Tiga lapis mendatar berwarna jingga, putih dan biru dengan tiga bendera kecil (Union Jack di sebelah kiri, versi menurun Bendera Negara Merdeka Oranje di tengah dan Bendera Republik Transvaal di sebelah kanan) yang terletak di tengah lapisan berwarna putih.
Artikel ini tersedia dalam versi lisan
Dengarkan versi lisan dari artikel ini (4 bagian, 22 menit)
Berkas-berkas suara berikut dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal 9 Mei 2022 (2022-05-09), sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.
Bendera ini diadopsi pada 1928 berdasarkan undang-undang Parlemen dari pemerintahan pertama yang mayoritas diduduki Afrikaner. Pada 1948, walaupun memenangi pemilihan umum, Partai Nasional gagal mencoba mengamendemen UU bagi pengubahan rancangan bendera dengan membuang apa yang mereka sebut sebagai "Noda Darah" (bendera Britania Raya). Pada 1968 Perdana Menteri Balthazar Johannes Vorster mencadangkan pengadopsian bendera baru pada 1971 untuk merayakan ulang tahun ke-10 deklarasi Afrika Selatan sebagai republik merdeka. Gagasan Vorster tidak mendapat sokongan dari parlemen dan pengubahan rancangan bendera tidak pernah terjadi. Karenanya, bendera ini digunakan pada zaman apartheid, sehingga bendera ini juga dijuluki "bendera apartheid". Bendera ini digantikan dengan bendera Afrika Selatan yang baru pada 1994 bersamaan dengan berlakunya konstitusi peralihan dan berakhirnya apartheid. Semenjak tidak lagi menjadi bendera resmi pada 1994, bendera ini memicu kontroversi di seluruh Afrika Selatan, dengan beberapa orang menganggapnya sebagai tinggalan sejarah dan simbol warisan Afrikaner, manakala yang lain memandangnya sebagai simbol apartheid dan supremasi kulit putih.
Penerapan
Sebelum 31 Mei 1928, satu-satunya bendera yang berstatus resmi di Uni Afrika Selatan adalah bendera Britania Raya Union Jack karena Afrika Selatan merupakan bagian dari Imperium Britania. Bendera Merah Afrika Selatan digunakan sebagai bendera tak resmi. Pada 1925, terdapat banyak perbincangan mengenai penciptaan suatu bendera baru bagi Afrika Selatan karena banyak keturunan Boer merasa penggunaan bendera "Union Jack" tidak dapat diterima setelah Perang Boer Kedua. Pada 1926, Deklarasi Balfour mengabulkan otonomi legislatif Afrika Selatan yang berdampak pada kemungkinan adanya bendera baru. Pemukim Inggris menginginkan bendera Union Jack pada bendera baru sebagai bagian dari Imperium Britania, sementara Afrikaner justru tidak menginginkan itu. Sebagai kompromi, bendera baru akan memuat Bendera Pangeran karena ini merupakan bendera pertama yang dikibarkan di Afrika Selatan, dilengkapi dengan Union Jack serta Bendera Negara Merdeka Oranje dan Republik Transvaal di tengah. Bendera Union Jack dicerminkan di bendera baru dengan kerekan di sebelah kanan sehingga kedudukannya tidak ditinggikan daripada bendera lainnya. Bendera ini dikecam oleh Daniel François Malan, yang kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri Afrika Selatan, yang mendeskripsikan kumpulan miniatur bendera tersebut sebagai "kudis yang suatu hari nanti akan lenyap".[1]
Pada 1927, Bangsa Afrikaner yang menguasai Parlemen Afrika Selatan meloloskan Undang-undang Kebangsaan & Bendera Uni, yang menyatakan bahwa Union Jack dan Bendera Uni Afrika Selatan yang baru memiliki status yang sama sebagai bendera Afrika Selatan. Undang-undang ini diterapkan pada 1928 ketika kedua bendera itu dikibarkan di Gedung Parlemen di Cape Town dan Gedung Uni di Pretoria.[2] Status ganda tersebut berakhir pada 1957 dengan lolosnya Undang-undang Amendemen Bendera yang menyatakan bahwa Bendera Uni Afrika Selatan akan menjadi satu-satunya bendera Afrika Selatan; undang-undang ini juga menyatakan bahwa "Die Stem van Suid-Afrika" akan menjadi satu-satunya lagu kebangsaan negara dan "God Save the Queen" tidak lagi menjadi lagu kebangsaan negara.
Tiga bendera kecil di bendera Afrika Selatan, digunakan dari tahun 1928 hingga 1982.
Tiga bendera kecil di bendera Afrika Selatan, digunakan dari tahun 1982 hingga 1994.
Bendera Inggris, Negara Merdeka Oranje dan Republik Transvaal, sebagaimana yang disusun di tengah bendera negara.
Ketika Afrika Selatan menjadi republik pada 1961, status bendera ini tetap sama. Banyak Afrikaner tidak menyukai rancangan bendera yang tetap memasukkan Union Jack di tengah bendera ini. Berkali-kali muncul seruan agar Union Jack dihilangkan atau bendera baru diciptakan, tetapi tiada tindakan yang diambil oleh Partai Nasional yang berkuasa hingga 1968. Balthazar Johannes Vorster membuat komisi pada tahun itu untuk mencipta bendera baru yang akan diresmikan pada peringatan 10 Tahun Deklarasi Kemerdekaan Afrika Selatan pada 1971, tetapi akhirnya tiada satupun perubahan yang dilakukan.[3] Bendera ini diperlakukan dengan penuh rasa hormat oleh bangsa Afrikaner lewat upacara bendera di sekolah.[4] Bendera ini juga digunakan sebagai bagian perayaan pelantikan presiden negara.[5]
Karena perbedaan yang muncul dalam proses produksi di pabrik, banyak bendera dibuat dengan warna biru yang gelap yang mirip dengan yang ditemukan pada bendera Inggris karena banyak bendera sebelumnya yang dibuat di Inggris. Akibat perbedaan ini, pada 1982, Pemerintah Afrika Selatan menetapkan bahwa "biru Solway", biru yang terang, digunakan pada bendera ini seperti yang telah dimaksudkan sedari awal.[6][7]
Bendera ini memiliki sebuah kidung berjudul "Vlaglied" (bahasa Indonesia: "Lagu Bendera") yang ditulis oleh Cornelis Jacobus Langenhoven dan disusun oleh F. J. Joubert.[8] Bendera ini ditampilkan di kanton bendera di kantor pemerintahan seperti markas militer, lembaga pemasyarakatan, dan kepolisian. Selepas bendera ini tidak lagi menjadi bendera resmi pada 1994, bendera baru Afrika Selatan menggantikan bendera ini pada kanton bendera di kantor pemerintahan.
Penentangan
Terlepas dari asal-usul bendera dan penggunaannya sebelum Partai Nasional menapaki panggung kekuasaan, bendera ini mulai dikaitkan dengan pemerintahan apartheid. Gerakan seperti Black Sash dan Umkhonto we Sizwe mulai menentang penggunaan bendera ini dengan menunjukkan simbol-simbol mereka sendiri.[9][10] Seringkali Bendera Afrika Selatan akan diturunkan dari tiang bendera di tempat umum dan digantikan dengan Bendera Kongres Nasional Afrika (African National Congress, ANC) yang dilarang.[10] Bendera ini sering dibakar dalam banyak demonstrasi antiapartheid.[11]
Setelah 1989, Frederik Willem de Klerk terpilih menjadi presiden dan segera mencabut larangan terhadap ANC dan membebaskan pemimpinnya Nelson Mandela dari penjara. Frederik memulai perundingan untuk mengakhiri apartheid di Afrika Selatan bersama ANC. Satu di antara permintaan ANC adalah agar penggunaan bendera ini berangsur-angsur dikurangi dan agar bendera baru diciptakan, karena rakyat Afrika Selatan berkulit hitam mengaitkan bendera lama dengan apartheid dan nasionalisme Afrikaner.[12]
Perundingan ini menghantarkan pada referendum apartheid Afrika Selatan 1992, ketika pemilih menyetujui berakhirnya apartheid. Keputusan referendum ini berimbas pada Dewan Rugbi Internasional yang memperbolehkan tim nasional persatuan rugbi Afrika Selatan untuk kembali ikut dalam uji coba pertandingan. ANC bersedia menyokong tim tersebut dengan ketentuan bendera ini tidak digunakan. Selama uji coba pertandingan tersebut, Partai Konservatif membagikan banyak bendera ini kepada kerumunan yang mayoritas merupakan warga kulit putih sebagai simbol perlawanan terhadap ANC.[13] Dalam Olimpiade Musim Panas 1992 di Barcelona, tim Afrika Selatan bertanding di bawah bendera yang dirancang khusus untuk Komite Olimpiade Nasional Afrika Selatan, walaupun selama pertandingan pendukung Afrika Selatan berkulit putih membentangkan bendera nasional dan tidak mengindahkan upaya para pejabat untuk menghentikan mereka.[14]
Pada 1994, Frederick Gordon Brownell didekati untuk merancang sebuah bendera nasional baru bagi Afrika Selatan untuk menggantikan bendera ini pada masa pemilihan umum pertama selepas zaman apartheid. Fred merancang bendera baru Afrika Selatan dengan perpaduan bendera lama dan warna bendera ANC. Rancangan bendera baru disetujui secara pribadi baik oleh Frederik maupun Nelson sebelum akhirnya disetujui dengan suara bulat oleh Dewan Eksekutif Peralihan pada 15 Maret 1994. Frederik mengumandangkan penggantian bendera lama pada 20 April, seminggu sebelum pemilihan umum Afrika Selatan 1994 pada 27 April.[15] Ketika bendera ini diturunkan untuk terakhir kalinya di gedung parlemen Cape Town, penonton tanpa ragu berteriak "Turunkan, turunkan!" saat bendera diturunkan.[16]
Setelah 1994
Setelah bendera ini tidak lagi menjadi bendera resmi Afrika Selatan, bendera ini dianggap sebagai simbol warisan dan sejarah Afrikaner oleh beberapa orang Afrika Selatan berkulit putih.[17] Banyak orang Afrika Selatan masih menganggap bendera ini sebagai simbol apartheid, dan karena demikian mereka menolak untuk mengibarkan bendera ini.[18] Meskipun bendera ini dikaitkan dengan hal-hal berbau negatif, tetapi bendera ini tidak pernah dilarang oleh Pemerintah Afrika Selatan setelah 1994 dan hak untuk mengibarkan bendera ini di Afrika Selatan dilindungi dengan Bab Dua Konstitusi Afrika Selatan sebagai wujud kebebasan berekspresi.[19] Pada abad ke-21, penggunaan bendera Afrika Selatan lama dijadikan simbol supremasi kulit putih tidak hanya di Afrika Selatan tetapi juga di seluruh dunia.[20] Kesadaran tidak biasa akan bendera ini diikuti oleh penembakan gereja orang kulit hitamCharleston, Carolina Selatan pada 2015, ketika Dylann Roof selaku tersangka sebelumnya dipaparkan menggunakan jaket berjahitkan bendera ini dan bendera Rhodesia.[21] Kaitan bendera ini dengan apartheid dan rasisme sering kali berujung kepada seruan agar bendera ini yang digunakan dalam konteks sejarah untuk dihilangkan dari penggunaan. Sebuah contoh dari kasus ini ialah pembentangan bendera ini dari Snowy Mountains Scheme bersamaan dengan bendera Merah Kanada, bendera Amerika Serikat yang masih menggunakan 49 bintang, dan bendera lainnya sejak diterapkan pada 1959 untuk memperingati buruh Afrika Selatan di Cooma, Australia.[22]
Bendera ini juga digunakan sebagai simbol protes sejak 1994.[23] Pada 2005, sebuah patung Raja Makhado menjadi sasaran vandalisme di Louis Trichardt berupa penyemprotan cat dengan warna bendera ini sebagai protes terhadap usulan pergantian nama kota menjadi Makhado.[24] Pada abad ke-21, beberapa orang Afrika Selatan mula menerbangkan bendera ini sebagai protes terhadap apa yang mereka anggap sebagai kegagalan ANC untuk memajukan demokrasi di bidang pemerintahan negara.[25]
Di Puri Tanjung Harapan Cape Town, bendera ini dibentangkan dari puri bersamaan dengan Union Jack, bendera Belanda dan bendera terbaru Amerika Selatan untuk menampilkan penguasa Afrika Selatan dari waktu ke waktu. Pada 1994, terdapat kesepakatan bahwa kesemua bendera ini tetap dibentangkan di kota mara di puri sebagai rujukan sejarah. Namun, pada 2012, setelah pembentangan bendera ini dipermasalahkan oleh anggota parlemen dari ANC bernama Nomfunelo Mabedla, semua bendera diturunkan dari kota mara selain bendera Afrika Selatan ini dan bendera yang diturunkan dipajang di museum puri.[26] Bahkan pada 2008, poster yang mengiklankan Kejuaraan Sepak Bola Afrika yang diselenggarakan di Ghana tidak sengaja menampilkan bendera ini sehingga memicu kemarahan di Afrika Selatan.[27][28]
Bendera ini dilarang ditampilkan di muka umum sejak Agustus 2019 setelah Pengadilan Kesetaraan (bahasa Inggris: Equality Court) mengeluarkan putusan yang menyatakan bendera ini sebagai bentuk ungkapan kebencian. Hakim Phineas Mojapelo menyatakan bahwa "Menunjukkan [bendera apartheid] merusak demokrasi non-rasial kita yang baru terbentuk... bendera ini adalah hinaan terhadap semangat dan nilai-nilai botho / ubuntu, yang telah menjadi tanda interaksi yang beradab di Afrika Selatan pascaapartheid." Mereka yang melanggar dapat dikenakan denda, tetapi terdapat pengecualian untuk pemasangan bendera dalam konteks akademik, jurnalistik, dan seni.[29]
^"'Vlaglied' Copyright Act, 1974"(PDF). Staatskoerant van die Republiek van Suid-Afrika [Republic of South Africa Government Gazette]. Afrika Selatan: Pemerintah Afrika Selatan. 1974. hlm. 4-5. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2018-11-17. Diakses tanggal 2 November 2018.
Black, David Ross (1998). Rugby and the South African Nation. Manchester: Manchester University Press. ISBN0719049326.
Buhlungu, Sakhela (1997). State of the Nation: South Africa 2007. London: A & C Black. ISBN0718500725.
Gerhart, Gail (2010). From Protest to Challenge: A Documentary History of African Politics in South Africa, 1882-1990. Bloomington, Indiana: Indiana University Press. ISBN0253354226.