Gastrolit , geliga atau guliga adalah batu kecil yang disimpan oleh hewan di bagian lambung atau bagian awal sistem pencernaan untuk membantu penggilingan makanan agar mempercepat proses pencernaan. Umumnya, hewan-hewan yang melakukan hal ini tidak memiliki gigi yang beradaptasi untuk menggiling makanan.
Fungsi lainnya, yaitu pada hewan laut, gastrolit dapat digunakan sebagai pemberat yang memudahkan menyelam.
Identifikasi
Beberapa bukti dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa suatu batu digunakan oleh organisme fosil untuk membantu pencernaan. Pertama, batu tersebut harus tidak serupa dengan batuan disekitarnya. Kedua, batu tersebut berbentuk bulat dan terpoleskan karena gastrolit menggilas batu-batu lainnya dan makanan suatu hewan, sehingga mirip seperti batu yang dipoles oleh pemoles batu (rock tumbler). Terakhir, batu tersebut harus ditemukan didalam fosil dari hewan yang menelannya.
Gastrolit pada Hewan
Pada vertebrata hidup, gastrolit umum dijumpai pada spesies buaya, aligator, burung herbivora, anjing laut dan singa laut. Selain itu, jenis batu yang ditelan juga beragam. Sebagai contoh, unggas domestik membutuhkan pasir, sementara panjang gastrolit burung unta bisa melebihi 10 sentimeter. Amfibi seperti Axolotl kemungkinan juga menelan gastrolit.[1][2] Mikrogastrolit tampaknya juga ditemukan pada kecebong[3], sementara beragam spesies katak menelan lanau dan kerikil untuk membantu mengontrol kemampuan mengapung.[4]
Dinosaurustheropoda tampaknya juga menggunakan batuan untuk menggilas materi tumbuhan yang sulit dicerna. Salahsatu contoh dari hal tersebit adalah theropoda Kapur AwalCaudipteryx zoui dari Cina timur laut. Fosil dari theropoda tersebut memiliki banyak batu kecil di area yang sesuai dengan wilayah abdominalnya. Seperti yang sudah disebut diatas, hewan laut, tidak terkecuali plesiosaurus kemungkinan juga menggunakan gastrolit untuk menjaga daya apungnya. Gastrolit yang ditemukan pada abdomen dinosaurus dapat memiliki bobot hingga beberapa kilogram.