Bengkuang

Bengkuang
Ilustrasi botani bengkuang, menurut Blanco
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Subfamili: Faboideae
Genus: Pachyrhizus
Spesies:
P. erosus
Nama binomial
Pachyrhizus erosus
Sinonim
  • Cacara bulbosa Rumphius ex Du Petit-Thouars
  • Dolichos erosus L., 1753[2] (basionym)

sinonim lain, lihat pada The Plant List[3]

Bengkuang[4] atau sengkuang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari umbi (cormus) putihnya yang bisa dimakan sebagai komponen rujak dan asinan atau dijadikan masker untuk menyegarkan wajah dan memutihkan kulit. Tumbuhan yang berasal dari Benua Amerika ini termasuk dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Dalam Bahasa Spanyol, tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jícama. Orang Jawa menyebutnya sebagai besusu (/bəsusu/).

Pengenalan

Umbi bengkuang, Pachyrhizus erosus; dari Situgede, Bogor.

Bengkuang merupakan liana tahunan yang dapat mencapai panjang 4–5 m, sedangkan akarnya dapat mencapai 2 m. Batangnya menjalar dan membelit, dengan rambut-rambut halus yang mengarah ke bawah.

Daun majemuk menyirip beranak daun 3; bertangkai 8,5–16 cm; anak daun bundar telur melebar, dengan ujung runcing dan bergigi besar, berambut di kedua belah sisinya; anak daun ujung paling besar, bentuk belah ketupat, 7–21 × 6–20 cm.[5]

Daun dan tandan bunga

Bunga berkumpul dalam tandan di ujung atau di ketiak daun, sendiri atau berkelompok 2–4 tandan, panjang hingga 60 cm, berambut cokelat. Tabung kelopak bentuk lonceng, kecokelatan, panjang sekitar 0,5 cm, bertaju hingga 0,5 cm. Mahkota putih ungu kebiru-biruan, gundul, panjang lk. 2 cm. Tangkai sari pipih, dengan ujung sedikit menggulung; kepala putik bentuk bola, di bawah ujung tangkai putik, tangkai putik di bawah kepala putik berjanggut. Buah polong bentuk garis, pipih, panjang 8–13 cm, berambut, berbiji 4–9 butir.[5]

Manfaat

Bunga

Tumbuhan ini membentuk umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Umbinya mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium. Umbi ini juga memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 86–90%. Rasa manis berasal dari suatu oligosakarida yang disebut inulin (bukan insulin!), yang tidak bisa dicerna tubuh manusia. Sifat ini berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendah kalori.

Umbi bengkuang biasa dijual orang untuk dijadikan bahan rujak, asinan, manisan,[6] atau dicampurkan dalam masakan tradisional seperti tekwan. Umbi bengkuang sebaiknya disimpan pada tempat kering bersuhu 12 °C hingga 16 °C. Suhu lebih rendah mengakibatkan kerusakan. Penyimpanan yang baik dapat membuat umbi bertahan hingga 2 bulan.

Polong yang muda dan tandan bunga

Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain sangat beracun karena mengandung rotenon, sama seperti tuba. Racun ini sering dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan, terutama yang diambil dari biji-bijinya.[6]

Meski beracun, biji bengkuang pun dapat dijadikan bahan obat. Biji yang ditumbuk dan dicampur dengan belerang digunakan untuk menyembuhkan sejenis kudis. Sementara, di Jawa Tengah, setengah butir biji bengkuang dapat digunakan sebagai obat urus-urus. Keracunan biji bengkuang biasanya diatasi dengan meminum air kelapa hijau.[6] Bengkuang konon dapat digunakan untuk memperlancar buang air besar karena ia mengandung serat yang lebih tinggi daripada mangga.

Umbi bengkuang
Pedagang bengkuang di tepi jalan raya Kutowinangun, Jawa Tengah

Referensi

  1. ^ Urban, I. 1905. Symbollae Antillanae seu Fundamenta Florae Indiae Occidentalis 4(2): 311. (15 Feb 1905).
  2. ^ Linné, C. von & L. Salvius. 1753. Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus... Tomus II: 726 (1 May 1753). Holmiae :Impensis Laurentii Salvii.
  3. ^ The Plant List: Pachyrhizus erosus (L.) Urb.
  4. ^ (Indonesia) Arti kata bengkuang dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  5. ^ a b Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 238.
  6. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II: 1064-6. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1913- II: 344, sebagai Pachyrrhizus bulbosus Kurz)

Pranala luar