Final Piala Negara-negara Afrika 2015 adalah pertandingan sepak bola yang berlangsung pada tanggal 8 Februari 2015 untuk menentukan pemenang Piala Afrika 2015, kejuaraan sepak bola Afrika yang diselenggarakan oleh Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF). Pertandingan tersebut diadakan di Estadio de Bata di Bata, Guinea Khatulistiwa. Piala pertandingan pada tahun 2015 ini diperebutkan oleh Ghana dan Pantai Gading. Ghana mencapai final dengan mengalahkan Guinea dan Guinea Khatulistiwa di perempat final dan semi final dan akhirnya memenangkan grup kualifikasi mereka. Pantai Gading juga lolos sebagai juara grup, setelah mereka mengalahkan Aljazair dan Republik Demokratik Kongo.
Hasil finalnya adalah 0-0 di akhir waktu secara reguler. Ketika diadakan perpanjangan waktu, kedua tim juga tak dapat mencetak gol. Pantai Gading akhirnya dapat melakukan satu-satunya tendangan tepat sasaran pada menit ke-12, ketika Yaya Touré melakukan tendangan ke deretan pertahanan tim Ghana dengan tendangan bebas, meski tendangannya langsung mengarah ke kiper Ghana Brimah Razak. Christian Atsu dari Ghana disebut memiliki peluang terbaik dalam pertandingan oleh penulis France 24 ketika Atsu melakukan tendangan yang mengenai tiang gawang dari 30 yard (27 m) pada 25 menit, yang berasal dari umpan André Ayew. Ayew sendiri juga melakukan tendangan yang membentur tiang gawang pada menit ke-41. Karena hasil pertandingan, maka diputuskan melalui adu penalti. Ghana memimpin 2-0, setelah Wilfried Bony dan Junior Tallo sama-sama gagal memasukkan gol untuk Pantai Gading. Penjaga gawang Pantai Gading, Boubacar Barry kemudian melakukan penyelamatan melawan Afriyie Acquah, sebelum Frank Acheampong gagal mengeksekusi tendangan penalti keempat Ghana, dan kedua tim menyamakan kedudukan. Mereka kemudian masing-masing mencetak enam penalti lagi. Setelah setiap pemain lapangan melakukan tendangan, pertandingan diputuskan oleh Barry, yang menyelamatkan upaya dari kiper Ghana Razak dan kemudian mencetak gol melewati Razak sendiri untuk memberi Pantai Gading kemenangan adu penalti 9-8 dan gelar sebagai juara.
Kemenangan tersebut merupakan kemenangan kedua Pantai Gading di Piala Afrika, setelah mereka mengalahkan Ghana di final 1992 yang juga sama-sama melalui adu penalti. Kemenangan ini mengangkat mereka dari tempat ke-3 ke tempat ke-2 di antara negara-negara Afrika di Peringkat Dunia FIFA. Ketika meringkas permainan final, wartawan BBC Sport mencatat bahwa kekalahan Ghana "mungkin sedikit kasar". Acquah dari Ghana dinobatkan sebagai Sang Pemain dalam Pertandingan. Setelah kembali ke rumah, para pemain Pantai Gading mengambil bagian dalam parade kemenangan di ibukota negara itu, Abidjan. Mereka gagal mempertahankan Piala Afrika di turnamen berikutnya pada 2017, tersingkir di babak penyisihan grup.
Latar belakang
Piala Afrika, yang diselenggarakan oleh Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), adalah kompetisi sepak bola asosiasi internasional utama untuk tim nasional Afrika.[2]Turnamen 2015 merupakan edisi ke-30 sejak diresmikan pada tahun 1957.[3]Maroko awalnya dipilih untuk menjadi tuan rumah acara tersebut, tetapi negara tersebut meminta penundaan karena epidemi virus Ebola Afrika Barat. CAF menolak, dan malah memindahkan acara tersebut ke Guinea Khatulistiwa pada tahun 2014.[4] Turnamen ini terdiri dari enam belas tim yang lolos ke acara tersebut, dibagi menjadi empat grup round-robin yang terdiri dari empat tim. Dua tim teratas dari masing-masing grup melaju ke final karena memenangkan sistem gugur.[5]
Pantai Gading tampil sebagai pemenang di turnamen Piala Afrika ke-20 mereka, satu-satunya kemenangan mereka datang pada tahun 1992 ketika mereka mengalahkan Ghana dengan sudden death dalam adu penalti di akhir hasil imbang tanpa gol. Mereka kemudian bermain di final pada 2006 dan 2012, kalah dalam adu penalti setelah bermain imbang tanpa gol melawan Mesir dan Zambia.[6] Ghana juga tampil di turnamen ke-20 mereka, dan final ke-9 mereka. Mereka sebelumnya menang empat kali (1963,1965,1978, 1982) dan kalah empat kali (1968, 1970, 1992, 2010).[6]
Pada awal turnamen, Pantai Gading berada di urutan ke-3 di antara negara-negara Afrika pada Peringkat Dunia FIFA (ke-28 di dunia), sementara Ghana berada di urutan ke-5 (ke-37 di dunia).[7]
Ghana berada di Grup C ketika turnamen, bersama Aljazair, Senegal dan Afrika Selatan.[8] CAF menyebut grup ini sebagai "Grup neraka" karena kekuatan empat tim tersebut.[9] Pertandingan pembuka Ghana berlangsung pada 19 Januari 2015, melawan Senegal di Mongomo.[10] Ghana memimpin pada menit ke-14 melalui tendangan penaltiAndré Ayew yang dimainkan setelah penalti Christian Atsu. Akan tetapi, Senegal kemudian mampu menyamakan kedudukan di babak kedua melalui tendangan Mame Biram Diouf. Moussa Sow, pemain pengganti Senegal kemudian dapat mencetak gol pada menit ketiga saat injury time, sehingga membuat timnya mendapatkan kemenangan 2-1.[11] Pada pertandingan kedua mereka, Ghana menghadapi Aljazair pada 23 Januari di Mongomo.[12] Pertandingan berlangsung tanpa gol hingga injury time pada penghujung babak kedua. Ghana kemudian memimpin melalui gol Asamoah Gyan dari umpan panjang Mubarak Wakaso.[13] Memasuki pertandingan terakhir grup, keempat negara memiliki peluang untuk lolos ke perempat final, tetapi kemenangan yang diperoleh Ghana dan Aljazair membuat mereka memiliki kepastian untuk lolos sebagai peringkat pertama atau kedua. Ghana pada awalnya tertinggal karena serangan udara oleh Mandla Masango dari Afrika Selatan dalam pertandingan Ghana vs Afrika Selatan pada 27 Januari di Mongomo. Namun, John Boye kemudian mencetak gol yang membuat skor menjadi imbang pada menit ke-73 yang kemudian diikuti oleh gol Ayew akhirnya membuat Ghana mendapatkan kemenangan 2-1 dan tempat pertama di grup.[14][15]
Perempat final Ghana berlangsung di Malabo melawan tim Guinea, pada 1 Februari 2015.[16] Melawan tim Guinea yang digambarkan oleh wartawan untuk BBC Sport sebagai "buruk", Ghana mencetak gol pembuka mereka di saat 4 menit ketika Atsu menendang bola ke gawang dari umpan tumit belakang Ayew. Mereka menambahi gol kedua sesaat sebelum half time. Kwesi Appiah kemudian mencetak gol setelah digagalkan oleh pemain Guinea Baïssama Sankoh. Atsu mencetak gol lagi pada menit ke-61 untuk melengkapi kemenangan 3-0 untuk Ghana.[17] Pertandingan semifinal mereka berlangsung empat hari berikutnya di Malabo, melawan tuan rumah Guinea Khatulistiwa. Wasit Eric Otogo-Castane memberi Ghana kesempatan tendangan penalti pada waktu 41 menit karena pelanggaran dari tim Guinea Khatulistiwa terhadap Appiah, meski pelanggaran tersebut dibantah keras oleh tim Guinea Khatulistiwa. Ayew mencetak gol penalti dan Guinea Khatulistiwa berusaha mencoba untuk memulai ulang permainan tersebut, tetapi Otogo-Castane memerintahkan mereka untuk menunggu sampai Ghana selesai merayakannya. Pendukung tuan rumah mulai melemparkan botol ke arah pemain pengganti Ghana di pinggir lapangan. Ghana kemudian menggandakan keunggulan mereka melalui Wakaso sebelum half time dan kemudian menambahkan gol ketiga melalui Ayew pada menit ke-75. Pada titik ini, pertandingan harus ditunda selama 40 menit karena pendukung Guinea Khatulistiwa mulai menyerang pendukung Ghana. Polisi merespons dengan mengirimkan helikopter yang terbang dalam jarak 30 kaki (9 m) dari kerumunan dan menyebarkan bom asap. Umpan Twitter tim Ghana kemudian menyamakan kejadian tersebut dengan "zona perang". Permainan akhirnya dilanjutkan dan Ghana menyelesaikan kemenangan 3-0 meski tak lagi mencetak gol.[18]
Pantai Gading memulai permainan mereka dengan pertandingan melawan Guinea di Grup D, pada 20 Januari di Malabo.[19] Guinea, yang tidak dapat menjadi tuan rumah selama kualifikasi karena epidemi Ebola, memimpin pada waktu 36 menit melalui serangan udara Mohamed Yattara. Gervinho dari Pantai Gading yang diberi label "sejauh ini sebagai pemain terbaik" oleh komentar daring BBC Sport,[20] telah diusir keluar lapangan karena memukul wajah Naby Keïta setelah menit ke-58. Meski begitu, Pantai Gading tetap mendapatkan hasil imbang dengan menyamakan kedudukan yang disebabkan oleh tendangan Seydou Doumbia pada menit ke-72.[21] Pada pertandingan grup kedua Pantai Gading, mereka menghadapi tetangga mereka, Mali, pada 24 Januari yang berada di Malabo.[22] Dalam permainan yang digambarkan oleh para penulis Reuters "menjengkelkan", Pantai Gading tertinggal karena serangan udara dari Bakary Sako pada menit ke-7, tetapi Max Gradel kemudian dapat mencetak gol sehingga mendapatkan hasil imbang 1-1 untuk Pantai Gading sesaat sebelum waktu habis.[23] Dengan pertandingan yang berakhir 1-1, tidak ada yang memisahkan empat tim Grup D yang akan memasuki pertandingan terakhir.[24] Pantai Gading menghadapi Kamerun dalam pertandingan Pantai Gading vs Kamerun, bermain untuk ketiga kalinya di Malabo,[25] dan mereka meraih kemenangan 1-0 melalui tendangan 18 m pada menit ke-35. Kemenangan ini cukup untuk memenangkan Pantai Gading dalam grup karena pertandingan lain antara Guinea dan Mali selesai dengan hasil imbang 1-1.[26]
Pantai Gading kembali ke Malabo untuk perempat final mereka, di mana mereka menghadapi Aljazair pada 1 Februari.[27]Wilfried Bony mencetak gol pembuka untuk Pantai Gading pada menit ke-26, menyusul umpan silang dari Gradel. Meski Pantai Gading memiliki penguasaan bola lebih banyak dari Aljazair setelah half time, Hillal Soudani kemudian dapat mencetak gol penyeimbang pada menit ke-51, sebelum Bony mengembalikan keunggulan tim Pantai Gading dengan sundulan pada menit ke-68. Aljazair memberikan tekanan saat mereka berusaha untuk menyamakan kedudukan lagi di saat pertahanan Pantai Gading menjadi buruk. Akan tetapi, Pantai Gading mampu bertahan dan mencetak gol ketiga melalui Gervinho pada menit ke-4 saat injury time untuk memberikan kemenangan 3-1.[28] Semifinal Pantai Gading berlangsung pada 4 Februari melawan Republik Demokratik Kongo di Estadio de Bata. Yaya Touré mencetak gol untuk Pantai Gading pada menit ke-21, tetapi keunggulan mereka hanya bertahan 3 menit ketika Dieumerci Mbokani mencetak gol penyeimbang melalui tendangan penalti setelah handball. Pantai Gading akhirnya merebut kembali keunggulan melalui Gervinho sesaat sebelum half time. Wilfried Kanon kemudian mencetak sebuah gol di pertengahan babak kedua. Hal ini membuat pantai Gading meraih kemenangan 3-1 dan ini adalah kemenangan kedua berturut-turut mereka serta satu kemenangan yang dapat mengantarkan mereka menuju final.[29]
Pertandingan
Pertandingan dimulai pukul 20.00 waktu setempat (19.00 di GMT+0), di Estadio de Bata.[30] Wasit untuk pertandingan itu adalah Bakary Gassama dari Gambia, dan stadion dihadiri oleh 32.857 penonton.[31] Pantai Gading mengenakan seragam serba jingga, sedangkan seragam Ghana seluruhnya berwarna putih.
Babak pertama
Pantai Gading pada awalnya diberi kesempatan untuk melakukan tendangan sudut, tetapi tendangan tersebut kemudian ditahan dengan mudah oleh Appiah dan ditendang dari jarak jauh oleh Serey Dié dengan tendangan yang mudah diblok.[32] Yaya Touré mendapatkan peluang pertama untuk mencetak gol pada menit ke-12. Dia "membersihkan" pertahanan dengan tendangan bebas. Namun tendangannya langsung mengarah ke kiper Ghana Brimah Razak dan kemudian ditangkap oleh kiper tersebut.[32][33] Tendangan ini akhirnya menjadi satu-satunya tendangan tepat sasaran pada pertandingan final ini.[32][34] Pantai Gading memiliki kesempatan lain tak lama setelah itu ketika Gradel melakukan tendangan yang melenceng pada saat menerima umpan Gervinho. Meski begitu, kedua tim relatif memiliki skor yang sama pada tahap awal. Para pemain Ghana melakukan serangkaian operan panjang yang ditujukan untuk mencapai Atsu, namun Pantai Gading mampu menahan semua operan tersebut. Dié menerima kartu kuning pertama di pertandingan tersebut pada menit ke-15 untuk pelanggaran studs-pertama terhadap Wakaso. Gyan kemudian menginjak kaki Eric Bailly pada menit ke-22 dalam insiden off-the-ball, meski ia tak dianggap melakukan pelanggaran apa pun. Atsu memiliki peluang terbaik dalam permainan pada menit ke-25, ketika ia melakukan tendangan yang membentur tiang gawang dari 30 yard (27 m) dari operan Ayew.[32][35]
Pantai Gading melancarkan serangan ke kanan pada menit 33 yang dilakukan oleh Bailly dan Gradel. Gradel kemudian berusaha menemukan Gervinho di kotak penalti. Meski ada kesalahan pertahanan dari Boye, Razak mampu menguasai bola. Dua menit kemudian, Atsu melakukan umpan silang ke area penalti Pantai Gading yang tidak bisa dijangkau Appiah. Dua menit setelah hal itu, pemain Ghana melakukan tendangan yang membentur tiang gawang untuk kedua kalinya yang berasal dari tendangan Ayew. Pada menit ke-41, Appiah sempat berhadapan satu lawan satu dengan kiper Pantai Gading Kanon, tetapi gagal mencetak gol. Babak pertama berakhir dengan skor 0-0, Alan Smith dari The Guardian mendeskripsikan kejadian tersebut sebagai "menegangkan, seperti yang diharapkan dari final antara kedua belah pihak meski kedua tim tersebut mendapatkan sedikit kesempatan. Namun ini tetap saja menghibur".[32]
Babak kedua
Ghana mendapat peluang pertama untuk mencetak gol di babak kedua pada menit ke-52 ketika Harrison Afful mengoper bola ke Atsu di sisi kanan untuk memanfaatkan kesalahan Pantai Gading, yang mana operan tersebut kemudian diteruskan ke Gyan di tengah. Tendangan dari Gyan tersebut kemudian melenceng dari gawang.[32][33] Kedua belah pihak tidak memiliki banyak peluang di babak kedua, karena pemain lini tengah mendominasi penyerang di kedua sisi.[33] Kedua tim juga sama-sama melakukan banyak pelanggaran.[32] Ghana kemudian mendapatkan tendangan bebas pada menit ke-68 setelah handball yang dilakukan oleh Dié dan diambil oleh Wakaso meski tendangannya masih melenceng dari gawang Boye.[32] Dua menit kemudian, Wakaso melakukan tendangan dari 30 yard (27 m) tetapi bola melambung tinggi keluar di atas mistar gawang.[32][33] Sebuah serangan menuju sayap kanan oleh Atsu memberi Ghana kesempatan untuk melakukan serangan lain satu menit setelah itu, meski tendangan Gyan dari umpan yang diberikan berhasil diblok oleh Pantai Gading.[33] Pantai Gading mendapat peluang di menit ke-82 ketika sundulan Bony melambung di atas mistar gawang yang berasal dari umpan silang Tiene.[32] Mereka kemudian memiliki dua peluang untuk memenangkan pertandingan di menit terakhir, pertama dengan blok oleh Razak yang jatuh ke Doumbia yang mana Doumbia tidak mampu mencetak gol. Razak kemudian melakukan tendangan yang meleset dari umpan silang Aurier, tetapi tidak mencapai pemain Pantai Gading.[32][33] Pertandingan pada babak ini tetap menghasilkan skor 0-0 di akhir waktu secara reguler. Akhirnya kedua tim tersebut diberi 30 menit permainan untuk perpanjangan waktu.[34]
Perpanjangan waktu
Ghana mendapat peluang pertama di babak kedua pada menit ke-93 ketika Baba Rahman berlari di sisi kiri meskipun Aurier mampu menghentikan tendangan dengan diving block. Pada menit 99, pemain Ghana Afriyie Acquah melakukan tendangan dari 27 m, tapi sekali lagi itu melewati mistar gawang. Ghana membuat peluang pertama mereka semenit kemudian ketika Jordan Ayew masuk menggantikan Appiah. Saudara dari Jordan Ayew yaitu André Ayew, melakukan umpan silang ke kotak penalti pada menit 102, tetapi tidak ada penyerang atau pemain bertahan di sekitar area dan bola akhirnya memantul. Dua menit kemudian, Aurier melakukan umpan silang dari kanan untuk Pantai Gading dan Bony menerima bola tersebut di belakang. Bailly kemudian mendapat kartu kuning sebelum jeda pada babak perpanjangan waktu karena melakukan pelanggaran terhadap Jordan Ayew.[32]
Wakaso akhirnya berlari menuju gawang Pantai Gading di awal babak kedua perpanjangan waktu. Ia pun melakukan tendangan meski tendangan tersebut yang sejauh 23 m dapat diblok oleh Tiene.[32] Doumbia kemudian memiliki salah satu peluang terbaik dari perpanjangan waktu tak lama setelah itu,[33] meski dia tidak bisa melakukan tendangan ke gawang karena kontrolnya terhadap bola sangat "suram" menurut Smith.[32] Pada menit 110, Jordan Ayew dapat melewati Yaya Touré di kotak penalti. Akan tetapi, tendangan Jordan dari sudut yang sempit dapat diblok oleh Kolo Touré. Kedua tim melakukan dua pergantian pemain saat menjelang adu penalti, Frank Acheampong dan Emmanuel Agyemang-Badu masuk untuk menggantikan beberapa anggota tim Ghana, sementara Tallo Gadji dan Salomon Kalou masuk menggantikan beberapa anggota tim Pantai Gading. Hasil pertandingan tetap 0-0 di akhir perpanjangan waktu. Pada akhirnya, pemenang turnamen ini ditentukan melalui adu penalti. Dalam laporan pertandingan tersebut, BBC Sport mengatakan "ada perasaan yang tak terhindarkan sepanjang pertandingan bahwa pertandingan ini akan berjalan jauh lebih lama karena tidak ada tim yang tampaknya siap untuk mengambil risiko yang mampu membawakan kemenangan bagi mereka".[34]
Adu penalti
Pemain Ghana, yaitu Wakaso mengambil penalti pertama dari adu penalti dengan menendang bola ke sisi yang berlawanan dari gawang setelah Barry menukik ke kiri dan mencetak gol. Bony kemudian gagal mencetak gol melalui penalti untuk Pantai Gading karena tendangannya membentur mistar gawang. Setelah Bony, giliran berikutnya adalah Ayew yang bermain untuk Ghana dan mencetak gol, dan kemudian Tallo yang tidak menyentuh bola sejak masuk sebagai pemain pengganti, gagal mencetak gol untuk Pantai Gading karena tendangannya melenceng.[32] Skor 2-0 untuk Ghana dengan kedua tim mengambil dua pemain untuk melakukan penalti.[34] Ghana kemudian gagal mencetak gol melalui tendangan penalti berikutnya, saat tendangan Acquah ditangkap oleh Barry. Aurier mencetak gol untuk Pantai Gading, dan kemudian Ghana gagal lagi untuk mencetak gol karena Acheampong melakukan tendangan melalui kaki kirinya dan tendangannya melenceng dari gawang. Doumbia mencetak gol untuk Pantai Gading untuk menyamakan kedudukan menjadi 2–2, dan kemudian Ayew dan Yaya Touré keduanya mencetak gol untuk memberikan skor 3–3 setelah dimunculkannya peraturan lima tendangan.[32]
Adu penalti setelah skor mencapai 3–3 memasuki fase sudden death, meski sepuluh tendangan penalti berikutnya semuanya berhasil mencetak gol. Jonathan Mensah, Agyemang-Badu, Afful, Baba dan Boye, semuanya mencetak gol untuk Ghana, sementara Kalou, Kolo Touré, Kanon, Bailly dan Dié mencetak gol untuk Pantai Gading. Hal ini membuat skor tendangan penalti menjadi seimbang 8-8.[34] Dengan semua sepuluh pemain yang ada telah mendapat giliran, kedua penjaga gawang diminta untuk melakukan tendangan masing-masing. Razak yang digambarkan oleh Smith sebagai "tidak (tampak) percaya diri", mengambil penaltinya dan tendangan tersebut ditangkap oleh lawannya. Barry sebenarnya membutuhkan perhatian medis pada pergelangan tangannya setelah menangkap gol dari Razak, tetapi dia mampu melakukan tendangannya dan dia mencetak gol menembus pertahanan Razak sehingga memberikan kemenangan pada Pantai Gading dari babak adu penalti dengan skor 9–8 dan membuat gelar juara diraih oleh Pantai Gading.[32][36]
Dalam merangkum sesi final kejuaraan ini, wartawan BBC Sport mencatat bahwa "kekalahan mungkin sedikit kasar pada Ghana meski tim tersebut memiliki peluang yang baik dalam 120 menit tanpa gol dan Ghana yang mengawali adu penalti serta dua kali tendangan yang membentur mistar",[34] sementara penulis untuk France 24 menulis bahwa "pertandingan dua jam hanya memberikan sedikit peluang ketika kedua tim tersebut terlihat lelah karena melakukan hal yang keliru dengan bermain dalam permainan lini tengah, meskipun pemain Ghana yaitu Christian Atsu nyaris mencetak gol dengan tendangan yang membentur tiang".[33] Acquah kemudian dinobatkan sebagai "Sang Pemain dalam Pertandingan", sementara Bony dianugerahi gelar "Fair Player of the Match". Atsu dinobatkan sebagai player of the tournament.[1]
Manajer Pantai Gading Hervé Renard yang juga memenangkan turnamen 2012 bersama Zambia kemudian memuji tim Pantai Gading dengan mengatakan "... hubungan antara saya dengan tim ini sangatlah kuat dan saya menaruh kepercayaan pada mereka. Dengan kombinasi ini, kamu dapat mencapai kesuksesan, terlepas dari hambatan yang kamu hadapi." Berbicara mengenai adu penalti, Renard berkata, "Kami memang tak bisa mencetak gol pada dua tendangan pertama, tetapi saya tahu itu belum berakhir. Para pemain ingin melakukan hal yang mustahil dan memenangkan gelar juara setelah dua kali menjadi runner-up."[38] Terlepas dari kekalahan Ghana, manajer lawan dari Hervé Renard yaitu Avram Grant optimis: "Saya bangga dengan apa yang terjadi di sini karena banyak yang meremehkan Ghana sebelum kompetisi. Tapi kami datang ke sini untuk memainkan sepak bola yang menyenangkan dan menunjukkan beberapa hal yang baik. (Para pemain) telah membuat saya bahagia dan setelah final saya mengatakan kebahagiaan tersebut pada mereka." Yaya Touré dari Pantai Gading mengaitkan kesuksesan itu dengan kerja keras Renard: "Tanpa manajer, kami tidak akan memenangkan apa pun. Dia membuat hal-hal sulit bagiku. Dia mengatakan kepadaku, jika aku tak berlari, dia akan mengeluarkanku. Menurutku, dia sangat luar biasa." [39]
Kemenangan Pantai Gading mengangkat negara tersebut ke tempat kedua di atas Tunisia di antara negara-negara Afrika di Peringkat Dunia FIFA tepat di belakang Aljazair. Di sisi lain, Ghana juga menyalip baik Tunisia dan Senegal untuk menempati tempat ketiga.[7][40] Setelah kembali ke negara asalnya, para pemain Pantai Gading ikut serta dalam parade kemenangan di ibukota negara itu, Abidjan, pada 9 Februari 2015.[41] Pantai Gading kemudian gagal mempertahankan Piala Afrika di turnamen berikutnya pada tahun 2017 karena tersingkir di babak penyisihan grup.[42] Ghana maju ke semi final pada turnamen tersebut meski mereka pada akhirnya dikalahkan oleh pemenang akhir, yaitu Kamerun.[43]
^ abAugustyn, Adam; Shepherd, Melinda C.; Gaur, Aakanksha; Tikkanen, Amy (17 Juni 2021). "Africa Cup of Nations | History, Winners, Trophy, & Facts". Encyclopædia Britannica. Archived from the original on 2021-04-28. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |orig-date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^ ab"Men's Ranking, 08 January 2015". FIFA. 8 Januari 2015. Archived from the original on 2021-09-03. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Hughes, Ian (19 Januari 2015). "Ghana 1–2 Senegal". BBC Sport. Archived from the original on 2021-07-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Hughes, Ian (23 Januari 2015). "Ghana 1–0 Algeria". BBC Sport. Archived from the original on 2021-07-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Hughes, Ian (1 Februari 2015). "Ghana 3–0 Guinea". BBC Sport. Archived from the original on 2020-12-05. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Hughes, Ian (20 Januari 2015). "Ivory Coast 1–1 Guinea". BBC Sport. Archived from the original on 2021-07-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Homewood, Brian (24 Januari 2015). Baldwin, Alan; Ferris, Ken, ed. "Mali foiled again in Ivory Coast draw". Reuters. Archived from the original on 2021-07-14. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Fido, Austin (27 Januari 2015). "Bulls Abroad: How to watch Cameroon vs Ivory Coast". Once A Metro. Vox Media. Archived from the original on 2021-07-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Davis, Toby, ed. (28 Januari 2015). "Ivory Coast beat Cameroon to set up Algeria clash". Reuters. Archived from the original on 2021-07-14. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Hughes, Ian (28 Januari 2015). "Cameroon 0–1 Ivory Coast". BBC Sport. Archived from the original on 2021-07-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Ivory Coast 3–1 Algeria". BBC Sport. 1 Februari 2015. Archived from the original on 2021-03-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Jackson, Graeme (4 Desember 2014). "AFCON match schedule". AfricanFootball.com. Archived from the original on 2015-01-21. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Ivory Coast v Ghana, 08 February 2015". 11v11. AFS Enterprises. Archived from the original on 2021-07-14. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Toure hails 'unbelievable' Afcon win". BBC Sport. 9 Februari 2015. Archived from the original on 2015-12-21. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Men's Ranking, 12 February 2015". FIFA. 12 Februari 2015. Archived from the original on 2021-08-21. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Morocco knock Ivory Coast out of Afcon". BBC Sport. 24 Januari 2017. Archived from the original on 2021-05-09. Diakses tanggal 22 Februari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)