Dalam ilmu arkeologi, ekofak atau dikenal pula dengan nama biofak merupakan objek berupa material organik yang tidak mengalami manipulasi secara sengaja oleh manusia, yang ditemukan di situsarkeologi dan memiliki nilai arkeologis. Biasanya, ekofak ditemukan bersamaan dengan artefak atau fitur.[1] Ekofak merupakan objek alami yang terkait dengan lingkungan, seperti tulang hewan, biji-bijian, arang, sisa tumbuhan dan serbuk sari.[2] Ekofak secara pasif dikonsumsi atau digunakan oleh manusia, berbeda dengan artefak yang dimanipulasi untuk tujuan tertentu.[3] Ekofak dapat menunjukkan bagaimana orang di lokasi ditemukannya objek ini merespon wilayah sekitarnya.[1]
Sisa tumbuhan yang sering disebut sebagai makrobotani dapat memberikan berbagai macam informasi dari pola makan, pengobatan dan pakaian. Sedangkan serbuk sari dapat memberikan informasi bagi arkeolog mengenai lingkungan pada masa lampau, makanan yang diproses atau ditanam oleh masyarakat pada masa tersebut.[4]
Jenis ekofak lainnya adalah kayu. Kayu terbuat dari selulosa, karbohidrat, dan lignin. Kayu yang ditemukan dapat dapat memperlihatkan berapa umur yang telah dilewati dari lingkar yang terdapat pada tubuh pohon. Sistem perkiraan umur ini disebut dendrokronologi.[5] Arang adalah kayu yang telah terbakar dan biasa ditemukan pada situs gua dapat dilakukan analisis penanggalan dengan menggunakan Karbon-14 untuk memberikan informasi mengenai lingkungan disekitarnya dan adaptasi manusia dalam penggunaan api.[6]
^Renfrew, Colin; Bahn, Paul G. (2019). Archaeology : theories, methods and practice (edisi ke-8). London: Thames & Hudson. ISBN978-0-500-84320-8. OCLC1184232501.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)