Gempa bumi Tibet 2025
Pada tanggal 7 Januari 2025, sebuah gempa bumi besar mengguncang Daerah Otonom Tibet di Tiongkok, pada pukul 09.05 CST. Menurut USGS gempa tersebut berada pada kedalaman 10 km (6,2 mi).[3] Sedikitnya 126 orang tewas, 351 orang terluka.[4] Meskipun para pejabat Tibet percaya bahwa jumlah korban tewas sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi karena banyak sumber lokal dilarang menyebarkan informasi mengenai korban jiwa.[5] Pejabat setempat mengatakan bahwa tingginya angka korban jiwa disebabkan oleh bangunan tradisional yang dibangun dengan sangat buruk.[6] Selain itu, gempa tersebut melukai 13 orang di Nepal, dan juga menyebabkan kerusakan ringan di India Utara, getaran kuat juga terasa di seluruh wilayah Asia Selatan.[7] Gempa tersebut merupakan yang terbesar di Tiongkok sejak Januari 2024 dan yang paling mematikan sejak Desember 2023.[8] Latar tektonik![]() Dataran tinggi Tibet mencapai ketinggiannya karena penebalan kerak yang berhubungan dengan konvergensi di sepanjang Pegunungan Himalaya. Sesar di dataran tinggi berhubungan dengan mekanisme strike-slip dan normal. Dataran tinggi ini memanjang ke arah timur-barat yang dibuktikan dengan serangan graben utara-selatan, sesar mendatar, dan data GPS. Gempa bumi terbesar di Tibet, dengan kekuatan 8,0 atau serupa, terjadi di sepanjang patahan slip. Gempa bumi patahan normal mempunyai magnitudo yang lebih kecil; pada tahun 2008, lima gempa sesar normal dengan kekuatan 5,9 hingga 7,1 terjadi di berbagai lokasi di dataran tinggi. Gempa bumi ini terjadi pada patahan dengan sudut kemiringan 40 hingga 50 derajat dan meluas hingga kedalaman 10 hingga 15 km (6,2 hingga 9,3 mil). Sebuah studi tahun 2010 di Geophysical Journal International mengamati dalam 43 tahun terakhir, 85 persen momen seismik yang dilepaskan selama patahan normal terjadi di area dengan ketinggian lebih dari 5 km (3,1 mil). Hal ini mungkin menunjukkan bahwa gempa bumi patahan normal bergantung pada energi potensial gravitasi untuk memicu patahan tersebut.[9] Gempa bumi![]() Survei Geologi Amerika Serikat menyatakan bahwa gempa tersebut berkekuatan momen (Mw) sebesar 7,1 sedangkan Pusat Jaringan Gempa Tiongkok melaporkan besarnya sebesar Ms6,8.[10] Gempa ini terjadi akibat patahan normal di Dataran Tinggi Tibet. Mekanisme fokus menunjukkan bahwa keruntuhan terjadi pada sesar utara-selatan, yang menukik secara moderat ke arah timur atau barat. Getaran kuat dirasakan di beberapa negara tetangga seperti, Nepal, India, Bhutan, dan Bangladesh.[11] Pemodelan retakan yang dilakukan oleh Survei Geologi Amerika Serikat mengungkapkan gerakan di sepanjang patahan utara-timur laut yang menukik ke barat-barat laut atau patahan utara-barat laut yang menukik ke timur-timur laut. Dalam kedua solusi tersebut, slip aseismik terjadi sepanjang sekitar 80 km (50 mil) sepanjang tumbukan dan meluas hingga kedalaman 20 km (12 mil). Slip maksimum dalam patahan ini masing-masing adalah 1,6 m (5 ft 3 in) dan 1,3 m (4 ft 3 in). Wilayah dekat batas lempeng India dan lempeng Eurasia ini mempunyai sejarah gempa besar. Dalam satu abad terakhir, telah terjadi 10 gempa berkekuatan 6 magnitudo atau lebih dalam jarak 250 km sejak gempa 7 Januari 2025. Termasuk gempa bumi M7.3 Nepal tahun 2015 yang terletak sekitar 160 km arah barat daya dan gempa bumi M8.0 tahun 1934 yang terletak sekitar 160 km arah selatan-barat daya. Gempa bumi M7.3 Nepal tahun 2015 merupakan gempa susulan dari gempa bumi M7.8 Nepal pada tanggal 25 April 2015. Rangkaian peristiwa tahun 2015 ini mengakibatkan 8.669 korban jiwa dan kerusakan yang luas. Dampak dan korbanTiongkokDikutip dari Pemerintah Tiongkok setidaknya 126 orang tewas, 351 orang luka-luka, 19 diantaranya luka serius di wilayah Shigatse,[12][5] korban jiwa berada di Kabupaten Tingri; Kabupaten Lhaze; dan Kabupaten Sakya. Karena kurangnya revisi, transparansi, dan sensor oleh pemerintah, warga lokal Tibet mengkritik keras angka korban jiwa ini, diperkirakan ada 265 korban jiwa saat ini. Namun pihak berwenang Tiongkok membantah angka ini sebagai rumor dan menjatuhkan hukuman administratif kepada beberapa penduduk setempat karena menyebarkan "informasi yang salah" secara online. Voice of America Tibet menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 134 orang, mengutip data yang diterima dari Tibet dan dikonfirmasi oleh sumber yang dapat dipercaya. Pada tanggal 11 Januari, Radio Free Asia melaporkan lebih dari 400 korban jiwa, perkiraan yang mereka kutip dari staf yang bekerja di kamar mayat di wilayah Tingri dan Lhatse.[13] Sementara itu, sekitar 80 persen hingga 90 persen rumah di wilayah tersebut hampir hancur total.[14] Lebih dari 27.200 bangunan rusak, 3.600 rumah runtuh di daerah Tingri,[15] dan sejumlah rumah dilaporkan runtuh di desa-desa di seluruh Kabupaten Tingri, membuat penduduk terjebak di bawah reruntuhan. Keesokan harinya, para pejabat mengatakan bahwa orang hilang yang tersisa kemungkinan besar meninggal karena hipotermia di bawah reruntuhan rumah yang hancur. Lima ruas jalan nasional dan provinsi rusak akibat tanah longsor, dan amblesan tanah. Seluruh 40 rumah di desa Gurong rusak, setengahnya rusak parah.[16] Di Kabupaten Lhatse, puing-puing menutupi jalan-jalan dan kendaraan, dan sebuah hotel rusak.[17] Lebih dari 170 stasiun China Mobile dinonaktifkan akibat gempa bumi, meskipun layanan seluler pulih sembilan jam kemudian.[18] Tiga kotapraja di wilayah tersebut melaporkan adanya korban jiwa. Sebuah hotel rusak di Kabupaten Lhatse.[19] Negara lainnyaSedikitnya 13 orang luka-luka di Nepal, 14 rumah rusak, dan sebuah Kantor polisi rusak.[20] Getaran dirasakan di India Utara tetapi hanya menimbulkan sedikit kerusakan.[21] Gempa bumi dirasakan secara luas di sebagian besar wilayah Asia Selatan. Di Kathmandu, sekitar 400 km (250 mil) dari pusat gempa, warga meninggalkan rumah mereka karena ketakutan.[22] Guncangan kuat terasa di dekat Gunung Everest, termasuk Lobuche dan Namche, Thimphu di Bhutan, dan negara bagian Bihar, Assam, dan Benggala Barat di India utara. Guncangan juga dirasakan di Dhaka, Bangladesh dan sejauh Myanmar.[23] ResponPasca gempa bumi, lebih dari 1.500 personel penyelamat, 75 kendaraan, empat anjing pelacak, dan 7.030 set peralatan dikerahkan ke pusat gempa.[24][25] Administrasi Meteorologi Tiongkok mengeluarkan peringatan darurat tingkat tiga untuk wilayah tersebut.[26] Komando Bantuan Gempa Bumi Dewan Negara dan Kementerian Manajemen Darurat, bersama dengan Administrasi Pangan dan Cadangan Strategis Nasional, segera mendistribusikan 22.000 unit pasokan bantuan terpusat, termasuk tenda katun, mantel katun, selimut, dan tempat tidur lipat, serta bahan bantuan khusus untuk daerah yang sangat dingin dan dataran tinggi ke daerah yang terkena dampak.[27] Komando Teater Barat Tentara Pembebasan Rakyat juga dimobilisasi untuk membantu upaya bantuan.[28] Tempat wisata Gunung Qomolangma ditutup sementara, sekitar 530 pengunjung dievakuasi.[29] Suhu di wilayah tersebut pada saat gempa terjadi, diperkirakan mencapai −8 °C (18 °F), dan diperkirakan akan turun hingga −16 °C (3 °F) pada malam hari.[30] Presiden Xi Jinping "memerintahkan upaya penyelamatan secara total". Dia mendesak badan-badan terkait untuk merawat korban luka, memperbaiki infrastruktur yang rusak dan merelokasi mereka yang kehilangan tempat tinggal.[31] Pemerintah Tiongkok mengatakan akan mengalokasikan ¥100 juta yuan ($13,6 juta) untuk bantuan bencana.[32] Di Nepal, pasukan keamanan dikerahkan ke daerah-daerah yang terkena dampak gempa.[33] Upaya pencarian dan penyelamatan dihentikan pada tanggal 9 Januari sementara pihak berwenang mulai memprioritaskan pengungsi, yang jumlahnya bertambah menjadi 61.500 orang. Mereka telah menentukan bahwa peluang bertahan hidup bagi mereka yang masih terjebak di dataran tinggi dan lingkungan yang terpencil sangat kecil setelah 48 jam.[34] Lihat pula
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia