Gagak-botak
Picathartes, unggas-batu, atau gagak-botak adalah genus kecil dari dua spesies burung pengicau yang membentuk keluarga Picathartidae yang ditemukan di hutan hujan tropis Afrika barat dan tengah. Mereka mempunyai kepala yang tidak berbulu, dan memakan serangga dan invertebrata yang diambil dari daerah berbatu yang lembap. Kedua spesies ini sama sekali tidak bermigrasi, bergantung pada habitat khusus hutan berbatu. [1] Kedua spesies tersebut terdaftar sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan dalam Daftar Merah IUCN . Jenis
KeteranganGagak-botak berukuran besar 33 hingga 38 cm (13 hingga 15 in) burung pengicau panjang dengan paruh hitam seperti gagak, leher, ekor, dan kaki panjang. Beratnya antara 200 dan 250 g (7,1 dan 8,8 oz) . Kaki yang kuat dan kaki abu-abu beradaptasi dengan pergerakan terestrial, dan keluarga tersebut berkembang melalui hutan dengan batas panjang di tanah. Sayapnya panjang tetapi jarang digunakan untuk penerbangan jarak jauh. Bulu kedua spesies serupa, dengan dada dan perut berwarna putih serta sayap, punggung, dan ekor berwarna abu-abu tua dan abu-abu kehitaman. Warna leher bervariasi antara kedua spesies, memberi mereka nama masing-masing (berleher abu-abu dan berleher putih). Mereka juga memiliki kepala botak dengan kulit berwarna cerah dan bermotif. [1] Perilaku dan ekologiGagak-botak adalah pemakan umum, memakan berbagai macam mangsa invertebrata. Mangsanya meliputi berbagai serangga, terutama kumbang, rayap, dan semut, serta kaki seribu, lipan, cacing tanah, dan gastropoda . Katak dan kadal juga diambil, namun sebagian besar diberikan kepada anak-anaknya. Mangsa diambil baik dengan mencari makan di tanah maupun di pepohonan. Mereka juga akan mencari makan di perairan dangkal untuk mencari kepiting. Saat mencari makan di tanah, mereka bergerak maju dengan melompat-lompat, lalu berhenti sejenak untuk mencari mangsa. Paruhnya yang agak panjang digunakan untuk membalik dedaunan dan menangkap mangsa, namun kakinya tidak pernah digunakan untuk keduanya. Kedua spesies tersebut akan mengikuti kawanan semut untuk merebut mangsa yang melarikan diri dari semut. [1] Kedua spesies gagak-botak ini berkembang biak secara musiman pada musim hujan . Jika suatu daerah mengalami dua musim hujan dalam setahun, mereka akan berkembang biak dua kali pada tahun tersebut. Meskipun terdapat laporan mengenai pembiakan kooperatif, kini diperkirakan bahwa mereka hanya bersifat monogami, berkembang biak secara berpasangan. Mereka juga sering dilaporkan bersifat kolonial, dan akan berkembang biak dalam koloni hingga tujuh pasang, tetapi peternak soliter dan koloni kecil yang hanya terdiri dari dua pasang lebih umum terjadi. Sarangnya terbuat dari lumpur yang ditempelkan pada atap gua atau batu yang menjorok ke tebing. Sarangnya berupa struktur seperti cangkir yang terbuat dari daun, ranting, dan serat tumbuhan kering yang dimasukkan ke dalam lumpur kering. Dua telur diletakkan, dengan jarak 24 hingga 48 jam. Kedua orang tua ikut mengerami telur, masing-masing mengambil giliran 12 jam sebelum dilepaskan oleh pasangannya. Dibutuhkan waktu sekitar 20 hari agar telur menetas. Anak dari gagak-botak sangat altrisial saat menetas, hampir telanjang (ada beberapa bulu di bagian ubun-ubun dan punggung) dan tidak berdaya. Anak gagak-botak membutuhkan waktu sekitar 25 hari untuk menjadi dewasa . [1] Distribusi dan habitatGagak-botak tersebar di Afrika Barat dan Afrika Tengah bagian barat, di Guinea, Sierra Leone, Liberia, Pantai Gading, Ghana ( ayam batu berleher putih ), Nigeria, Kamerun, Guinea Khatulistiwa, Gabon, Republik Kongo, dan Afrika Tengah Republik ( ayam batu berleher abu-abu ). Gagak-botak hidup di hutan hujan dataran rendah dengan jumlah hingga 800 ekor m, di daerah berbatu dan berbukit di lereng bukit dan gunung. Burung-burung ini memerlukan serasah hutan untuk mencari makan, area yang cukup luas untuk menampung kawanan semut tentara ( Dorylinae ), dan bebatuan, tebing, atau gua sebagai tempat bersarang. [2] Referensi
|