Ibnu Tumart (nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Tumart, bahasa Berber: Amghar ibn Tumert, bahasa Arab: أبو عبد الله محمد ابن تومرت, sekitar 1080–1130 atau 1128 M),[4] adalah seorang sarjana muslim Berber, guru, dan pemimpin politik yang berasal dari selatan Maroko.
Dia mendirikan dan bertugas sebagai pemimpin militer spiritual pertama Dinasti Muwahhidun, sebuah gerakan reformasi puritan yang diluncurkan oleh kaum Berber Masmuda dari Pegunungan Atlas. Ibnu Tumart melakukan pemberontakan terbuka terhadap Dinasti Murabithun yang berkuasa pada tahun 1120-an. Setelah kematiannya, para pengikutnya yaitu para Muwahhidun, terus menaklukkan sebagian besar Afrika Utara dan sebagian dari Spanyol.
Masa hidup
Nasab
Ibnu Tumart memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah Abdulrahman Al-Maghribi al-Susi. Tahun kelahirannya diperkirakan antara tahun 469 Hijriah hingga 474 Hijriah. Tempat lahirnya adalah di Maghribi.[5] Kabilah Ibnu Tumart adalah Kabilah Mashmudah Barbar. Ia adalah cucu dari keluarga Alawiyyin dari jalur Adarisah. Keluarganya menyatu sebagai Kabilah Mashmudah Barbar setelah keruntuhan Dinasti Adarisah. Ia merupakan keturunan bangsa Arab, namun memiliki tradisi bangsa Barbar.
Pendidikan
Pada masa kecilnya, Ibnu Tumart belajar di madrasah lokal bernama Kuttab. Ia memulai pendidikannya dengan membaca dan menghafal Al-Qur'an. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Timur Tengah pada akhir abad ke-5 Hijriah. Perantauannya ini berkaitan dengan posisi Timur Tengah sebagai pusat Islam dengan keberadaan Makkah dan Madinah.[5]
Ibnu Tumart juga pernah belajar di kota Bagdad. Di kota ini, ia belajar dari beberapa guru. Guru-gurunya yaitu Imam Al-Ghazali, Abu Bakar Al-Shashi, dan Abu Abdillah Al-Hadrami. Ibnu Tumart juga menuntuk ilmu pada ulama lain di kota Bagdad. Setelah menuntut ilmu, ia pulang ke Maghribi.[5] Saat pulang, ia singgah di Iskandariyah dan menghadiri majelis ilmu Abu Bakar Al-Thurtushi. Setelah belaajr, ia kembali ke Maghribi.
Kematian
Berdasarkan perkiraan tahun lahirnya, Ibnu Tumart diperkirakan hidup hingga berusia 50 sampai 55 tahun. Ia wafat pada hari Rabu tanggal 13 Ramadan 524 H atau 1129 M. Berita mengenai wafatnya Ibnu Tumart baru diungkapkan pada tahun 529 Hijriah. Alasannya adalah menunggu muridnya yang bernama Abdul Mukmin menjadi Sultan Muwahiddin yang pertama.[5]
Dinasti Muwahhidun
Awal pendirian
Sekembalinya dari menuntut Ilmu, Ibnu Tumart memperoleh pengaruh yang besar di Maghribi. Ia akhirnya diundang oleh Khalifah Dinasti Muraabithun, Ali bin Tasyifin. Khalifah mengajak Ibnu Tumart berdebat dengan para ulama. Ibnu Tumart memenangkan perdebatan tersebut. Hasutan dari para penasehat kerajaan kepada Ali bin Tasyifin membuat Ibnu Tumart diusir dari wilayah Dinasti Murabhitun.
Ibnu Tumart kemudian pergi menuju ke Aghmat dan Al-Jabal. Di kedua tempat ini, ia memperoleh pengikut setelah mengisahkan mengenai Al-Mahdi. Ia kemudian memperoleh 10 orang pengikut dan seorang pendukung bernama Ali Mukmin. Mereka melakukan baiat kepada Ibnu Tumart dan memberinya gelar Al-Mahdi Al-Muntazhar. Setelah itu, pengikutnya bertambah banyak dan mulai mengancam kedudukan Dinasti Murabhitun.
Ibnu Tumart kemudian mendirikan Dinasti Muwahhidun.[8] Awalnya. Muwahhidun hanya didirikan sebagai gerakan reformasi keagamaan yang menentang pemikiran Dinasti Murabithun.[9] Ia mendasarkan pendirian dinastinya pada literalisme Ibnu Hazm. Ia melakukan rekonstruksi terhadap pemikiran epistemologinya. Dinasti Muwahhidun yang didirikan oleh Ibnu Tumart hanya mencakup wilayah Afrika Utara yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Murabithun.[11]
Ad Dzahabi menulis dalam siyar alam an nubala :
"Alyasa’ bin Hazm berkata, “Ibnu Tumart menamakan kelompok Al Murabithun sebagai Al Mujassimun. Penduduk Magribi hanya beragama dengan menyucikan Allah dari sifat yang tidak wajib bagi-Nya, menetapkan sifat yang wajib bagi-Nya dan tidak membahas sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh akal.” Hingga Alyasa’ berkata, “Lalu Ibnu Tumart mengafirkan mereka kerana tidak tahu makna aradh (zat sifat) dan jauhar. Barangsiapa yang tidak tahu keduanya, maka dia tidak tahu antara makhluk dan Pencipta (Al Khaliq). Barangsiapa tidak hijrah dan berperang bersamanya, maka halal darahnya kerana marahnya Ibnu Tumart adalah kerana Allah.”
Pada 1125M, serangan Tentera Muwahhidun gagal daalam serangannya keatas Magribi. Kemudian pada tahun 1129M, dengan kekuatan 40,000 dibawakn panglima Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, Kaum Asya’irah ini melancarkan perang yang disebut “Perang Buhairah”, tetapi mereka sekali lagi tewas.
Siri peperangan antara pemberontak dengan Kerajaan Murabitun berlanjutan sehinggalah pada tahun 1145 M menyaksikan jatuhnya Andalusia kepada kaum pemberontak ini. Selang beberapa tahun iaitu tepatnya pada 1147 M, seluruh kerajaan Murabitun tewas dan hancur. Dalam satu siri serangan Ibnu Tumart membunuh 70 ribu orang muslim yang tidak menjadi pengikut beliau.
Pemikiran-pemikiran
Literalisme Ibnu Hazm
Pemikiran-pemikiran Ibnu Tumart terpengaruh oleh pendapat-pendapat Ibnu Hazm. Ibnu Tumart melakukan penukilan langsung terhadap mazhab pemikiran Ibnu Hazm. Pemikirannya berkaitan dengan literalisme. Ia melakukan perubahan dan pembaruan dengan mengajak sahabatnya yang telah pensiun dari jabatan pemerintahan.
Ibnu Tumart menggunakan ideologi modern-revolusioner dari Ibnu Hazm untuk membentuk gerakan politik revolusioner. Ia memimpin gerakan ini di daerah Maghrib untuk menentang kekuasaan Dinasti Murabithun. Mazhab yang dianut oleh Dinasti Murabithun adalah Mazhab Maliki. Sistem manajemen dan politik Dinasti Murabithun dipengaruhi oleh para fukaha Mazhab Maliki. Para fukaha ini memaksakan taklid sehingga membatasi kebebasan berpikir.
Di daerah Maghrib pengaruh para fukaha dalam memusatkan taklid telah mencapai bidang fikih dan akidah. Ibnu Tumart meyakini bahwa perilaku para fukaha ini merupakan bentuk penyimpangan agama. Ia kemudian membuat sebuah alat perlawanan secara agama dengan menyebarkan doktrin amar makruf nahi mungkar. Selain itu, ia membuat doktrin ideologi yaitu peninggalan taklid dan kembali kepada dasar-dasar agama.
Mazhab Asy'ariyah
Ibnu Tumart merupakan pelopor mazhab Asy'ariyah di Afrika khususnya di Maroko dan Andalusia. Ia memperoleh pengetahuan ini dari Al-Ghazali ketika belajar darinya pada tahun 1091 M di Bagdad. Melalui pemahaman ini, Ibnu Tumart mengakhiri kekuasaan Dinasti Murabithun dan mendirikan Dinasti Muwahhidun. Dinasti Murabithun saat itu menganut paham antropomorfisme. Pahamnya dilanjutkan oleh penerusnya yaitu Abdul Mukmin.[17]
Pengajaran
Ibnu Tumart memberikan beberapa pelajaran bagi para murid-muridnya. Ia mengajarkan para muridnya untuk bersikap sederhana, rendah diri dan tidak berfoya-foya. Ia menganjurkan muridnya untuk memakai pakaian yang tidak glamor dan berharga murah. Ibnu Tumart juga mengajarkan rakyat yang menganggap remeh akhlak mulia melalui adab dan sikap tegas. Ia juga menganjurkan pernikahan lintas kabilah. Tujuannya untuk menghindari rasisme dan membanggakan kabilah sendiri. Ibnu Tumart juga memberikan pendidikan Islam kepada rakyat Barbar dengan mendirikan madrasah.[5]
Kepada para pelajarnya, Ibnu Tumart mewajibkan pembacaan kitab Al-Murshidah. Kitab ini dibaca untuk memperkuat keyakinan terhadap ahlus sunnah wal jamaah. Ibnu Tumart juga membuat tradisi membaca Al-Qur'an bernama Hizb Ratib. Al-Qur'an dibaca sebanyak 2 hizb atau 1 juz dalam sehari secara berjamaah. 1 hizb dibaca pada pagi hari setelah Salat Subuh dan 1 hizb dibaca setelah Salat Magrib. Tradisi ini masih diamalkan oleh penduduka Maroko.[5]
Karya tulis
Ibnu Tumart merupakan salah satu ulama yang menulis banyak kitab. Isi kitab-kitabnya mengenai Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kitab-kitab karangannya kemudian menjadi salah satu bahan pengajaran oleh Ibnu Asakir.[18]
Kitabun A'azzu-ma Yuthlabu
Kitabun A'azzu-ma Yuthlabu merupakan kumpulan tulisan dari Ibnu Tumart. Tulisan-tulisan ini kemudian disatukan oleh penerusnya sebagai khalifah Dinasti Muwahhidun, Abdul Mukmin. Isi buku ini adalah kumpulan hadis dan catatan yang menjadi kerangka ideologis dan dasar pemikiran teoretis Ibnu Tumart mengenai reformasi.
Kitabun A'azzu-ma Yuthlabu menjelaskan metode pemikiran dan penelitian mengenai perkara akidah dan syariat Islam. Prinsip dasar dari bukunya ini adalah tidak ada kaidah jalan tengah dalam penafian dan penetapan akidah dan syariat. Ibnu Tumart menolak prinsip penganalogian hal yang tampak dan hal yang tidak tampak dalam memperoleh pengetahuan. Ia menolak pemikiran kalam, filsafat dan fikih dalam tradisi Arab.
Pengaruh terhadap ilmu
Pengembangan filsafat Yunani Kuno
Wilayah Dinasti Muwahhidun mengalami perubahan kondisi intelektual setelah Ibnu Tumart berkuasa menggantikan Dinasti Murabithun. Ia memberikan keleluasaan dalam mempelajari ilmu filsafat khususnya filsafat Yunani Kuno. Kondisi ini membuat penafsiran-penafsiran atas teks Yunani Kuno dapat dilakukan oleh Ibnu Rusyd selama menjabat sebagai qadi Dinasti Muwahhidun. Karya-karya yang ditafsirkan adalah karya Aristoteles.[20]
Mengurangi pengaruh Mazhab Maliki
Ibnu Tumart memberikan anjuran kepada masyarakat di Dinasti Muwahhidun untuk merujuk langsung kepada Al-Qur'an dan hadis. Perujukan ini dilakukan dalam persoalan fikih. Ibnu Tumart juga mulai mengurangi praktik penyelesaian masalah fikih melalui Mazhab Maliki. Pemikirannya ini bertahan dan berkembang pesat pada masa pemerintahan Ya'qub al-Manshur.[21]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Full inscription in Arabic: بسم ااالله الرحمان الرحيم لا إله إلا الله محمد رسول الله المهدي إمام الأمة
- ^ Spevack, Aaron (2014) [2010]. The Archetypal Sunni Scholar: Law, Theology, and Mysticism in the Synthesis of Al-Bajuri. State University of New York Press. hlm. 44. ISBN 143845371X.
- ^ makamnya dihancurkan seorang letnan dari Dinasti Marinid
- ^ Zaghrut, Fathi. Artawijaya, ed. Tragedi-Tragedi Besar dalam Sejarah Islam: Runtuhnya Baghdad, Andalusia, Turki Utsmani dan Baitul Maqdis. Diterjemahkan oleh Irham, M., dan Supar, M. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 605. ISBN 978-979-592-979-6.
- ^ a b c d e f al-Akiti, Ayman (6 Juli 2021). "Ketokohan al-Imam Ibn Tumart" (PDF). Utusan Malaysia. hlm. 22. Diakses tanggal 1 Agustus 2022.
- ^ Zaghrut, Fathi. Artawijaya, ed. Tragedi-Tragedi Besar dalam Sejarah Islam: Runtuhnya Baghdad, Andalusia, Turki Utsmani dan Baitul Maqdis. Diterjemahkan oleh Irham, M., dan Supar, M. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 605. ISBN 978-979-592-979-6.
- ^ Subarman, Munir (2015). Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peradaban Islam. Sleman: Deepublish. hlm. 218. ISBN 978-602-280-205-1.
- ^ Qoyum, A., dkk. (2021). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (PDF). Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, Bank Indonesia. hlm. 292. ISBN 978-602-60042-8-4.
- ^ Nurdin, M. A., dkk. (2012). Nurdin, M. A., dan Abbas. A. F., ed. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: AMZAH. hlm. 133. ISBN 978-602-8689-52-6.
- ^ Suharto, Yusuf (2014). "Keagungan Ahlussunnah wal Jama'ah dan Bantahan Terhadap Mujassimah". Tebuireng: Media Pendidikan dan Keagamaan. 35: 32.
- ^ Ryadi, Agustinus (2013). Kesadaran Akan Immortalitas Jiwa Sebagai Dasar Etika: Pengantar Filsafat di dalam Islam (PDF). Sidoarjo: Zifatama Publishing. hlm. 51. ISBN 978-602-17546-8-9.
- ^ Wijaya, Aksin (2021). Menaksir Kalam Tuhan. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 238. ISBN 978-623-6699-20-1.
Daftar pustaka