Hokky Situngkir
Hokky Situngkir (lahir 7 Februari 1978)[1] adalah ilmuwan/peneliti teori kompleksitas di Surya University dan Pendiri Bandung Fe Institute. Ia dikenal memiliki spektrum kajian yang luas, mulai dari keberhasilannya memecahkan rahasia pola/motif batik fraktal,[2] kompleksitas matematis lagu-lagu daerah Indonesia, aspek matematis dalam Candi Borobudur hingga pergerakan saham dengan memakai teori kompleksitas[3] yang dilakukannya bersama Yohanes Surya. Hokky Situngkir juga merupakan penggagas pendataan budaya tradisional Indonesia secara partisipatif melalui website Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (PDBI) pertama yang dilakukan secara terbuka menggunakan berbagai gawai elektronik populer[4]. Riwayat hidupHokky Situngkir dibesarkan di Sumatera Utara dan merupakan salah seorang cucu dari Liberty Manik atau L.Manik, seorang komponis Indonesia, pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”.[5] Setelah menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Medan, ia mendaftar di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan mengambil jurusan Elektro ITB. Semenjak mahasiswa ia telah aktif dalam berbagai organisasi, seperti: anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Elektroteknik, Tim Materi Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB, Kepala Divisi Dana Tim Beasiswa KM ITB, dan Kepala Divisi Budaya Unit Kesenian Sumatera Utara ITB. Situngkir merupakan penerima silver medal Ganesha Innovation Championship Award (GICA) 2014, dari Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung. Saat ini Hokky Situngkir juga menjabat sebagai presiden di Bandung Fe Institute dan seorang Peneliti di Center for Complexities, Surya University. Ia juga aktif dalam berbagai pertemuan dan komunitas ilmiah berskala nasional dan internasional seperti Conference of Application of Physics in Financial Analysis, International Conference on World of Heterogenous and Interacting Agents, Complexity in Cultural and Literary Studies, World New Economic Window, International Conference in Computational Intelligence in Economics and Finance, Asia Pacific Forum on Cultures-based Innovation. Dalam aktivitas sosialnya, Hokky merintis Gerakan Sejuta Data Budaya (GSDB), yang menggalang kelompok muda pecinta budaya untuk pelestarian data budaya melalui Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (PDBI). Kegiatan pendataan budaya secara partisipatif dan digital ini dimotori berbagai komunitas yang menamakan diri "Sobat Budaya" di berbagai komunitas muda pecinta budaya di berbagai kawasan budaya di Indonesia.[6] Belakangan banyak kegiatannya adalah mempromosikan budaya Indonesia melalui sains dan berbagai inovasi teknologi, khususnya teknologi informasi. Berbagai karya implementasinya dalam bentuk perangkat lunak dan aplikasi, baik komputasi untuk komputer meja maupun komputasi bergerak dapat diakses dan digunakan oleh publik baik secara luring maupun daring. Di samping sebagai peneliti, Hokky juga aktif menjadi pembina peneliti-peneliti belia dari berbagai sekolah menengah yang menjadi perwakilan Indonesia dan menuai prestasi di berbagai ajang internasional sebagai mentor di Center for Young Scientists,[7] Surya University. Riset kompleksitasAwalnya ketertarikannya dengan teori kompleksitas yang dikembangkan Santa Fe Institute, lembaga riset di Santa Fe, New Mexico, Amerika Serikat, dimulai dari berbagai diskusi dan korespondensi melalui internet. Teori yang kemudian dikembangkannya di Indonesia ini lahir pada akhir abad ke-20 dengan merangkul berbagai disiplin ilmu untuk menjelaskan suatu persoalan. Ia akhirnya mendirikan Bandung Fe Institute, mengambil nama Santa Fe Institute. Ekonofisika dan ekonomi evolusionerPada awalnya kebanyakan risetnya berhubungan dengan sistem keuangan dalam kajian ekono-fisika, yaitu pengunaan berbagai model fisika untuk meneliti pola-pola data dalam ekonomi. Di sekitar tahun 2005, bersama Prof. Yohanes Surya, Ph.D, Hokky mengisi kolom mingguan untuk memprediksi dinamika saham di koran INVESTOR serta menjadi ketua tim dalam mengembangkan program-program ekonofisika di Bursa Efek Jakarta. Risetnya di bidang yang bersentuhan dengan ekonomi dan komputasi antara lain terkait dengan penggunaan artificial neural network, distribusi & mekanika statistik, peta Poincare, multi-agent model, agent based model, simulasi mikro, pohon ultrametrik, dll. Transformasi digital budayaBatikRiset-riset kompleksitasya kemudian membawanya untuk meneliti batik. Ia ingin membuktikan batik bukan ornamen tetapi lukisan yang disejajarkan dengan karya Leonardo da Vinci, Raphael, atau Michelangelo.Ia mulai mendokumentasikan dan mengumpulkan berbagai motif batik dari seluruh Indonesia dan kemudian diterjemahkan dalam rumus fraktal matematis. Dengan cara ini, Hokky dapat memvisualkan motif batik seluruh Indonesia dalam sebuah peta kekerabatan geometris. Secara populer, temuannya ini dituliskan ke dalam buku dengan judul Fisika Batik, dengan bagian Kata Pengantar yang ditulis oleh Sultan Hamengku Buwono X. Peta Batik yang dibuatnya ini didapuk penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Rekor Dunia Basis Data Batik secara Matematis dan Geometris. Selain itu, dengan konsep yang sama Hokky juga membuat sebuah inovasi yaitu program komputer yang dapat menghasilkan desain pola baru yang sangat beragam, baik dilihat dari grafis, warna, ukuran, sudut maupun perulangannya. Proses pembuatan motif batik fraktal dapat memecahkan masalah keterbatasan motif batik dan dapat menghasilkan banyak motif secara cepat. Untuk karyanya ini, pada tahun 2013 Hokky dianugerahi penghargaan Tokoh Nasional kategori hak cipta Software Fisika Batik oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Indonesia (Ditjen HAKI) Kemenkum HAM. Perpustakaan Digital Budaya IndonesiaPada tahun 2007, persis ketika Hokky memulai pendataan motif batik se-Indonesia, bersama para relawan mendirikan Indonesia Archipelago Cultural Initiatives (IACI) dengan aktivitas utamanya adalah melakukan pendataan budaya tradisional, membangun platform pendataan berbasis Web 2.0 dan melakukan kajian perlindungan budaya. Platform yang dimaksud adalah Perpustakaan Digital Budaya Indonesia www.budaya-indonesia.org. Kemudian pada tahun 2009, Hokky menjadi salah satu penyusun Practical handbook for inventory of intangible cultural heritage of Indonesia yang diterbitkan oleh UNESCO. Lisensi warisan budaya negaraDengan aktivitas pendataan yang dilakukan oleh IACI pada saat itu melalui teknologi Web 2.0, data digital artefak budaya tradisional Indonesia yang terkumpul mengalami pertambahan yang cepat. Melihat hal tersebut dan dengan penelitian komputasional yang dilakukannya, disusunlah sebuah konsep perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional di Indonesia. Hokky dan IACI menyusun ini sebagai sebuah inisiatif upaya untuk melindungi pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional dari eksploitasi komersil dan pencurian oleh pihak-pihak asing. Arsitektur Candi BorobudurPada sekitar tahunn 2009-2010, setelah batik, Hokky melanjutkan risetnya ke ekspresi budaya 3 dimensi. Dia mengamati *self-similarity* (kemiripan diri) pada Candi Borobudur melalui dimensi stupa yang secara hipotesis terkait erat dengan seluruh struktur arsitektural candi tersebut. Dia kemudian menghitung dimensi fraktal menggunakan metode penghitungan kubus dan menemukan bahwa dimensinya adalah 2,325, berada di antara ruang dua dimensi dan tiga dimensi. Arsitektur Borobudur yang menerapkan geometri fraktal dan self-similarity muncul karena proses pembangunannya dilaksanakan tanpa adanya standar metrik universal yang dikenal dalam budaya tradisional kuno. Dengan temuan ini dia mengusulkan bagaimana arsitektur algoritma hipotetis dapat diterapkan secara komputasional untuk melihat beberapa generasi eksperimental bangunan serupa. Selain itu, penelitian ini memberikan beberapa dugaan tantangan dan wawasan lebih lanjut terkait geometri fraktal dalam warisan budaya tradisional Jawa. Bidang musikDi bidang musik, Hokky mengamati sifat fraktal pada musik dan lagu tradisional Indonesia. Dia memperhatikan aspek-aspek seperti melodi, struktur, dan pola-pola yang muncul dalam berbagai jenis lagu tradisional. Dengan pendekatan interdisipliner, dia menggabungkan matematika dan budaya untuk memahami kompleksitas dalam ekspresi musik. Penelitiannya memberikan wawasan tentang bagaimana musik tradisional Indonesia mengandung pola-pola yang terkait dengan budaya. Selain itu, dia juga menciptakan peta kekerabatan lagu tradisional Indonesia di mana dia menggambarkan hubungan evolusioner antara berbagai lagu tradisional dari berbagai kelompok etnis di Indonesia. Dengan memetakan *memes* (unit informasi budaya) dalam lagu-lagu tersebut,[8] dia mengungkapkan kesamaan dan perbedaan di antara mereka, menggambarkan keragaman budaya melalui lensa kompleksitas. Bidang kulinerSalah satu penelitiian Hokky yang terkait transformasi digital budaya adalah menciptakan peta kekerabatan kuliner tradisional Nusantara.[9] Dengan pendekatan data dan sains, Hokky mengumpulkan pengetahuan budaya dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam pengumpulan dan pemanfaatan informasi tentang warisan budaya kita. Menurutnya, dengan aplikasi ini kita dapat menjelajahi kekayaan kuliner tradisional secara lebih luas. Dengan memadukan teknologi dan budaya, Hokky membuka pintu bagi semua orang untuk menghargai dan memahami keberagaman kuliner Indonesia. Politik komputasionalKontribusi pada Politik Komputasional Penelitian Hokky dalam politik komputasional menawarkan wawasan penting tentang dinamika perilaku politik, pengaruh media, dan proses elektoral di Indonesia. Pendekatan interdisiplinernya menggabungkan pemodelan komputasional, analisis jaringan, dan data empiris untuk mengeksplorasi berbagai aspek fenomena politik. Berikut ini adalah ikhtisar integratif dari kontribusi utamanya, dengan penekanan pada perangkat dan metodologi canggih yang digunakan dalam penelitiannya. Polarisasi dan keberpihakan mediaPekerjaan Hokky tentang polarisasi media, khususnya selama pemilihan umum Indonesia 2019, memberikan analisis kritis tentang bagaimana platform media sosial, seperti Twitter, dapat memperkuat perpecahan partisan.[10] Dengan memanfaatkan teknik data mining yang canggih dan analisis sentimen kompleks, penelitiannya menyoroti peran media digital dalam membentuk opini publik dan kemudian hasil elektoral.[11] Dengan memeriksa pola keberpihakan media, dia menyoroti bias yang ada di media Indonesia dan dampak potensialnya terhadap proses demokrasi. Jejaring politik dan dinamika koalisiBidang penelitian Hokky yang signifikan lainnya berfokus pada dinamika jejaring politik dan pembentukan koalisi.[12] Kajiannya tentang polarisasi dan pembentukan koalisi di antara elit politik menggunakan network analytics yang kompleks untuk mengungkap hubungan yang rumit dan struktur kekuasaan dalam politik Indonesia. Alat-alat seperti perangkat lunak visualisasi jejaring dan algoritma untuk mendeteksi struktur komunitas digunakan untuk mengungkap mekanisme pembentukan dan pengelolaan aliansi politik, yang menawarkan wawasan tentang stabilitas dan fluiditas koalisi politik.[13] Geopolitik elektoralInvestigasi Hokky terhadap aspek geopolitik pemilu memberikan perspektif unik tentang dinamika elektoral. Dengan menerapkan konsep korelasi bebas skala pada kajian pemilu, ia mengungkap pola dan struktur yang mencirikan perilaku pemilih dan geografi politik.[14] Penelitiannya tentang geografi politik Jakarta, menggunakan algoritma deteksi komunitas (community detection) dan alat analisis spasial seperti GIS (Sistem Informasi Geografis), mengidentifikasi pola merah-hijau yang berbeda yang mencerminkan preferensi elektoral spasial dan implikasinya terhadap politik perkotaan. Korupsi dan tata kelolaDalam kajiannya tentang pemberantasan korupsi, Hokky menggunakan model komputasional untuk menganalisis berbagai upaya dan tantangan dalam memerangi korupsi di Indonesia.[15] Dengan menggunakan teknik pemodelan dan simulasi berbasis agen, penelitiannya menyoroti kompleksitas kebijakan antikorupsi dan faktor-faktor yang memengaruhi efektivitasnya. Model-model ini mensimulasikan interaksi berbagai pemangku kepentingan dan dinamika korupsi, yang menawarkan wawasan berharga tentang strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan tata kelola dan mengurangi korupsi.[16] Lanskap ideologiHokky juga mengeksplorasi dimensi ideologis politik melalui surveinya tentang ideologi politik di Indonesia. Karyanya tentang lanskap ideologis, termasuk peta politik interaktif "Pancasila Interaktif," menggunakan berbagai alat seperti penskalaan multidimensi dan analisis klaster untuk memetakan distribusi dan interaksi berbagai ideologi politik. Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang dasar-dasar ideologis politik Indonesia dan pengaruhnya terhadap perilaku politik.[17] Analisis historis dan komparatifSelain analisis politik kontemporer, penelitian Hokky meluas ke studi historis dan komparatif sistem politik. Pemeriksaannya terhadap birokrasi kerajaan kuno di kepulauan Indonesia menggunakan analisis data historis dan metode komparatif untuk menawarkan konteks historis guna memahami struktur politik modern. Dengan membandingkan sistem politik historis dan kontemporer, dia memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang evolusi pemerintahan dan organisasi politik di Indonesia. Perspektif teoritisKontribusi teoritis Hokky, seperti pembahasannya tentang landasan moral politik, menawarkan perspektif filosofis yang lebih luas tentang perilaku politik. Analisisnya tentang bagaimana nilai-nilai moral membentuk ideologi politik menggunakan pemodelan teoritis dan analisis kualitatif untuk memberikan pemahaman yang bernuansa tentang hubungan antara etika dan politik. Resiliensi kesehatanKeahlian Hokky di bidang kompleksitas memiliki implikasi yang relevan terhadap sistem kesehatan dan kebijakan pemerintah di masa pandemi COVID-19. Dalam beberapa kebijakan pemerintah pada saat COVID-19, Hokky memperluas penelitian sebelumnya pada saat flu burung tahun 2004 yang mengaplikasikan kompleksitas, cellular automata, serta analisis spasial. Dalam konteks tersebut, implikasi keilmuannya yang diimplementasikan khususnya pada pengukuran resiko,[18] social tracing[19] dan Manajemen Respon. Kompleksitas membantu pemerintah dalam mengelola respons kesehatan secara adaptif. Sistem kesehatan perlu memahami dinamika yang kompleks, termasuk interaksi antara faktor-faktor sosial, ekonomi, dan epidemiologi. Digital dan informatikaPenelitiannya di bidang kompleksitas, yang tak bisa jauh dari komputasi, membawanya ke berbagai praktik implementasi digital dan informatika. Berikut adalah aplikasi/platform yang pernah dibangun oleh Hokky: PDBISalah satu inisiatif pertama yang dibangun adalah Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (www.budaya-Indonesia.org), yang menerapkan Web 2.0 dalam pendataan budaya. Platform ini dibangun bersama IACI pertama kali menggunakan engine Wikimedia, kemudian berubah dengan tetap menggunakan teknologi Open Source dan kini sudah tersedia dalam bentuk aplikasi mobile. Riset Hokky terkait musik tradisional dipaketkan ulang menjadi aplikasi Peta Geometri Lagu Daerah Indonesia yang memvisualisasikan evolusi dan inovasi estetika bunyi di berbagai kelompok etnis di Indonesia. Setiap kelompok menyumbangkan preferensi melodinya sendiri, yang diambil dari tradisi yang diwariskan. Tema-tema tersebut mencakup spiritualitas, cinta, dan patriotisme, yang sangat terkait dengan adat istiadat setempat. Analisis matematis mengekstrak informasi dari melodi, yang mengungkap "hubungan kekerabatan" di antara lagu-lagu. Pohon filomemetik menggambarkan sistem kognitif yang saling berhubungan, mirip dengan urutan DNA dalam struktur biologis. Hasil riset Hokky terkait sifat fraktal pada motif Batik, kemudian diterapkan menjadi aplikasi mobile yang menggambarkan peta kekerabatan geometris motif batik dari seluruh Indonesia. Hasil riset Hokky terkait kuliner diimplementasikan ke dalam sebuah aplikasi mobile, yaitu "Nusa Kuliner" yang merupakan pemetaan atas kurang lebih 1500 makanan dan minuman tradisional dari berbagai wilayah Kepulauan Indonesia yang dikumpulkan oleh Komunitas Sobat Budaya melalui Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, www.budaya-indonesia.org. Pemetaan dilakukan secara komputasional dengan melihat kemiripan struktural dari bahan-bahan yang digunakan dalam penyejian makanan dan minuman tersebut. Hasilnya adalah kekerabatan makanan dan minuman dari berbagai daerah tersebut berdasarkan indikasi geo-ekologis bahan-bahan makanan.[20] Melalui aplikasi ini, pengguna dapat melihat seberapa "jauh" atau "dekat" suatu makanan/minuman dari suatu daerah dengan makanan/minuman dari daerah yang lain. Pencarian makanan dapat dilakukan dengan nama makanan, asal daerah, dan bahan-bahan makanan yang digunakan. Terkait risetnya dalam peta relasi khususnya dinamika para selebritas, dibangun sebuah aplikasi untuk membaca pola dinamika secara real time. Talimerah adalah perangkat bantu dalam membaca infotainment dan gosip seputar selebritas akan memberikan gambaran dinamika dari drama kehiduan sebagaimana fragmen-fragmennya diceritakan dalam infotainment. Infotaiment tak lagi menjadi sekadar pergunjingan tentang ikhwal personalitas selebritas, tetapi berpeluang memberikan pelajaran sosial bagi konsumen infotainment tersebut. ObserVindo merupakan bagian dari pekerjaan dalam upaya merepresentasikan Indonesia hingga unit sosial yang terkecilnya, yaitu desa, dalam lanskap besar nusantara. Yang tertuang dalam aplikasi ini merupakan langkah awal dalam pembangunan sistem komputasional "cybersyn" berbasis desa di Indonesia, yang di dalamnya akan terkait dengan infrastruktur pengelolaan data melalui integrasi dengan inisiatif pembangunan Program Bale Desa, yaitu sistem pencatatan administrasi desa berbasis teknologi informasi basis data kompleks, dengan simulasi komputasional dan "masyarakat buatan". MarketScope merupakan kontribusi ekonofisika (econophysics) untuk cara pandang pasar modal dari atas, yang memungkinkan pengamatan pergerakan harga-harga di pasar modal secara kolektif. Tiap perubahan harga di bursa efek saling berkaitan dan bertalian satu sama lain sebagaimana para investor juga saling berinteraksi dan responsif terhadap pergerakan komposit harga-harga di pasar modal. MarketScope terdiri atas dua pemetaan, yaitu, Peta Korelatif Dinamika Bursa Efek dan Peta Kausal Harga-harga Saham. Hokky Situngkir telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang sosiologi komputasional, dengan fokus pada penerapan model berbasis agen dan teori sistem kompleks untuk memahami fenomena sosial. Penelitiannya mencakup berbagai aspek sistem sosial, dari kerangka filosofis hingga studi kasus spesifik di Indonesia. Salah satu area karyanya menguraikan dasar filosofis penggunaan model berbasis agen (ABM) dalam sosiologi,[21] menekankan bagaimana ABM dapat menangkap sifat emergence dari sistem sosial, menyediakan kerangka kerja yang kuat untuk mempelajari interaksi dan perilaku sosial yang kompleks. Penelitian lainnya mengeksplorasi analogi antara sistem sosial dan metabolisme biologis, mengusulkan bahwa sistem sosial, seperti organisme biologis, memiliki proses metabolisme yang dapat dianalisis untuk memahami aliran dan transformasi informasi serta sumber daya dalam masyarakat. Dia juga menerapkan model berbasis agen pada isu lingkungan dan sosial spesifik, seperti praktik hidup berkelanjutan dan perencanaan kota di Bandung,[22] Indonesia. Ini menunjukkan bagaimana ABM dapat mensimulasikan interaksi antara populasi manusia dan lingkungannya. Dalam penyelidikan konflik massal di Indonesia, ia meneliti peristiwa ini melalui lensa self-organized criticality, menyoroti bagaimana konflik sosial skala besar dapat muncul dari perilaku kolektif, menekankan pentingnya memahami dinamika ini untuk mencegah dan mengelola konflik.[23] Mendalami teori informasi algoritmik, Situngkir mengeksplorasi potensi pendekatan komputasional untuk mengurai kompleksitas interaksi sosial dan penyebaran informasi. Area penelitian lainnya meneliti hubungan antara fenomena sosial makro dan perilaku individu mikro,[24] menekankan pentingnya menghubungkan kedua level ini untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang konflik sosial dan mekanisme yang mendasarinya. Selain itu, ia mempelajari dinamika evolusioner kontrak sosial di Indonesia, menggunakan model komputasional untuk menganalisis bagaimana kontrak-kontrak ini berkembang dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh faktor budaya, politik, dan ekonomi.[25] Secara keseluruhan, karya Hokky menunjukkan kekuatan model komputasional untuk mensimulasikan dan menganalisis fenomena sosial, menawarkan perspektif dan alat baru untuk penelitian sosiologis, serta memberikan wawasan berharga tentang dinamika kompleks sistem sosial. CyberKeahlian dia dalam ilmu kompleksitas, dapat memperkuat ketahanan siber dari pendekatan yang multidisiplin. Seperi misalnya:
Pengalaman di bidang kompleksitas yang sangat intens dengan komputer tersebut, membuat dirinya ditugasi di berbagai lembaga negara. Hokky terlibat menjadi Tim Penyusun Road Map Keamanan SIber Nasional di Badan Siber dan Sandi Negar pada tahun 2015. Hokky juga menjadi tim pengarah [26] dalam penyusunan Tinjauan Strategis Keamanan Siber Teknologi Cloud dan Tata Kelola Data. Kemudian Hokky juga diberi tugas sebagai Staf Khusus Bidang Teknologi Informasi untuk Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI pada tahun 2017-2019 dan kemudian menjadi Staf Khusus di Badan Siber & Sandi Negara (BSSN) RI pada tahun 2019-2020. SeminarTalks
Seminar
Konferensi
Karya TulisSebagian karya ilmiah Hokky Situngkir yang tercatat di google scholar.
Penghargaan
Buku
Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia