Delapan Provinsi (Paldo) adalah delapan buah provinsiKorea pada masa Dinasti Joseon. Perbatasan kedelapan provinsi tidak berubah selama hampir 5 abad dari tahun 1413 sampai 1895, sehingga membentuk pembagian geografis menurut ragam budaya daerah dan dialek warga semenanjung Korea.
Selama hampir 500 tahun, sistem delapan provinsi hampir tidak mengalami perubahan. Pada tahun 1895 (tahun ke-32 masa pemerintahan Kaisar Gojong, sistem delapan provinsi dihapuskan. Pada tanggal 26 Mei tahun yang sama sebagai usaha dari pemberlakuan Undang-Undang Gabo, Kaisar Gojong membagi negara ke dalam 23 buah distrik, yang dinamakan berdasarkan nama kota atau kabupatennya. Daftarnya adalah sebagai berikut:
Sistem distrik baru tidak berjalan lama, setahun kemudian, pada tanggal 4 Agustus, 1896 (tahun ke-33 masa pemerintahan Kaisar Gojong), 8 buah provinsi terdahulu kembali dibentuk, 5 di antaranya (Chungcheong, Gyeongsang, Jeolla, Hamgyŏng, dan P'yŏngan) dibagi ke dalam wilayah utara dan selatan sehingga jumlah provinsi mencapai 13.
Perbatasan-perbatasan antara 8 buah provinsi didasarkan pada aliran sungai, rangkaian pegunungan, batas-batas alam lain, dan pada perbedaan dialek dan budaya. Karena adanya pembatasan dengan cara ini, sampai sekarang batas-batas tersebut relatif tetap, dan sebagian besar orang Korea masih memiliki rasa kedaerahan kuat dengan hanya menggunakan dialeknya masing-masing.
Contohnya, konflik lama masih terjadi antara rakyat wilayah Gyeongsang dan Jeolla; dahulu wilayah ini merupakan tempat berkuasanya kerajaan besar Silla dan Baekje yang masing-masing memiliki perbedaan sosio-budaya, ekonomi dan politik. Sebagian besar provinsi tradisional juga memiliki nama lain yang masih populer disebut sekarang ini, terutama untuk daerah Honam, Yeongdong, dan Yeongnam)
Penggunaan pada zaman modern
Istilah Paldo ("Delapan Provinsi") itu sendiri sering kali digunakan untuk menyebut Korea secara keseluruhan, atau untuk memperjelas kebudayaan tradisional rakyat Korea berdasarkan daerahnya. Selain itu ada pula sejumlah ungkapan seperti berikut:
Paldo kimchi mengacu pada banyak jenis kimchi yang menjadi keunikan suatu daerah tertentu di Korea;
Paldo arirang untuk menjelaskan ratusan versi lagu daerah yang sangat terkenal, yakni Arirang; dan
Paldo sori untuk menjelaskan sejumlah besar variasi musik rakyat (sori) di Korea
2. "Gwandong" adalah nama wilayahnya secara keseluruhan, dengan "Yeongseo" yang berada di sebelah baratnya dan "Yeongdong" di sebelah timur. Kata "Yeongdong" lebih banyak digunakan daripada kedua kata di atas, terutama untuk nama jalur kereta api dan jalan raya yang menghubungkan Gangwon, yang juga berhubungan ke Seoul dan wilayah Yeongdong.
3. Arti harfiah nama provinsinya adalah "wilayah dalam jangkauan 500-li (200-km)" (gi;畿) dan "ibu kota" (Gyeong;京), mengacu pada ibu kota kerajaan Hanseong (saat ini Seoul). Nama daerahnya "Gijeon" yang sekarang tidak lagi digunakan. Istilah dari abad ke-20 "Sudogwon" ("Ibu kota Daerah") digunakan pada saat ini untuk menunjuk gabungan kota Seoul-Incheon dan wilayah urban lain di wilayah provinsi Gyeonggi.
4. "Kwanbuk" digunakan untuk menyebutkan provinsi itu secara keseluruhan atau hanya untuk bagian utara provinsi itu. Selanjutnya "Kwannam" digunakan untuk menyebut bagian selatan provinsi itu.
6. Huruf "n" di "Naju" dibaca "l" saat dibaca setelah kata yang berakhir huruf konsonan; huruf "n" di "Jeon" dari "Jeonju" dileburkan ke suara "l" sound.
7. Dialek Jeju yang paling jauh berbeda diucapkan di Jeju-do, yang menjadi provinsi sendiri pada tahun 1946.