Yang Mulia
Ignatius Harsono |
---|
|
|
Gereja | Gereja Katolik Roma |
---|
Keuskupan | Bogor |
---|
Penunjukan | 30 Januari 1975 (52 tahun, 46 hari) |
---|
Masa jabatan berakhir | 17 Juli 1993 (70 tahun, 214 hari) |
---|
Pendahulu | Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M. |
---|
Penerus | Cosmas Michael Angkur, O.F.M. |
---|
|
Tahbisan imam | 6 Januari 1958[1] (35 tahun, 22 hari) oleh Domenico Enrici |
---|
Tahbisan uskup | 8 Mei 1975 (52 tahun, 144 hari) oleh Justinus Kardinal Darmojuwono |
---|
|
Nama lahir | Harsono |
---|
Lahir | (1922-12-15)15 Desember 1922 Delanggu, Klaten, Jawa Tengah |
---|
Meninggal | 1 Maret 2000(2000-03-01) (umur 77) Jakarta |
---|
Makam | TPU Kalimulya 1, Depok, Jawa Barat |
---|
Kewarganegaraan | Indonesia |
---|
Denominasi | Katolik Roma |
---|
Semboyan | "Omnes In Unitatem" (Bersama Menuju Kesatuan) |
---|
Mgr. Ignatius Harsono (15 Desember 1922 – 1 Maret 2000) adalah Uskup Gereja Katolik Roma untuk Keuskupan Bogor periode 30 Januari 1975 hingga 17 Juli 1993.
Latar belakang
Harsono merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Troenosastrojo. Ia memiliki satu orang adik laki-laki dan dua orang adik perempuan. Ia menjalani mendidikan di Holland Inlandse School (HIS) di Klaten, dan kemudian melanjutkan ke Hollandsche Indische Kweekschool (HIK), yang merupakan sebuah sekolah pendidikan guru. Ia kemudian mengajar di Yogyakarta, Klaten, dan Ganjuran.[2]
Ia berada di seminari Yogyakarta sejak tahun 1948 hingga 1951, namun ia tidak bisa melanjutkan ke Seminari Tinggi karena kesehatannya yang buruk. Baru pada tahun 1952, ia masuk Seminari Tinggi Cicurug, Jawa Barat.
Karya
Pastor Harsono ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 6 Januari 1958 oleh Internunsius Apostolik untuk Indonesia, Uskup Agung Tituler Ancusa, Mgr. Domenico Enrici.
Setelah tahbisan menjadi Imam, ia mengajar di SGA (SPG) Sukabumi, Jawa Barat dan juga menjadi imam di daerah pertambangan Cikotok, Jawa Barat. Pada tahun 1959, ia berangkat ke Leuven, Belgia untuk melanjutkan studi dalam bidang ilmu sosial politik dan selesai pada 1964. Kondisi politik terkait Gerakan 30 September tahun 1965 membuatnya tidak dapat langsung kembali, dan baru kembali ke Indonesia tahun 1966.
Sepulangnya ke Indonesia, Pastor Harsono mendirikan SMEA Mardi Yuana di Cianjur, Jawa Barat. Ia turut membantu reksa pastoral di Cipanas, Jawa Barat. Uskup Bogor, Mgr. Paternus Geise menunjuknya sebagai Vikaris Episkopal (Vikep) pada tahun 1968 dan juga rektor untuk Seminari Tinggi untuk calon imam Keuskupan Bandung di Bogor. Ia kemudian sabatikal untuk studi sosial politik khusus konteks negara berkembang di Leuven, Belgia dan meraih gelar Diploma Khusus.
Sekembalinya, ia bertugas di Universitas Katolik Parahyangan dengan menjadi Dekan Fakultas Sosial Politik, Pembantu Rektor Urusan Keuangan dan Kemahasiswaan, serta Dosen Sosiologi. Setelah tahun 1970, ia menjabat Wakil Rektor. Ia kemudian ditugaskan di Institut Filsafat dan Teologi Bogor, dengan menjadi Dosen Sosiologi dan Wakil Rektor. Ia juga sempat menjadi dosen di Sekolah Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung. Mgr. Geise kemudian menunjuk Pastor Harsono menjadi Vikaris Jenderal pada tahun 1973.
Sebagai Uskup Bogor
Mgr. Harsono terpilih menjadi Uskup Bogor pada tanggal 30 Januari 1975, dengan bulla pengangkatan "Verba Nobiscum Sedule". Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 8 Mei 1975 oleh Uskup Agung Semarang, Justinus Kardinal Darmojuwono. Bertindak sebagai Uskup ko-konsekrator, Nuncio Apostolik untuk Indonesia sekaligus Uskup Agung Tituler Cluentum, Mgr. Vincenzo Maria Farano dan Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, S.J.
Selama menjadi Uskup Bogor, Mgr. Harsono menghasilkan beberapa karya, termasuk pembuatan Buku Anggaran Dewan Paroki Keuskupan Bogor. Ia juga terlibat dalam pembentukan Kerasulan Marriage Encounter (ME), Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK), wadah untuk para imam Projo (UNIO), pengesahan Statuta Regio Jawa (15 Juli 1988). Dalam kepemimpinannya, Keuskupan Bogor sempat ditunjuk menjadi tuan rumah pertemuan Uskup-uskup se-Asia (1989). Mgr. Harsono turut membuka Balai Latihan Keterampilan sebagai pengganti Sekolah Pendidikan Guru Mardi Yuana Sukabumi (1989).
Mgr. Harsono pensiun sebagai Uskup Bogor pada 17 Juli 1993, sehingga mengalami kelowongan tahta Uskup. Selama masa itu, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, S.J. ditunjuk menjadi Administrator Apostolik. Kepemimpinan Keuskupan Bogor dilanjutkan oleh Mgr. Cosmas Michael Angkur, O.F.M.
Mgr. Harsono wafat pada 1 Maret 2000 dalam usia 77 tahun.
Referensi
Pranala luar