Adamas Belva Syah Devara, M.P.A., M.B.A. (lahir 30 Mei 1990[2]) adalah seorang pengusaha dan aktivis sosial Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri dan Direktur Utama (CEO) Ruangguru.[3] Pada tahun 2017, ia terpilih sebagai salah satu dari 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia oleh Forbes Magazine.[4] Belva juga merupakan alumni Universitas Harvard dan Universitas Stanford.
Latar belakang
Adamas Belva Syah Devara merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1990.[2] dari pasangan Tri Harsono dan Murni Hercahyani.[5]
Belva menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Islam Al Azhar 8, dan pendidikan menengah atas di SMA Presiden.[6] Ia pun dikenal aktif berorganisasi, terpilih untuk menjabat sebagai Ketua OSIS di SMA Presiden.[6]
Pada tahun 2007, Belva terpilih menjadi salah satu dari delapan siswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Singapura untuk melanjutkan studinya ke Universitas Teknologi Nanyang, Singapura, salah satu institut teknik terbaik di Asia.[7] Selama kuliah, Belva mendapatkan banyak prestasi akademis dan berhasil masuk pada Double Dean's List, dalam program studi Ilmu komputer maupun Bisnis. Pada tahun 2009, ia terpilih oleh universitas untuk ikut serta dalam program pertukaran pelajar ke Universitas Manchester, Manchester, Inggris.
Puncaknya pada tahun 2011, Belva berhasil meraih tiga medali emas prestisius dari Universitas Teknologi Nanyang, Lee Kuan Yew Gold Medal, (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di universitas), Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Ilmu komputer), dan Accenture Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Bisnis). Sembari kuliah, ia mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan berpengaruh di Singapura, Goldman Sachs dan Accenture. Selain prestasi akademis, Belva juga aktif dalam kegiatan organisasi. Ia dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia Singapura dan dinobatkan menjadi Young Leader for Indonesia 2011 oleh McKinsey & Company.[6][8]
Ia juga mendapatkan kesempatan terdaftar sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology. Belva juga tercatat terdaftar silang (cross-registered) sebagai mahasiswa di fakultas lain di Universitas Harvard, termasuk Harvard Law School, Harvard Medical School, dan Harvard Graduate School of Education.[10] Ia juga aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation.[6] Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat ini, dia mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.[11]
Karier dan Bisnis
Seusai studi sarjananya di Singapura, Belva memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menolak banyak tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi di Singapura. Di Jakarta, ia memutuskan untuk bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di bawah kepemimpinan Kuntoro Mangkusubroto, dan sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.[10] Dalam kapasitas tersebut, ia memimpin berbagai studi internasional mengenai transformasi sistem pendidikan dan strategi peningkatan kesehatan publik untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara, komunitas donor, dan agensi internasional, yang berbuah pada penghargaan Client First Award yang diraihnya sebagai salah satu konsultan manajemen terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2012.[12] Dari pengalaman ini, ia bertekad untuk juga terjun langsung untuk membantu Indonesia dalam transformasi sistem pendidikan. Pada tahun 2014, ia pun mendirikan Ruangguru, sebuah startup teknologi dengan misi sosial pendidikan, bersama dengan sahabatnya, Muhammad Iman Usman.
Setelah lulus dari program gelar ganda di Amerika Serikat, pada tahun 2016, ia memutuskan untuk fokus dalam perbaikan pendidikan di Indonesia, dan kembali ke tanah air menjabat sebagai posisi Direktur Utama di Ruangguru.[3] Di bawah kepemimpinan Belva, hanya dalam setahun, Ruangguru berkembang pesat lima kali lipat dan menjadi perusahaan teknologi pendidikan terbesar di Indonesia, menjangkau lebih dari 10 juta siswa dan 150.000 guru.[13][14]
“Kami percaya bahwa teknologi adalah kunci untuk melampaui pencapaian pendidikan nasional selama ini dan memastikan bahwa semua anak, tidak peduli domisili dan status ekonominya, memiliki akses yang sama terhadap konten pendidikan berkualitas tinggi. Kami sangat bangga dengan pencapaian tim Ruangguru, dan terus bersemangat bahwa kami mungkin akan menjadi katalisator utama dalam transformasi pendidikan di negara ini dengan teknologi.”[15]
Pada bulan November 2017, Belva diundang oleh Presiden Joko Widodo di rapat kabinet terbatas di Istana Bogor yang dihadiri oleh 19 menteri, mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja, hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.[16] Dalam rapat kabinet terbatas tersebut, Belva diundang untuk memberikan pandangan-pandangan apa yang diperlukan dalam menghadapi perubahan-perubahan teknologi yang sangat cepat di dunia pendidikan.[16]
Belva telah menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional atas kepemimpinanny, aktif berbicara di forum nasional dan internasional di lima benua, termasuk pada Global Education Technology (GET) Summit 2017 di Beijing, World Economic Forum on ASEAN 2018 di Hanoi, dan Mobile World Congress 2018 di Barcelona.[17] Pada tahun 2017, Belva mendapatkan penghargaan prestisius menjadi salah satu dari 30 pemuda di bawah umur 30 tahun tersuksez dalam bidang kewirausahaan teknologi di Asia oleh Forbes Magazine.[18]
Ia mundur dari jabatannya sebagai Staf Khusus Presiden setelah polemik dugaan konflik kepentingan dalam penunjukan Ruangguru sebagai salah satu mitra program Kartu Prakerja.[19]