Dinasti Song sebelum dan setelah penaklukan Jurchen
Perang Jin–Song adalah serangkaian konflik bersenjata yang dilakukan oleh Dinasti Jin yang bersuku Jurchen dan Dinasti Song pada abad ke-12 dan ke-13. Suku Jurchen adalah sebuah konfederasi suku pemakai rumpun bahasa Tungusik yang berasal dari Manchuria. Mereka menggulingkan Dinasti Liao yang bersuku Khitan pada 1122 dan mendeklarasikan pendirian dinasti baru, Jin.[1] Hubungan diplomatik antara Jin dan Song merenggang, dan pasukan Jurchen mula-mula mendeklarasikan perang terhadap Dinasti Song pada November 1125.[2]
Dua armada dikerahkan melawan Song. Satu armada merebut ibu kota provinsial Taiyuan, sementara armada lainnya menyerbu ibu kota Song Kaifeng. Jurchen mundur saat Song berjanji untuk membayar upeti tahunan.[3] Saat Dinasti Song melemah, pasukan Jin melakukan pengepungan kedua terhadap Kaifeng. Kota tersebut direbut dan dijarah, dan kaisar Dinasti Song, Kaisar Qinzong, ditahan dan dibawa ke utara Manchuria sebagai sandera.[4] Sisa pejabat Song mundur ke selatan Tiongkok, memulai periode Song Selatan dari sejarah Tiongkok.[1] Dua pemerintahan boneka, pertama Dinasti Da Chu dan kemudian negara Qi, didirikan oleh Jin sebagai negara penyangga antara Song dan Manchuria.[5]
Jurchen berpawai ke selatan dengan tujuan menaklukkan Song Selatan, namun serangan balasan oleh para jenderal Tiongkok seperti Yue Fei menghentikan gerak maju mereka.[6] Sebuah perjanjian damai, Perjanjian Shaoxing, dirundingkan dan diratifikasi pada 1142, menjadikan Sungai Huai sebagai perbatasan antara dua kekaisaran tersebut.[7] Perdamaian antara Song dan Jin dua kali terinterupsi.[8]Wanyan Liang menginvasi Song Selatan pada 1161,[9] sementara para revankis Song mencoba dan gagal untuk merebut kembali utara Tiongkok pada 1204.[10]
Perang Jin–Song terkenal karena munculnya inovasi teknologi baru. Pengepungan De'an pada 1132 meliputi pemakaian pertama yang tercatat dari tombak api, sebuah senjata bubuk meriam awal dan leluhur senjata api.[11]Huopao, sebuah bom pembakar, dipakai dalam sejumlah pertempuran[12] dan bom-bom mesiu yang terbuat dari besi tuang dipakai dalam sebuah pengepungan pada tahun 1221.[13] Jurchen bermigrasi ke selatan dan menetap di utara Tiongkok, dimana mereka mengadopsi bahasa dan budaya Konfusian dari penduduk lokal.[1] Pemerintah Dinasti Jin mengembangkan birokrasi kekaisaran tersentralisasi dengan cara yang sama dengan dinasti-dinasti Tiongkok pada masa sebelumnya.[14] Dinasti Song dan Jin berakhir pada abad ke-13 saat Kekaisaran Mongol berekspansi ke seluruh Asia.[15]