Hubungan antara Ukraina dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berlangsung sejak 1990-an.[1] Meski bukan merupakan anggota dari NATO, Ukraina sempat menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan NATO pada 2002.[2] Pada 2008, NATO menjanjikan Ukraina bergabung menjadi anggota pada suatu hari.[3][4]
Pada 30 September 2022, Ukraina secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO, menyusul aneksasi Rusia terhadap Ukraina Selat dan Timur.[5][6]
Latar belakang
Setelah keruntuhan Uni Soviet, NATO berupaya memperluas pengaruhnya ke Eropa Timur dengan merekrut beberapa negara pecahan Uni Soviet.[7] Beberapa negara bekas Uni Soviet telah bergabung dengan NATO seperti Polandia, Republik Ceko, dan Hungaria; tiga negara tersebut menjadi menjadi anggota pada tahun 1999. Pada tahun 2004, beberapa negara menyuusul bergabung yaitu Estonia, Latvia, dan Lithuania, Bulgaria, dan Rumania. Albania bergabung pada 2009.[8] Negara-negara bekas Federasi Yugoslavia juga bergabung ke NATO: yakni Slovenia (2004), Kroasia (2009), Montenegro (2017), dan Macedonia Utara (2020).[9][10][11]
Keberhasilan negera-negara bekas Uni Soviet dan negara-negara bekas Federasi Yugoslavia bergabung dengan NATO, mempegaruhi negara lain untuk bergabung dengan NATO, termasuk Ukraina. Meski telah menyatakan kemerdekaannya pada 24 Agustus 1991, Ukraina masih di bawah pengaruh Rusia. Oleh karena itu, Ukraina berupaya membebaskan diri dari cengkeraman Rusia.[12]
Sejarah
Pada tanggal 8 Desember 1991, para pemimpin terpilih Rusia, Ukraina, dan Belarus menandatangani perjanjian pembentukan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) sebagai pengganti Uni Soviet yang runtuh. CIS bertugas mengkoordinasi kebijakan negara-negara anggotanya, baik di bidang perekonomian, hubungan luar negeri, pertahanan, imigrasi, proteksi lingkungan, dan penegakan hukum.[13]
Pada tahun 1994, Ukraina menjadi negara CIS pertama yang bergabung dengan Kemitraan untuk Perdamaian (PfP), program NATO yang bertujuan untuk menciptakan kepercayaan antara negara-negara anggota NATO dan negara-negara lain terutama di Eropa termasuk negara pecahan Uni Soviet.[14]
Ukraina mengatakan secara tegas keinginannya untuk masuk NATO pada tahun 2002.[2] Ukraina memulai langkah menuju keanggotaan penuh NATO dengan mengambil bagian dalam Rencana Aksi Keanggotaan (MAP) pada 2008.[15][16][17]
Pada KTT NATO di Bucharest pada April 2008, NATO memutuskan belum menawarkan keanggotaan ke Georgia dan Ukraina. Meski begitu, Sekretaris Jenderal NATO Jaap de Hoop Scheffer berjanji bahwa Ukraina suatu hari akan menjadi anggota.[3][4]
Hambatan
Kemenangan Viktor Yanukovych dalam pemilihan presiden 2010 menandai perubahan haluan dalam hubungan Ukraina dengan NATO. Viktor Yanukovych memilih untuk menjaga Ukraina sebagai negara non-blok.[18]
Di tengah kekacauan yang disebabkan oleh protes Euromaidan, Yanukovych melarikan diri dari Ukraina pada Februari 2014.[19] Pemerintahan interim Yatseniuk yang mengambil alih awalnya mengatakan tidak ada rencana untuk bergabung dengan NATO, merujuk pada status negara tersebut sebagai non-blok. [20]
Pasca-invasi Militer Rusia
Setelah invasi militer Rusia di Ukraina pada 2014 yang menempatkan pemerintah anti-Rusia ke dalam kekuasaan, Ukraina menjadikan keanggotaan NATO sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya.[21][22] Pada 21 Februari 2019, Konstitusi Ukraina diamandemen, norma-norma tentang arah strategis Ukraine untuk menjadi anggota Uni Eropa dan NATO dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar, tiga pasal dan ketentuan peralihan.[23][24]
Tanggapan NATO
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Brussels pada Juni 2021, para pemimpin NATO menegaskan kembali keputusan yang diambil pada KTT Bucharest 2008 bahwa Ukraina akan menjadi anggota Aliansi dengan MAP sebagai bagian integral proses tersebut. Mereka juga menegaskan hak Ukraina untuk menentukan masa depannya dan kebijakan luar negerinya, tentu saja tanpa intervensi dari luar.[25]
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATOJens Stoltenberg menekankan bahwa Rusia tidak akan dapat menggugat keanggotaan Ukraina di NATO "karena kami tidak akan mengulang era lingkup pengaruh, saat negara-negara besar memutuskan apa yang harus dilakukan oleh negara-negara kecil".[26]
Jajak pendapat
Menurut survei yang dilakukan antara tahun 2005 hingga 2013, dukungan publik terhadap keanggotaan Ukraina di NATO selalu rendah.[27][28][29][30][31][32][33] Namun, sejak Perang Rusia-Ukraina dan aneksasi Krimea, dukungan publik meningkat secara signifikan. Sejak Juni 2014, survei menunjukkan bahwa sekitar 50% orang Ukraina mendukung keanggotaan NATO untuk Ukraina.[34][35][36][37] Berikutnya, survei Juni 2017 oleh Yayasan Inisiatif Demokratis mengungkapkan, sekitar 69% orang Ukraina ingin bergabung dengan NATO; bandingkan dengan survei ketika Yanukovych berkuasa pada 2012, hanya sekitar 28% orang Ukraina yang mendukung keanggotaan NATO.[38]
Dukungan publik terhadap keanggotaan Ukraina di NATO sejak 2002