Siklus enam puluh tahunan (siklus seksagesimal) atau ganzhi (Hanzi: 干支; Pinyin: gānzhī) adalah siklus kombinasi 10 batang langit (天干; tiān gān) dan 12 cabang bumi (地支; dì zhī). Satu putaran siklus terdiri dari 60 elemen perpasangan batang langit dan cabang bumi (kelipatan persekutuan terkecil dari 10 dan 12 adalah 60).
Dalam kebudayaan Tiongkok dan di negara-negara Asia yang mengenal aksara Tionghoa seperti Jepang, Korea, dan Vietnam, ganzhi dipakai kalender tradisional untuk menunjukkan tahun, bulan, hari, dan jam. Selain itu, siklus ini dipakai untuk melambangkan mata angin, sudut, dan urutan peristiwa. Kombinasi 4 pilar (柱; zhù) yang terdiri dari tahun, bulan, hari, jam bisa dipakai untuk meramal peruntungan dengan metode delapan karakter (八字; bā zì).
Nomor urut masing-masing elemen bisa dipakai untuk mencari perpasangan batang langit dan cabang bumi. Pasangan pertama didapat dari memasangkan elemen pertama batang langit dengan elemen pertama cabang bumi (1,1) atau (甲,子). Pasangan kedua adalah elemen no. 2 batang langit dengan elemen no. 2 cabang bumi (2,2) atau (乙,丑). Begitu seterusnya hingga pasangan ke-10 (10,10) atau (癸,酉). Setelah pasangan ke-10, kesepuluh unsur batang langit habis dipasangkan semua. Pasangan ke-11 diperoleh dari memasangkan kembali elemen pertama batang langit dengan elemen no. 11 cabang bumi (1,11) atau (甲,戌). Setelah membentuk pasangan ke-12 (2,12) atau (甲,戌), kedua belas unsur cabang bumi sudah habis dipasangkan semua. Pasangan ke-13 didapat dari memasangkan unsur no. 3 dalam daftar batang langit dengan unsur no. 1 dalam daftar cabang bumi (3,1) atau (丙,子). Begitu seterusnya hingga pasangan ke-60 (pasangan terakhir dalam siklus). Bila kembali dipasangkan, pasangan pasangan ke-61 adalah (1,1) atau (甲,子) yang merupakan awal siklus baru.
Orang zaman Dinasti Shang sudah mengenal aksara hanzi untuk melambangkan ganzhi. Dari naskah tulang ramalan yang ditemukan di situs arkeologi Yinxu diketahui bahwa ganzhi dipakai untuk melambangkan hari, angka, dan nomor menurut sistem seksagesimal. Pada masa Dinasti Shang, siklus ini ditulis dalam aksara hanzi sebagai 十日十二辰; shí rì shí èr chén. Dalam naskah tulang ramalan, 10 batang langit dipakai untuk melambangkan nama-nama hari.
Pada Zaman Musim Semi dan Gugur, siklus ini ditulis sebagai 十母十二子 (shí mǔ shí èr zǐ) mengikuti analogi "ibu" berada di atas dan "anak" di bawah. Pemikiran ini berasal dari filsafat elemen klasik yang menjelaskan fenomena alam menjadi 5 unsur (kayu, api, tanah, logam, air). Pada zaman Dinasti Han Timur, dua kelompok yang membentuk siklus diumpamakan sebagai batang dan cabang pohon, dan ditulis sebagai 十干十二支 shí gān shí èr zhī, disingkat ganzhi (干支).
Perhitungan tahun sering didasarkan pada catatan peristiwa luar biasa dan tahun kaisar naik tahta. Penentuan tahun berdasarkan periode orbit Jupiter merupakan usul ahli astronomi pada Zaman Negara-negara Berperang. Perhitungan tahun berdasarkan ganzhi dan posisi Jupiter baru secara luas digunakan orang sejak zaman Dinasti Han (206 SM-220). Simbol mata angin dan pembagian 1 hari menjadi 24 jam dengan memakai ganzhi juga diperkirakan mulai dipakai orang sejak zaman Dinasti Han. Walaupun sudah mulai dipakai orang sejak zaman Dinasti Qin, 12 hewan sebagai perlambang 12 cabang bumi muncul pertama kali dalam literatur pada zaman Dinasti Han Timur.
Penulisan hari
Berbeda dengan kalender Barat yang membagi satu bulan menjadi 4 minggu (7 hari dalam seminggu), orang Tiongkok kuno membagi 1 bulan menjadi 3 sepuluh harian (旬; xún). Hari-hari dalam 1 xun diberi nama berdasarkan urutan 10 batang langit. Naskah tulang ramalan juga sudah mengenal perhitungan hari baik/hari buruk dalam 1 xun. Penanggalan ditulis berdasarkan siklus 60 hari (2 bulan) hasil kombinasi 10 batang langit dan 12 cabang bumi, sedangkan 1 bulan sama dengan 3 xun (30 hari).
Urutan nama hari dimulai dari hari pertama yang disebut Jiazi, diikuti hari ke-2, Yichou, dan hari ke-3 Bingyin. Begitu seterusnya hingga hari Guihai (hari ke-60) namun hari ke-61 kembali menjadi hari Jiazi. Siklus ini telah berjalan selama lebih dari 3.000 tahun tanpa terpengaruh pergantian sistem kalender. Penulisan tanggal menurut ganzhi juga dipakai dalam kitab sejarah dan tahun pembuatan karya seni di negara-negara Asia Timur, termasuk Nihon Shoki di Jepang.
Penulisan bulan
Menurut tradisi sejak zaman kuno di Tiongkok, dongzhi (titik balik musim dingin) jatuh pada bulan 11 (子月; yín yuè). Bulan selanjutnya adalah bulan 12 (丑月) dan tahun baru jatuh pada bulan 1 (寅月).
Sejak zaman Dinasti Tang, 10 batang langit dari siklus ganzhi dipasangkan dengan nama-nama bulan. Nama batang langit dipasangkan dengan nama-nama bulan berdasarkan nama batang langit untuk tahun tersebut. Bulan 1 (寅月) tahun jia (甲) dan tahun ji己 misalnya, disebut bǐngyín yuè (丙寅月). Bulan 1 tahun yi (乙) dan tahun geng (庚) disebut wùyín yuè (戊寅月), dan seterusnya seperti dalam tabel berikut.
Di Tiongkok dan negara-negara yang memakai aksara Tionghoa, tahun ditulis dengan memakai nama zaman (年号; nían hào) berdasarkan tahun kaisar naik tahta dan siklus enam puluh tahunan. Perjalanan waktu diukur mengikuti periode orbit planet Jupiter. Dalam siklus enam puluh tahunan, tahun tidak dihitung berdasarkan tahun awal (tahun 1) dengan angka yang berkelanjutan hingga masa sekarang. Siklus dimulai kembali dari awal setelah kaisar baru naik tahta.
Perhitungan tahun berdasarkan Jupiter
Sistem ini mulai dikenal pada Zaman Negara-negara Berperang. Perhitungan tahun ditetapkan berdasarkan posisi Jupiter di bola langit karena waktu yang dibutuhkan Jupiter untuk 1 kali revolusi mengelilingi bola langit adalah 12 tahun. Jupiter bergerak melintasi garis ekuator langit bola langit yang dibagi menjadi 12 bidang dari barat ke timur. Waktu yang dibutuhkan Jupiter untuk berpindah dari satu bidang ke bidang berikutnya dihitung sebagai 1 tahun. Jupiter adalah planet yang dipakai menghitung tahun sehingga disebut juga bintang umur (歲星; suì xīng).
Perhitungan tahun berdasarkan Tai Sui
Sistem ini menamakan tahun berdasarkan posisi Tai Sui (太歲; tài suì) di bola langit. Tai Sui adalah bintang imajiner yang merupakan bayangan cermin Jupiter. Di atas bola langit yang dibagi menjadi 12 bidang, Jupiter bergerak dari barat ke timur. Namun pergerakan dari barat ke timur bertentangan dengan praktik orang masa itu (12 cabang bumi diletakkan di garis ekuator langit yang dibagi menjadi 12 bidang dari timur ke barat). Sebagai pemecahannya, garis orbit bintang imajiner Tai Sui dibuat sebagai bayangan cermin garis orbit Jupiter. Pada garis orbit Tai Sui diletakkan 12 cabang bumi dalam 12 bidang yang dilewati Tai Sui sewaktu beredar dari timur ke barat. Waktu yang dibutuhkan Tai Sui untuk berpindah dari satu bidang ke bidang berikutnya dihitung sebagai 1 tahun.
Penentuan mata angin
Dua belas cabang bumi yang ditambah 4 elemen bagua (艮; gen, 巽; xun, 坤; kun, dan 乾; qian) dan 10 batang langit (minus elemen 戊; wù dan 己; jǐ) dipakai untuk melambangkan 24 arah mata angin. Utara dilambangkan dengan 子 (zǐ, tikus), selatan dengan 午 (wǔ, kuda), timur dengan 卯 (mǎo, kelinci), dan selatan dilambangkan dengan 酉 (yǒu, ayam).
Kelima unsur yang dikandung 10 batang langit (kayu, api, tanah, logam, air) bila dijelaskan dengan filsafat lima elemen menghasilkan 5 arah mata angin (timur, selatan, tengah, barat, dan utara). Menurut filsafat lima elemen, timur adalah Kayu sehingga elemen batang langit yang memiliki unsur kayu (甲; jiǎ dan 乙; yǐ) diletakkan di timur, diikuti 6 batang langit sisanya sesuai arah jarum jam.
Aslaksen, Helmer (29 Maret 2006). "The Mathematics of the Chinese Calendar"(PDF). Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2018-03-04. Diakses tanggal 17 Mei.Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)