Borommaracha Kasat Bowon Sucharit (bahasa Thai: บรมราชากษัตริย์บวรสุจริต), Somdet Phra Chao Yu Hua Phra Thi Nang Suriyat Amarin (bahasa Thai: สมเด็จพระเจ้าอยู่หัวพระที่นั่งสุริยาสน์อมรินทร์), Chaofa Ekathat (bahasa Thai: เอกทัศ), atau Krom Khun Anurak Montri (bahasa Thai: กรมขุนอนุรักษ์มนตรี), juga disebut Borommaracha III adalah raja ke-33 dan terakhir yang berkuasa di Kerajaan Ayutthaya dari tahun 1758 hingga 7 April 1767 sebelum jatuhnya kerajaan. Selain itu, ia disebut oleh orang-orang pada waktu itu sebagai "Khun Luang Khi Ruan" (bahasa Thai: ขุนหลวงขี้เรื้อน), yang berarti "raja dengan penyakit kulit"; karena ia menderita chloasma.[1]:299
Berkuasa
Pangeran Ekkathat atau Kromma Khun Anurak Montri, adalah putra dari Borommakot. Kakaknya, Pangeran Tham Thibet, menjadi putra mahkota pada tahun 1732. Tetapi, Thammathibet berselingkuh dengan salah satu selir ayahnya. Setelah mengetahuinya, Ekkathat memberitahu Boromakot tentang hubungan percintaan itu. Oleh karena itu, Thammathibet dipukuli hingga tewas pada tahun 1746. Ekkathat, yang berada dalam garis suksesi berikutnya, diharapkan menjadi putra mahkota. Tetapi, Borommakot menahan pengangkatan Ekkathat karena ketidakmampuan Ekkathat.[1]:296–297
Setahun sebelum mangkat, Borommakot memutuskan untuk mengangkat adik Ekkathat, Uthumphon, sebagai putra mahkota, melewati posisi Ekkathat yang dipaksa masuk ke kebiksuan. Pada tahun 1758, Borommakot mangkat. Uthumphon kemudian naik takhta. Dua bulan setelah itu, Ekkathat kembali ke istana dan mengklaim haknya atas singgasana. Ekkathat menetap di Istana Suriyat Amarin, yang kemudian menjadi namanya, Somdet Phra Thi Nang Suriyat Amarin (secara harfiah: Raja dari Istana Suriyat Amarin). Ekkathat memerintahkan penahanan Uthumphon dan pengeksekusian saudara-saudara tirinya, Krom Mun Chit Sunthon, Krom Mun Sunthon Thep, dan Krom Mun Sep Phakdi. Uthumphon kemudian secara suka rela turun tahta dan Ekkathat dinobatkan sebagai raja.[1]:297–300
Berdasarkan laporan dari tahanan Siam, setelah jatuhnya Ayutthaya, pada tahun-tahun awal Ekathat berkuasa, kerajaan berusaha untuk bangkit. Raja mengikuti tradisi menyumbangkan uang ke kuil-kuil. Kuil-kuil baru dibangun. Perdagangan dengan pihak asing didukung. Pelabuhan-pelabuhan di pantai barat, seperti Mergui dan Tenasserim, menjadi aktif. Tetapi, berdasarkan laporan dari pihak Birma dan Inggris, ketika orang-orang Mon berlindung di Ayutthaya, setelah negeri mereka ditaklukkan oleh Birma, Ayutthaya menjadi target Birma berikutnya.
Namun, Raja Ayutthaya "tidak kompeten dan hanya tertarik pada berbagai kenikmatan makanan istana."[2]:68
Invasi Birma dan jatuhnya Ayutthaya
Pada tahun 1759, Alaungpaya memerintahkan putra keduanya, Hsinbyushin, untuk menyerang Tenasserim dan Mergui, dan menyatakan pada Siam bahwa hubungan persahabatan mereka dengan Birma telah berakhir karena Siam menolak untuk menyerahkan seorang pemberontak bangsawan Mon yang melarikan diri ke Mergui dengan sebuah kapal Prancis. Karena menghadapi sedikit perlawanan, pasukan Birma melanjutkan serangan mereka ke kota-kota provinsi Siam lainnya. Setelah menangkap Phetchaburi, Alaungpaya memutuskan untuk maju ke Ayutthaya tahun 1760.[1]:300–304
Ibu kota Siam berada dalam kebingungan dan kegemparan setelah Birma merebut Ratchaburi. Ekkathat dipaksa untuk meminta saudaranya yang turun takhta, Uthumphon, untuk mempertahankan kedaulatan kerajaan. Ekkathat kemudian disebut dengan sebutan Somdet Phrachao Luang, "raja yang melepaskan takhtanya". Uthumphon kemudian menyiapkan pasukan untuk pengepungan.[1]:307
Alaungpaya terluka dalam pengepungan dan meninggal saat Birma mundur.[1]:310
Peristiwa ini menunda jatuhnya Ayutthaya untuk 7 tahun ke depan.
Selama di bawah kekuasaan Ekkathat, Siam berada dalam kekacauan. Ayutthaya kehilangan kontrol atas kota-kotanya dan Ekkathat disebut dimanjakan dengan kemewahan istana dan para selir. Kaum petani melakukan pemberontakan. Pada tahun 1766 pasukan Burma menyerang Siam lagi —melalui Mergui dipimpin oleh Mahanoratha dan melalui Lanna dipimpin oleh Neimyo Thihapate setelah Burma menundukkan Kerajaan Lanna dan Laos. Burma merebut beberapa kota kecil untuk mengurangi kemungkinan bantuan kepada Ayutthaya. Sebuah sumber Belanda menyebutkan bahwa istana menghadapi kebangkrutan. Ibu kota benar-benar kehilangan kontak dengan pendukungnya. Ayutthaya kemudian tak berdaya.
Sumber lokal mengatakan bahwa Ekkathat mencoba mati-matian melawan Birma. Ia memerintahkan pasukan dan armada yang tersisa untuk melawan Birma di Ratchaburi dan Thonburi, tapi Birma menghancurkan mereka semua. Dua pasukan Birma bergabung di Ayutthaya dan melakukan pengepungan terhadap kota itu. Sumber asing menyebutkan bahwa Ekathat dan keluarganya diam-diam melarikan diri dari ibu kota. Para bangsawan kemudian menyerah. Pada 7 April 1767, Ayutthaya jatuh ke tangan Birma. Birma menjarah dan membakar kota itu hingga rata dengan tanah.
Kematian
Kronik Siam menyebutkan bahwa Ekkathat meninggal setelah kelaparan selama lebih dari sepuluh hari saat bersembunyi di hutan Ban Chik (bahasa Thai: ป่าบ้านจิก), dekat Wat Sangkhawat (bahasa Thai: วัดสังฆาวาส).[1]:356 Mayatnya ditemukan oleh seorang biksu. Ia dikebumikan di sebuah bukit kecil bernama "Khok Phra Men" (bahasa Thai: โคกพระเมรุ), di depan sebuah kuil Siam bernama "Phra Wihan Phra Mongkhonlabophit" (bahasa Thai: พระวิหารพระมงคลบพิตร).
Pendudukan Birma tidak berlangsung lama. Pada akhir tahun 1767, pasukan Birma yang berada di Siam dipanggil pulang ke negerinya untuk melawan invasi Tiongkok (1765–1769) dengan meninggalkan Siam dalam keadaan kosong kekuasaan. Taksin (Gubernur Tak) mendirikan Kerajaan Thonburi tahun 1768 dan muncul sebagai penguasa kuat pada tahun 1769.
Referensi
- ^ a b c d e f g Ratchanubab, Damrong (2001). Our Wars with the Burmese: Thai-Burmese Conflict 1539-1767 (dalam bahasa bahasa Inggris). Bangkok, Thailand: White Lotus Co Ltd. ISBN 9747534584.
- ^ Chakrabongse, Chula (1967). Lords of Life (dalam bahasa bahasa Inggris) (edisi ke-1st). London: Alvin Redman Limited.
Ekkathat Lahir: – Meninggal: 17 April 1767
|
Gelar kebangsawanan
|
Didahului oleh: Uthumphon
|
Raja Ayutthaya 1758–7 April 1767
|
Diteruskan oleh: Taksin (setelah Ayutthaya jatuh, sebagai Raja Thonburi)
|