Doho(bahasa Jawa: ꦣꦲ) adalah desa di kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Pembagian wilayah
Desa Doho mempunyai tujuh dusun yaitu:[1]
- Doho Lor
- Doho Kidul
- Karangnongko
- Gayam
- Jetis Saren
- Wates Ngasem Legi
- Randusari
Arti Nama
- Doho atau Daha : Nama Daha dalam bahasa Sanskerta berarti "api" nama lain dari agni. Dahulu di daerah ini banyak masyarakat membuat batu bata, dalam proses pembuatannya batu bata masih dibakar memakai tungku api. Metode pembuatan batu bata melalui proses pembakaran dilakukan selama 2 hari, orang orang bergantian menjaga tungku api tetap menyala selama proses pembakaran, hal itu menyebabkan adanya cahaya yg bersinar terang setiap malamnya.
- Karangnongko : Nama Dusun berasal dari dua kata yaitu "Karang" yang menjadi kata dasar untuk pekarangan dan "nongko" pohon buah nangka. Dahulu, daerah ini banyak pohon buah nangka yang ukurannya sangat besar dan hampir tersebar di setiap pekarangan warga. Pohon-pohon nangka yang besar itu banyak yang sudah ditebangi karena dikawatirkan menimpa rumah warga, Namun di beberapa sudut pekarangan warga masih bisa ditemukan pohon nangka masih dirawat dan diremajakan.
- Gayam : Dalam budaya Jawa, gayam bermakna sebagai lambang ketenteraman dan ketenangan.Hal ini dikarenakan nama gayam berasal dari kata "Nggayuh" atau meraih sesuatu dan kata "ayem" yang berarti damai atau tenang. Secara linguistik, "gayam" diartikan sebagai upaya atau usaha untuk menciptakan suasana damai dan sejahtera dalam kehidupan bermasyarakat serta Menciptakan ketenangan dalam diri sendiri. Hal ini dapat dikaitkan dengan rasa manis buah gayam yang dipercaya dapat membawa ketenangan pikiran. Di dusun gayam juga terdapat pohon gayam yang dapat kita jumpai pada area tepian sungai, dekat kawasan embung yang terdapat mata air. pohon ini diduga memiliki kemampuan menyerap air yang kuat dari sekitarnya. Perakaran gayam mampu membelah tanah sehingga juga berfungsi sebagai biopori untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. perakaran pohon memberi keuntungan dalam sistem agroforestri karena perakarannya mampu menahan air dan erosi permukaan, mampu memompa unsur-unsur hara dari lapisan tanah yang dalam dan diangkut ke permukaan tanah dalam bentuk dedaunan yang gugur, memperbaiki permeabilitas tanah, dan mampu melakukan fiksasi nitrogen dari udara sehingga tanah menjadi subur.
- Jetis : Sesuai dengan arti kata “Jetis” yang bermakna “letupan” bahwa di lokasi ini pada masa lalu menjadi tempat terjadinya pertempuran yang diiringi dengan letupan atau tembakan dan ledakan. Dusun ini menjadi lokasi pertama yang dilewati ketika memasuki desa, sehingga menjadi tempat pertahanan sebelum musuh memasuki desa.
- Saren : Bubur saren, atau jenang saren, adalah makanan dari tepung ketan dan abu merang. Rasanya manis, gurih, dan hangat karena rempah.
- Wates : Nama Wates dalam bahasa Jawa berarti "batas". Posisi Wates kemudian menjadi titik perbatasan dengan wilayah Desa lain.
- Ngasem Legi : merujuk pohon asem yang banyak terdapat di pinggiran dusun
- Randusari : Nama ini merujuk pada Dusun yang memiliki banyak pohon randu. Kata "randu" berasal dari bahasa Jawa yang berarti pohon kapuk (Ceiba pentandra). Pohon ini banyak ditanam disekitar dusun. Kata "sari" dalam bahasa Jawa berarti inti, saripati, atau inti sari. Hal ini dapat diartikan bahwa Dusun Randusari memiliki tanah yang subur dan kaya akan nutrisi. Kata "randu" dalam bahasa Jawa juga diartikan persimpangan jalan. bahwa Dusun Randusari terletak di persimpangan jalan yang strategis Kesimpulan ini adalah dusun yang memiliki banyak pohon randu, tanah yang subur, terletak di persimpangan jalan, memiliki sejarah panjang, dan memiliki mata air yang jernih.
Pemerintahan
Desa Doho dipimpin oleh seorang kepala desa, yaitu Bapak Agus Suhartono, SH sejak tahun 2013. Kantor Desa (Balai Desa) Doho terletak di Dusun Doho Lor.
Geografi
Desa Doho berada pada ketinggian 310 – 360 meter dari permukaan laut, memiliki luas wilayah 1.138 Hektar. Suhu udara rata-rata di wilayah berkisar antara 25°–33 °C
Keadaan alamnya sebagian besar berbentuk lembah-lembah dan bukit-bukit. Dalam pemanfaatannya, sebagian besar wilayah ini dibuat menjadi Sawah Terasering dengan sistem irigasi tadah hujan yang mengandalkan pasokan air hujan untuk pertaniannya. Sebagian tanah pertaniannya bisa diolah hanya saat memasuki musim penghujan. Saat musim kemarau, lahan pertanian sangat minim pasokan air. Pola tanam di wilayah ini, yakni padi-padi, padi-palawija, dan padi-bera. Dibeberapa titik juga terdapat lahan sawah lebak namun jumlahnya terbatas
Pada tahun 2018 dibangun Embung untuk membantu masyarakat dalam menampung persediaan air yang akan digunakan untuk pertanian saat musim kemarau. Embung Doho memiliki volume 15.000 meter kubik atau mampu menampung 15 juta liter air hujan.[2]
Desa ini memiliki jarak 6 km ke pusat kecamatan dan 16 km ke ibukota Kabupaten Wonogiri. Desa ini dapat diakses oleh kendaraan umum seperti bus dan minibus maupun kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor.
Batas
Penduduk
Penduduk Desa Doho pada umumnya adalah petani yang menggarap sawah sendiri maupun sawah milik orang lain, setelah musim tanam selesai terdapat kebiasaan merantau atau boro. Kata boro sendiri merupakan kependekan dari kata ngalemboro yang berarti mengembara. Menjelang masa panen tanaman, para kaum boro itu akan pulang. Usai panen mereka masih lanjut menggarap sawahnya dulu. Setelah masa tanam lewat, mereka kembali ke perantauan. Kaum boro bisa dibilang merata di hampir semua wilayah.
Pekerjaan (kaum boro) yang kuat ada tiga, penjual mi ayam bakso, buruh pabrik, dan pekerja bangunan atau kontruksi. Tapi rata-rata pedagang dan usahanya jadi sukses.
Selain itu ada juga yang bekerja sebagai guru, sopir, wiraswasta, PNS, TNI dan POLRI.
Pendidikan
Desa Doho mempunyai dua sekolah dasar yaitu SDN 1 Doho yang terletak di Dusun Randusari dan SDN 2 Doho yang terletak di Dusun Karangnongko.
Ekonomi
Kegiatan ekonomi lebih mudah dilakukan dengan adanya perputaran barang yang cepat. Dalam
mendapatkan sembako yang dibutuhkan, masyarakat bisa mencari barang barang kebutuhannya di warung disetiap dusun. Jumlah warung yang ada di desa Doho ada sekitar 20 warung juga termasuk UKM produksi yang mengolah hasil panen pertanian dan peternakan masyarakat untuk diproses kembali sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi dan bisa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Di Desa Doho juga sudah terdapat Badan usaha milik desa (BUMDes Doho Bersinar) yang bertugas sebagai lembaga pengungkit perekonomian desa melalui peningkatan layanan umum dan mengoptimalkan asset desa.[3] Selain itu, BUMDes memiliki peran sebagai pendukung kegiatan usaha dan perekonomian masyarakat desa melalui fasilitasi kegiatan ekonomi produktif desa seperti pemasaran dan distributor untuk penyediaan bahan baku produksi.[4]
Pertanian
Beberapa hasil pertanian di desa doho antara lain: padi, jagung, kedelai, ketela, tebu, dan lainnya.Di Desa Doho terdapat dua tempat penggilingan padi yang dimiliki perorangan, yang terdapat di dusun doho lor dan karangnongko. Terdapat satu penggilingan padi dan satu gudang LDPM yang dimiliki Gapoktan yang terdapat di dusun Gayam dan Jetis
Peternakan
Hewan ternak yang umum di pelihara adalah sapi, kambing, kelinci dan ayam.
Perdagangan dan Jasa
Desa ini memiliki jarak 6 km ke pasar Kecamatan Girimarto dan 17 km ke pasar kota Kabupaten Wonogiri.
Terdapat juga pasar hewan Sidoharjo yang berjarak 3 Km dari desa, Sudah ada pasar modern seperti Alfamart dan Indomaret dan beberapa warung makan yang berada 1 Km sebelah selatan desa di Pasar Lama Sidokriyo
Dalam Wilayah Desa juga memiliki satu tempat cuci motor dan satu bengkel yang berada di dusun Karangnongko dan Gayam. Jasa lain seperti organizer persewaan Kajang, AC dan Genset untuk pesta.
Pariwisata
Embung menjadi objek wisata baru di Desa Doho.[5] Setiap harinya banyak pengunjung yang berdatangan untuk minum kopi atau hanya sekedar berkeliling melihat pemandangan sekitar embung. Kegiatan lainnya yang biasa dilakukan pengunjung adalah jogging, voli dan olahraga lainnya .
Pembangunan embung tersebut melibatkan berbagai pihak, di antaranya Coca-Cola Foundation, Yayasan Obor Tani serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Dana pembangunan embung air yang menawarkan obyek agrowisata itu dibiayai melalui dana corporate social responsibility (CSR), Di sekitar embung juga ditanami sayuran dan buah-buahan. Ketika sudah berbuah, pengunjung bisa ikut serta dalam kegiatan petik buah.
Embung yang awalnya dibangun untuk kepentingan irigasi pertanian ini, kini berkembang sebagai kawasan wisata. Dalam pengembangan sektor pariwisata sudah dibentuk Pokdarwis yaitu lembaga yang didirikan warga desa yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya kepariwisataan di wilayah desa mereka serta mewujudkan Sapta Pesona.[6]
Kebudayaan
Desa Doho kaya akan potensi dan pelaku seni. Namun kesenian desa belum mengemuka, kemungkinan karena minim ruang berekspresi.[7]
Untuk memupuk kreativitas masyarakat, Desa Doho memiliki karang taruna disetiap dusun. Tujuan adanya karang taruna ini yaitu mendayagunakan segala sumber daya dan potensi untuk mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, produktif, dan kegiatan praktis lainnya dengan pembinaan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Makanan Khas
Berikut daftar makanan yang diolah masyarakat Desa Doho :
Sego bancakan atau brokohan
Sego Tiwul
Sego Wudhu
ingkung
Grontol
Jadah
Gatot
Bongko
Bothok
Besengek
Bacem
Buntil
Terik
Oblok-Oblok Dong So
Pepes
Lentho
Tempe
Apem
Lemper
Lemet
Ledre/Lepet
Sawut
Gethuk
Kicak
Klepon
Cenil
Putu Ayu
Mendut Ketan
Grendul
Wajik
Krasikan
Serabi
Timus
Jenang
Kolak
Tape
Pukis
Onde Onde
Peyek
Kacang Telor
Cabuk Rambak
Wader Goreng
Godong kates
Sambel korek
Sambel Pete
Sambel welut
Jangan Lombok Ijo
Oseng Lombok Ijo
Jangan Gori
Garang Asem
Sayur Asem
Sayur Bayem
Pecel
Sop
Rica-Rica
Bakwan Jagung
Brongkos
Rebung
Lele Goreng
Oseng Kroto
Peyek Laron
Oseng Enthung Jati
Oseng Jamur
Oseng Janten
Oseng Kangkung
Oseng Buncis
Tongseng Kikil
Tumis Labu Siam / Jipang
Orak-Arik Telur
Sambel Pindang
Ayam Geprek
Soto Balungan
Mie Ayam Bakso
Referensi
Pranala luar