Keakuratan fakta pada artikel ini dipertanyakan karena informasi yang terkandung di dalamnya sudah kedaluwarsa. Harap perbarui artikel dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro atau disingkat FK Undip merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas DiponegoroDiarsipkan 2023-06-04 di Wayback Machine.. Fakultas ini bisa dimasukkan dalam kategori sekolah kedokteranDiarsipkan 2023-06-04 di Wayback Machine. di IndonesiaDiarsipkan 2023-06-04 di Wayback Machine.. FK UNDIP didirikan pada 1 OktoberDiarsipkan 2023-06-04 di Wayback Machine. 1961. FK Undip berafiliasi dengan Rumah Sakit Dr. Kariadi yang menyediakan pendidikan bagi mahasiswa kedokteran, internship, koas, dan residen spesialis. Mengacu pada Times Higher Education Asia University Rankings 2022, untuk kategori Medicine & Dentistry, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro berada pada urutan 510+.[1]
Sejak zaman pendudukan Jepang telah dirintis pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dokter pada waktu itu. Sekolah ini kemudian lenyap begitu saja pada waktu pemerintahan Jepang bubar. Pada 1955 Yayasan Djojo-bojo (yang anggotanya antara lain dr. Boentaran dan dr. Atmadi Wreksoatmodjo) bercita-cita mendirikan Fakultas Kedokteran. Usaha ini belum berhasil karena kurang koordinasi antara Kepala Inspeksi Kesehatan dengan pimpinan Rumah Sakit dan Kepala Kesehatan Kota akibat suasana kepartaian politik dan golongan pada waktu itu, padahal di Semarang telah ada Rumah Sakit Umum Pusat Semarang yang cukup representatif menjadi rumah sakit pendidikan bagi Fakultas Kedokteran.
Pada 1958, dr. Heyder bin Heyder dan dr. Soerarjo Darsono menghadap Presiden Universitas Diponegoro (waktu itu Soedarto, SH) dan mengungkapkan gagasan untuk mendirikan Fakultas Kedokteran, mengingat mahasiswa kedokteran Universitas Gadjah Mada banyak yang menjalani kepaniteraan di Semarang.
Yayasan Universitas Diponegoro berdiri pada 1959 dan memiliki Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan, dan Ilmu Pendidikan serta Fakultas Teknik. Kenyataan ini mendorong hasrat untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. Dalam rapat gabungan Yayasan Universitas Semarang, Diponegoro dengan Pengurus Senat Universitas Diponegoro pada 10 Juni 1960, atas dorongan dr. R. Atmadi Wreksoatmodjo, diputuskan untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. Untuk mendukung keputusan tersebut, dibentuk Panitia Pendirian Fakultas Kedokteran yang diketuai oleh Suyono Atmo dengan sekretaris Sri Widojati Notoprodjo, SH. Selain itu, dibentuk pula Panitia Teknis yang diketuai Kolonel dr. R. Soehardi, sekretaris dr. Heyder bin Heyder, dengan anggota terdiri atas dr. R. Kolonel, dr. A. Soerojo, dr. R. Marsaid S. Sastrodihardjo, dr. Tjiam Tjoan Hok dan dr. R. Soedjati.
Sebenarnya RSUP Semarang sejak 1951 telah menjalankan tugas mendidik co-assisten dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, khususnya di bagian Anak-anak, Kebidanan, serta THT. Meskipun waktu itu ujian-ujian bagi co-assisten masih dilakukan di Yogyakarta, namun sekurang-kurangnya Rumah Sakit Umum Pusat Semarang telah berpengalaman mendidik mahasiswa kedokteran, terutama dalam kepaniteraan klinik. Panitia teknis ini pada 9 Maret 1961 mengadakan rapat pleno dan mengambil keputusan antara lain sbb:
1. Pimpinan Rumah Sakit ditunjuk ex officio sebagai pejabat Dekan, agar dapat segera mulai menjalankan persiapan-persiapan, sementara dr. Heyder bin Heyder sebagai pembantu dekan merangkap sekretaris.
2. Panitia menganggap Rumah Sakit Umum Pusat Semarang cukup representatif untuk menjadi sebuah rumah sakit pendidikan.
3. Panitia menyetujui rencana kurikulum pendidikan selama enam setengah tahun yang telah disusun oleh dr. Atmadi Wreksoatmodjo.
4. Mengingat persiapan-persiapan untuk tingkat pre-klinik masih memerlukan waktu, maka diputuskan untuk membuka Fakultas Kedokteran dari tingkat atas. Diperoleh informasi, bahwa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa senior yang bersedia pindah ke Semarang.
Pada 29 Maret 1961, dr. Heyder bin Heyder dan dr. Soerarjo Darsono menemui Prof. Soedjono Djoened Poesponegoro, Dekan Universitas Kedokteran Universitas IndonesiaJakarta, untuk meminta saran dan nasihat serta bantuan sehubungan dengan persiapan berdirinya Fakultas Kedokteran di Semarang. Prof. Soedjono dapat memahami keinginan panitia maupun masyarakat setempat dan menyetujuinya, bahkan bersedia memberikan bantuan tenaga dosen Universitas Indonesia (dapat dilaksanakan pada tahun 1963).
Terjadi penggantian Pimpinan RSUP Semarang dari dr. Atmadi Wreksoatmodjo kepada dr. Soepaat Soemosoedirdjo, sehingga baru pada 1 Juli 1961 keluar Keputusan Presiden Universitas Diponegoro Semarang No. 782 C, perihal pengangkatan dr. Soepaat Soemosoedihardjo sebagai pemangku jabatan Ketua Fakultas Kedokteran dan dr. Heyder bin Heyder sebagai Sekretaris Fakultas. Namun karena dr. Soepaat Soemosoedirdjo yang baru datang dari Klaten belum mendalami masalah, maka dr. Heyder bin Heyder akhirnya ditugaskan menjalankan semua kegiatan.
Persiapan lain yang dilakukan adalah dr. R. Soerarjo Darsono serta dr. Heyder bin Heyder mengadakan negosiasi dengan Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah MadaYogyakarta dan para mahasiswa tingkat atas FK UGM.
Pada 12 Juli 1961 satu delegasi yang terdiri atas Soedarto SH selaku pemangku jabatan Presiden Universitas Diponegoro Semarang, dr. Heyder bin Heyder selaku Sekretaris Fakultas serta dr. Soepaat Soemosoedirdjo selaku Kepala RSUP Semarang menghadap Menteri PTIP. Prof. Iwa Koesoemasoemantri (menteri PTIP) menyambut gembira persiapan pendirian Fakultas Kedokteran tersebut, bahkan berkata "Untuk Dekan saya tidak memerlukan seorang yang pintar tetapi yang diperlukan seorang yang jujur."
Menteri Kesehatan, Prof. dr. Satrio, menyambut gembira dan menyarankan agar jabatan dekan pertama diberikan kepada seorang anggota ABRI, dengan pertimbangan bahwa pada tahap persiapan tentu akan menghadapi banyak kesulitan, karena Jawa Tengah pada waktu itu masih dalam keadaan darurat.
Baik Menteri PTIP maupun Menteri Kesehatan tidak setuju bahwa Pimpinan Fakultas Kedokteran dirangkap oleh Pimpinan Rumah Sakit Umum Pusat. Mengingat pendirian kedua menteri tersebut, maka pada hari itu juga, tanggal 12 Juli 1961 di Jakarta, delegasi mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri PTIP supaya mengangkat Kolonel dr. Soewondo, dokter DKT Kodam VII sebagai dekan dan dr. Heyder bin Heyder, pemimpin bagian bedah RSUP Semarang sebagai wakilnya.
Pada 29 Maret 1961, dr. Heyder bin Heyder dan dr. Soerarjo Darsono menemui Prof. Soedjono Djoened Poesponegoro, Dekan Universitas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, untuk meminta saran dan nasihat serta bantuan sehubungan dengan persiapan berdirinya Fakultas Kedokteran di Semarang. Prof. Soedjono dapat memahami keingingan panitia maupun masyarakat setempat dan menyetujuinya, bahkan bersedia memberikan bantuan tenaga dosen Universitas Indonesia (dilaksanakan pada 1963).
Penggantian Pimpinan RSUP Semarang dari dr. Atmadi Wreksoatmodjo menjadi dr. Soepaat Soemosoedirdjo dibarengi dengan keluarnya Keputusan Presiden Universitas Diponegoro Semarang No. 782 C pada tanggal 1 Juli 1961. Keputusan itu berisi tentang pengangkatan dr. Soepaat Soemosoedihardjo sebagai pemangku jabatan Ketua Fakultas Kedokteran dan dr. Heyder bin Heyder sebagai Sekretaris Fakultas. Namun karena dr. Soepaat Soemosoedirdjo yang baru datang dari Klaten belum mendalami masalah, maka dr. Heyder bin Heyder ditugaskan menjalankan segala kegiatan.
Persiapan lain yang dilakukan adalah dr. R. Soerarjo Darsono serta dr. Heyder bin Heyder mengadakan negosiasi dengan Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan para mahasiswa tingkat atas FK UGM.
Pada 12 Juli 1961 satu delegasi yang terdiri atas Soedarto, S.H. selaku pemangku jabatan Presiden Universitas Diponegoro Semarang, dr. Heyder bin Heyder selaku Sekretaris Fakultas serta dr. Soepaat Soemosoedirdjo selaku Kepala RSUP Semarang menghadap Menteri PTIP. Prof. Iwa Koesoemasoemantri (menteri PTIP) menyambut gembira persiapan pendirian Fakultas Kedokteran tersebut, ia bahkan berkata "Untuk Dekan saya tidak memerlukan seorang yang pintar tetapi yang diperlukan seorang yang jujur."
Menteri Kesehatan, Prof. dr. Satrio, menyambut gembira dan menyarankan agar jabatan dekan pertama diberikan kepada seorang anggota ABRI, dengan pertimbangan bahwa pada tahap persiapan tentu akan menghadapi banyak kesulitan, karena Jawa Tengah pada waktu itu masih dalam keadaan darurat.
Baik Menteri PTIP maupun Menteri Kesehatan tidak setuju bahwa Pimpinan Fakultas Kedokteran dirangkap oleh Pimpinan Rumah Sakit Umum Pusat. Berdasarkan pendirian kedua menteri tersebut, maka pada hari itu juga, yaitu tanggal 12 Juli 1961 di Jakarta, delegasi mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri PTIP supaya mengangkat Kolonel dr. Soewondo, dokter DKT Kodam VII sebagai dekan dan dr. Heyder bin Heyder, pemimpin Bagian Bedah RSUP Semarang sebagai wakilnya.
Departemen PTIP ternyata belum merasa puas dengan kedua nama calon tersebut, pada tanggal 19 Juli 1961 mengirim telegram dengan permintaan untuk mengajukan nama orang ketiga. Dengan telegram tanggal 2 Agustus 1961, Pimpinan Universitas Diponegoro mengajukan nama Soejono Atmo, Wakil Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah sebagai calon. Tetapi pengusulan ini juga tidak mendapat persetujuan dari penasihat Menteri PTIP, dengan pertimbangan bahwa Soejono Atmo bukan seorang dokter. Akhirnya Rapat Senat Universitas Diponegoro mengajukan tiga orang calon, yaitu Kolonel dr. Soewondo, dr. Heyder bin Heyder, dan dr. Atmadi Wreksoatmodjo.
Sehubungan dengan kesepakatan dalam rapat-rapat sebelumnya bahwa pembukaan Fakultas Kedokteran segera dapat dimulai dari tingkat atas, oleh sebab itu pada 24 Agustus 1961 diadakan rapat terakhir yang diketuai oleh dr. Heyder bin Heyder dan dihadiri oleh semua kepala bagian Rumah Sakit Umum Pusat Semarang, yaitu dr. Tendean dari Rumah Sakit Jiwa serta dr. Go Gien Hoo dari Rumah Sakit St. Elizabeth. Mereka mengajukan saran-saran, rencana, serta keinginan-keinginan.
Pada tanggal 31 Agustus 1961 diadakan pertemuan lagi di Yogyakarta. Utusan panitia persiapan terdiri atas Soedarto, SH, dr. Heyder bin Heyder, dr. Sardjono Dhanoedibroto, dr. Atmadi Wreksoatmodjo dan dr. Soedjati Soemodiharjo. Pihak FK UGM diketuai oleh Prof. Radioputro. Beberapa keputusan penting dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jumlah pertama mahasiswa tingkat doktoral FK UGM yang akan pindah ke Universitas Diponegoro di Semarang maksimum 40 orang.
2. Perpindahan mahasiswa atas dasar sukarela.
3. Mahasiswa tersebut resmi menjadi mahasiswa Universitas Diponegoro dan setelah lulus menda-pat ijasah dari Universitas Diponegoro.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 3 tahun 1961 tertanggal 12 September 1961 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro resmi berdiri sejak 1 Oktober 1961, dan merupakan fakultas kelima di lingkungan Universitas Diponegoro.
FK diresmikan oleh Wakil Menteri PTIP pada Peringatan Dies Natalis Pertama Universitas Diponegoro 30 September 1961 di Gedung Balai Kota Semarang. Pendidikan dimulai dengan pendidikan dokter tingkat atas, yaitu tingkat Doctorandus Medicine, yang berasal dari FK UGM. Dipelopori oleh 6 orang Doctorandus Medicine pada 1961, kemudian jumlah ini meningkat menjadi 30 orang pada 1962.
Selama tahun kuliah 1961/1962 telah dihasilkan 7 orang dokter tingkat I atau Semiarts. Barulah pada 1 Oktober 1962 dimulai tahun perkuliahan 1962/1963 menerima mahasiswa tingkat pertama dengan jumlah mahasiswa baru sebanyak 82 orang yang merupakan hasil seleksi dari 426 calon lulusan SMA B dari tahun 1959 ke atas.
Kuliah perdana yang berupa kuliah umum disampaikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Kolonel dr. Soewondo dengan judul "Pendidikan Terpimpin". Setelah itu dilanjutkan dengan upacara pemberian ijazah dokter kepada lulusan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, yaitu dr. Suradi.
Dalam perjalanan sejarah selama 46 tahun FK Undip telah banyak mengalami berbagai kemajuan. Sampai dengan Juli 2001, FK Undip telah meluluskan 1252 dokter spesialis, 3570 dokter, dan 2360 sarjana.
Saat ini fakultas mengasuh dua program studi yaitu program studi Psikologi dan Ilmu Keperawatan. Pada 1997 berdiri Program Magister Ilmu Biomedik dan Program Doktor Ilmu Kedokteran. Sejak 2001 peserta program PPDS 1 diberi kesempatan melengkapi pendidikannya pada Program Khusus Magister Ilmu Biomedik PPs Undip sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas lulusan PPDS 1.
Inovasi dalam bidang pendidikan di FK Undip dilakukan melalui pendekatan yang bersifat Problem Based, yaitu melalui pendekatan studi kasus yang terintegrasi. Pendekatan tersebut menjadi salah satu muatan lokal FK Undip.
Penelitian yang dilakukan melalui berbagai sumber dana yang ada (OPF, BBI, RISBINDOK, RISBINKES, Hibah bersaing) merupakan bukti Tri Dharma sivitas akademika
Pimpinan Fakultas
Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro adalah sebagai berikut:[3]