Laksamana Muda TNI (Purn.) Emir Hamzah Mangaweang (9 Mei 1934 – 31 Maret 2010) adalah seorang perwira angkatan laut dan birokrat dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Penerangan dari tahun 1987 hingga 1994.
Masa kecil dan pendidikan
Emir dilahirkan di Parepare pada tanggal 9 Mei 1934 sebagai anak dari pasangan Mangaweang Daeng Mappuji — seorang guru senior — dan Hajjah Masita.[1] Ia merupakan anak ketiga dari keempat bersaudara. Saudara kandungnya yang lain bernama Muhammad Sulaiman, Hamidah, dan Muhammad Ansar.[2]
Emir memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Palopo dan lulus pada tahun 1947. Setelah lulus sekolah dasar, keluarganya pindah ke Makassar dan Emir melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di kota itu. Emir dikenal suka melukis selama bersekolah di Makassar.[1]
Karier militer
Usai menamatkan Sekolah Menengah Atas, Emir merantau ke Surabaya untuk mendaftar ke Akademi Angkatan Laut (AAL). Ia diterima di akademi tersebut dan menjalani pendidikan selama tiga tahun. Emir lulus dari AAL dan dilantik sebagai letnan dua pelaut pada tahun 1957.[3]
Emir ditugaskan pada berbagai kesatuan angkatan laut baik di laut maupun darat mulai dari kelulusannya dari AAL hingga tahun 1966. Pada masa ini, Emir terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti Operasi Merdeka dan Operasi Trikora. Emir juga mengikuti sejumlah pendidikan militer lanjutan dalam berbagai bidang, yakni Sekolah Intelijen TNI AD pada tahun 1960, kursus staf dan pertempuran untuk intelijen di Intell Centre Britania Raya pada tahun 1962, kursus suplai di Georgia dan kursus instruktur di Sekolah Komando Angkatan Laut [en] pada tahun 1964.[1]
Pada tahun 1966, Emir ditempatkan di Komando Daerah Maritim Irian Jaya sebagai asisten intelijen. Ia dipindahkan ke Komando Wilayah Pertahanan Bali dan Nusa Tenggara sebagai kepala sekretariat umum setelah empat tahun bertugas di Irian Jaya. Ia kembali menempuh pendidikan militer di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) selama bertugas di tempat ini. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Seskoal pada tahun 1971 dan dimutasi ke Markas Besar Angkatan Laut sebagai perwira pembantu umum di kantor Deputi Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada tahun 1972.[1]
Setahun setelah dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Laut, Emir diperintahkan untuk mengikuti kursus atase pertahanan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Ia kemudian diangkat oleh Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai atase pertahanan Indonesia di Singapura. Selamat menjabat sebagai atase pertahanan, Emir bersama dengan Leonardus Benyamin Moerdani terlibat dalam pengusutan kasus uang Pertamina yang dibawa kabur oleh seorang istri pejabat.[4] Ia juga memerintahkan penyegelan sebuah hotel di Singapura sebagai upaya untuk menyita uang tersebut.[5]
Emir kembali ke Indonesia setelah empat tahun menjadi atase pertahanan pada tahun 1978. Ia memperoleh jabatan baru sebagai Kepala Sekretariat Umum TNI-AL. Beberapa tahun setelah memegang jabatan tersebut, pada bulan September 1982 Emir diangkat sebagai juru bicara TNI Angkatan Laut (Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut).[6]
Kurang dari setahun setelah Emir mengemban jabatan tersebut, juru bicara ABRI (Kepala Pusat Penerangan ABRI) Entjung A.S. wafat.[7] Emir ditunjuk sebagai penggantinya pada tanggal 17 Juli 1983.[8] Penunjukannya tersebut menandai pertama kalinya seorang perwira tinggi non-Angkatan Darat menjadi juru bicara ABRI.[1] Emir menjabat sebagai juru bicara hingga 24 April 1986 dan setelahnya digantikan oleh Pieter Damanik.[9][10] Ia sempat menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Umum ABRI dari bulan April 1986 hingga Juni 1987 sebelum dikaryakan ke Departemen Penerangan.[11] Ia pensiun dari militer pada bulan Agustus 1989.[12]
Departemen Penerangan dan pensiun
Emir mengemban jabatan sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Penerangan dari tanggal 23 Juni 1987.[13][14] Penunjukan Emir sebagai sekretaris jenderal menuai kontroversi karena surat kabar The Straits Times menduga bahwa pengangkatannya tersebut berkaitan dengan pembredelan surat kabar Prioritas dan the Review.[15] Beberapa bulan sebelum akhir masa jabatannya, pembredelan kembali terjadi dan sejumlah media cetak seperti Tempo, DeTik, dan Editor dicabut izin terbitnya dan ditutup oleh pemerintah. Tiga tahun setelah pembredelan tersebut, Emir menyatakan bahwa media-media tersebut tidak seharusnya ditutup dan wartawan yang bermasalah dari media tersebut seharusnya dibawa ke pengadilan.[1]
Emir mengakhiri masa jabatannya sebagai sekretaris jenderal pada tanggal 4 Agustus 1994.[16] Ia kemudian berkecimpung dalam dunia bisnis dan menduduki jabatan sebagai Direktur Utama RA Rohtecnica, sebuah perusahaan yang menjalin kerjasama dengan BUMN Romania.[1]
Wafat
Emir wafat pada tanggal 31 Maret 2010.[2]
Kehidupan pribadi
Emir menikah dengan Irza R. Mangaweang yang berasal dari Padang. Pasangan tersebut memiliki empat orang anak yang bernama Lina Regina, Lita Revita, Laskar Rifandi, dan Landi Rizaldi.[2]
Referensi