Virus hanya mampu bereplikasi dengan membajak sistem reproduksi sel dan mengalihkannya untuk mereproduksi struktur genetik virus. Jadi, virus tidak dapat bereproduksi di luar sel hidup, dan harus bergantung pada sel inang untuk bisa bertahan hidup.[1] Kebanyakan virus spesifik terhadap spesies, dan biasanya virus dapat menyerang tumbuhan, hewan, bakteri, atau fungi tertentu.
Agar virus dapat bereproduksi dan menginfeksi, virus harus memasuki sel pada organisme inang dan menggunakan materi sel inang. Untuk memasukinya, protein pada permukaan virus berinteraksi dengan protein sel. Adsorpsi akan terjadi di antara partikel virus dengan membran sel inang. Lubang akan terbentuk pada membrannya, sehingga partikel virus atau materi genetiknya masuk dalam sel inang tempat replikasi genom virus dapat terjadi.
Selanjutnya virus harus mengatur kendali mekanisme replikasi sel inang. Pada tahap ini terjadi perbandingan kerentanan dan permisibilitas sel inang. Permisibilitas menentukan akibat dari infeksi. Setelah kontrol terpenuhi dan keadaan lingkungan sudah memungkinkan untuk bereplikasi, virus mulai membuat salinan genomnya sendiri dan dapat terjadi secara cepat hingga mencapai jutaan.
Setelah virus itu menyalin genomnya sendiri, virus baru akan keluar dari sel inang. Sel inang sudah tak dapat digunakan untuk replikasi; sel dapat mati dan virus baru harus mencari inang baru, sehingga tahapan ini adalah tahapan terakhir daur hidup virus.
Virus dapat "bersembunyi" di antara sel untuk menghindari "kejaran" sistem pertahanan tubuh. Pada saat latensi terjadi, virus dapat berhenti memperbanyak diri setelah terjadinya infeksi pertama. Namun, materi genetiknya tidak hilang, dan dapat aktif lagi.
Referensi
^N.J. Dimmock et al. "Introduction to Modern Virology, 6th edition." Blackwell Publishing, 2007.