Berkas suara ini dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal 23 Juni 2022 (2022-06-23), sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.
Bediding (bahasa Jawa: ꦧꦼꦣꦶꦣꦶꦁ bedhidhing)[1] adalah istilah untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat. Perubahan suhu yang demikian terjadi selama tiga hingga empat bulan dan selalu pada pertengahan tahun antara bulan Juni sampai Agustus.[2] Bediding juga dikenal sebagai musim bediding yang merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.[3]
Perubahan suhu
Daerah tropis memiliki suhu hangat yang biasanya mempunyai suhu di atas 22°C. Namun, pada musim bediding, suhu udara di beberapa tempat di selatan Indonesia bisa turun drastis, terutama wilayah dataran tinggi. Misalnya suhu di Purwokerto pada 7 Juli tahun 1996 pukul 03.30 WIB, suhu menyentuh angka 14°C, kemudian di Kota Malang pada tahun kemarau 2019 mencapai 14°C di pagi hari.[4] Sementara di Kota Bandung, suhu menyentuh angka 15°C pada Juli 2018,[5] suhu di Kota Yogyakarta juga turun menjadi sekitar 17°C pada dini hari,[6] sedangkan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pada dini hari Juni 2010 suhunya tembus 15°C.[6] Lebih dingin lagi, di Dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah serta Dataran tinggi Tengger, Probolinggo, Jawa Timur suhu udara pada musim bediding tahun 2018 mencapai -4°C,[7][8] sehingga sesekali terdapat hamparan salju tipis saat pagi hari karena embun yang membeku.[9] Rekor terdingin pernah terjadi di sekitaran puncak Gunung Slamet bagian selatan yang notabene merupakan titik terdingin di Jawa suhunya dapat tembus -10°C[10]. Selain itu, wilayah lain seperti Pulau Bali pun mengalami penurunan suhu ini seperti Kota Denpasar yang suhunya turun hingga 20°C dan daerah lereng Gunung Agung yang mengalami cuaca dingin ekstrem.[11][12]. Wilayah NTB pun juga mengalami fenomena bediding ini dengan penurunan suhu hingga menyentuh angka 16°C yang tercatat oleh Stasiun Klimatologi Lombok Barat.[13] Di wilayah NTT pun terjadi hal yang sama dengan wilayah Kabupaten Manggarai mengalami penurunan suhu hingga menyentuh angka 9°C dan Kota Kupang pun mengalami penurunan suhu hingga menyentuh angka 20°C pada dini hari.[14][15] Oleh karena bediding terjadi pada musim kemarau, hampir dipastikan tidak ada hujan selama periode ini.
Waktu dan proses terjadi
Pergerakan semu matahari
Periode bediding terjadi sekitar bulan Juli hingga Agustus.[16] Musim Bediding terjadi karena pada bulan-bulan tersebut, posisi matahari berada pada posisi terjauh di sebelah utara garis khatulistiwa sehingga menyebabkan belahan bumi sebelah utara menjadi panas dan belahan bumi selatan menjadi dingin. Letak pulau Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa menyebabkan wilayah-wilayah menjadi lebih dingin daripada biasanya. Angin musim dingin dari Australia juga turut andil menjadikan pulau Jawa menjadi lebih dingin.
Praktisi Cuaca dan Kelautan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung PerakSurabaya, Eko Prasetyo, menjelaskan, saat posisi pergerakan semu matahari tepat di 23,5° Lintang Utara (LU), belahan bumi selatan khususnya Australia memasuki musim dingin. Angin yang bertiup dari Benua Australia atau angin dari Timur dan Tenggara juga memengaruhi suhu udara sebagian besar wilayah di Indonesia. Berdasarkan catatan database BMKG Maritim, suhu minimum yang pernah dicapai tujuh tahun terakhir (sebelum tahun 2007) adalah 19°C pada tanggal 1 Juni 2004.[17]
Menurut Subekti, Kepala Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, suhu udara dingin ini dipengaruhi siklus musim kemarau yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi bumi langsung ke daerah yang lebih tinggi, sedangkan pada musim penghujan, panas bumi tertahan awan sehingga dipantulkan kembali ke bumi dan suhu udara menjadi lebih panas dibandingkan musim kemarau.[18] Puguh D., prakirawan BMKG Juanda, menjelaskan bahwa fenomena dingin yang dirasakan di sebagian wilayah Indonesia juga dipengaruhi jumlah awan di langit akibat musim kemarau. Karena hampir tidak ada awan saat malam hari, radiasi matahari yang diserap bumi saat siang hari akan kembali ke atas tanpa ada halangan awan sehingga suhu menjadi dingin.[17]
Menurut Pranata mangsa, suhu menurun dan terasa dingin (bediding) terjadi pada periode Mareng-Terang (antara 12 Mei hingga 21 Juni) yang panjangnya adalah 41 hari. Periode ini adalah saat yang tepat untuk menanam palawija; nila, kapas, serta menggarap tegalan untuk menanam jagung.[19]
Peternakan
Menurut Prof. Dr. Ir. Kamiso H.N., M.Sc., wabah penyakit pada perikanan sering muncul berhubungan dengan musim. Pada saat musim kemarau, sekitar Juli sampai September, sering muncul berbagai penyakit yang bersifat endemik dan oportunistik. Contohnya Aeromonas hydrophila (MAS), Pseudomonas sp. (BHS), Mycobacterium sp (Mycobacteriosis), dan Ichthyophthirius multifiliis (Ich). Hal tersebut disebabkan keterbatasan persediaan air sehingga kualitas air menurun, bersamaan dengan suhu air yang menjadi rendah. Di belahan bumi selatan Indonesia, musim kemarau bersamaan dengan musim “dingin” (bediding). Penurunan suhu udara akan menurunkan suhu air sehingga ikan menjadi stres, nafsu makan dan daya tahan tubuh menurun.[20]
Perubahan suhu kolam lele yang drastis antara siang dan malam hari selama periode bediding akan menyebabkan penyakit whitespot yang dapat mengakibatkan kematian pada lele. Selain itu, lele mudah terserang banyak penyakit ketika suhu kolam kurang dari 25°C.[21]