoba pada tahun 2004-05 —beberapa orang Australia ingin bantuan tsunami negara itu diperhitungkan dalam hukuman Corby.[2]
Cotan diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok pada 2010. Dalam wawancara pada 2011, Cotan mengaku bangga melihat hubungan kedua negara mencapai titik tertinggi yang pernah ada.[4] Selama menjadi duta besar, Pemerintah Indonesia membuka konsulat jenderal di Shanghai, yang diharapkan dapat meningkatkan hubungan kedua negara.[butuh rujukan]
Referensi