Bandungan berasal dari kata "bendungan". Diceritakan hidup pasangan suami istri Kyai Sanggem dan Nyai Sanggem. Kedua pasutri tersebut bersemedi dan memperoleh wangsit untuk mencari sumur di lereng Gunung Ungaran guna memperoleh keturunan. Setelah memperoleh keturunan Kyai Sanggem mendapatkan wangsit kembali untuk menutup sumur tersebut agar tidak terjadi bencana bagi desa dibawahnya dengan konsekuensi tidak ada mata air lagi di desanya.
Kemudian Kyai Sanggem menutup sumur (membendung) tersebut dengan gong. Desa tersebut kemudian terkenal dengan nama Bandungan. Makam ke dua pasutri tersebut bisa ditemukan di belakang kantor kecamatan bandungan.
Kecamatan Bandungan terletak di lereng Gunung Ungaran telah dikenal sejak masa kolonial sampai sekarang sebagai objek wisata pegunungan (naar boven) bagi warga kota besar di sekitarnya, seperti Semarang, Ungaran, Salatiga, dan Ambarawa. Berbagai rumah peristirahatan dibangun sebagai losmen, hotel, hingga villa. Terdapat taman wisata (New Bandungan Indah Waterpark and Family Resort, lebih dikenal sebagai Taman PJKA Bandungan) yang menawarkan udara sejuk, taman, permainan di alam, kolam renang, dan pemandangan indah ke arah Rawa Pening, Gunung Merbabu, dan Merapi. Di kecamatan ini (Desa Candi) juga terdapat Candi Gedongsongo dan Candi Asu.
Selain itu, terdapat pula pasar wisata yang terutama menjual sayur, buah, dan tanaman hias khas pegunungan yang cukup besar di kecamatan ini (Desa Bandungan). Lokasi pasar tepat berada di Alun - Alun Bandungan. Wisatawan bisa membeli oleh-oleh makanan khas Bandungan seperti kerupuk opak, tahu, dan torakur.[2]