Daud Rasyidi

Daud Rasyidi
NamaDaud Rasyidi
KebangsaanIndonesia Indonesia
JabatanPengajar
IstriSiti Rajab
KeturunanAnah, Mansoer Daoed Dt. Palimo Kayo, Miramah, Sa'diah, Makmur dan Afifah.[1]
Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (kiri), Syekh Taher Jalaluddin (tengah), dan Syekh Daud Rasyidi (kanan)
Duduk dari kanan: Syekh Daud Rasyidi, Syekh Djamil Djambek, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Inyiak Canduang), Syekh Ibrahim Musa (Inyiak Parabek), Syekh DR. Abdullah Ahmad

Syekh Haji Daud Rasyidi (lahir di Balingka, Agam, 1880 - meninggal di Bukittinggi, Sumatera Barat, 26 Januari 1948 pada umur 68 tahun) adalah seorang ulama Indonesia asal Minangkabau (Sumatera Barat).

Syekh Daud merupakan ayah dari Mansoer Daoed Dt. Palimo Kayo, seorang ulama serta politisi yang pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Irak.

Pada tahun 1946, Soekarno berada di Bukittinggi, mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membeli pesawat terbang guna melawan penjajah. Syekh Daud, masuk dalam panitia pengumpulan dana tersebut. Syekh Daud bersama Syekh Ibrahim Musa Parabek mengelilingi daerah di Minangkabau, menghimpun dana dari masyarakat dan menyerahkan dana tersebut pada pemerintah pusat.

Syekh Daud Rasyidi dulunya mengajar para muridnya di sebuah surau di Nagari Balingka. Namun, surau ini hancur pada 1914 akibat banjir bandang yang melanda Balingka. Bekas surau tempat ia mengajar, saat ini telah dibangun menjadi masjid. Di depannya, sebuah monumen kecil dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 6 Juli 1948.[2]

Syekh Daud meninggal dunia ketika mengimami salat magrib di Surau Inyiak Djambek, Tangah Sawah, Kota Bukittinggi pada tanggal 26 Januari 1948 (14 Rabiul Awal 1366 H). Jenazahnya dikuburkan di samping Makam Syekh Muhammad Djamil Djambek yang terletak di samping Surau Inyiak Djambek.[3][4]

Referensi

Catatan Kaki

Pranala luar