Asrizal Nur
Asrizal Nur (lahir di Pekanbaru, Riau, 16 November 1969; umur 52 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Ia terkenal lewat puisi-puisi yang ditulis dan dibacakan dengan ciri khas musik dan drama. Asrizal Nur dikenal sebagai salah satu inisiator dan penggagas Hari Puisi Indonesia, yang paling dikenal dengan karya spektakulernya konser puisi multimedia, sebuah sumbangsih karya yang telah memberikan warna baru dalam pementasan puisi di Indonesia. Ia manggung membacakan puisi di berbagai negara khususnya di wilayah ASEAN. Di antaranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand dan Korea Selatan.[1] Bibliografi
Kiprah di Dalam NegeriSejak kecil Asrizal Nur sudah aktif di dunia seni dan teater. Setelah besar, Asrizal Nur hijrah ke Jakarta tahun 1995, sejak tahun 2002 menetap di kota Depok. Sebagai seniman, Asrizal Nur dikenal juga sebagai tokoh teater buruh dengan sanggar buruh bernama Sanggar Pabrik. Sebagai usahanya memberikan pencerahan dan penyadaran kepada buruh melaui kesenian. Namun usaha selalu terganjal oleh system ordebaru yang tidak berpisahak kebebasan berekspresi. Tahun 1995 Pemntasan Sanggar Pabrik perdana bertajuk Surat Cinta Kepada Marsinah dibubarkan berbuntut panjang sampai di PTUN, Alhamdulillah menang di PTUN. Kemudian keluar SKB 3 Menteri dengan juklaknya berisikan bahawa setiap acara kebudayaan tidak perlu lagi mengurus surat izin dan pemberitahuan, adalah salah satu kontribusinya berkesenian di negeri merdeka. Tahun 1997, ia dan istrinya baru melahirkan bersama kawan2 ditangkap dan dipenjarakan karena menggelar acara Gelar Seni Orang Pinggiran. Setelah reformasi ia kembali pada akifitas kebudayaan dan menggelar pembacaan puisi dalam dan luar negeri.[1] Ia berperan dalam perkembangan puisi di Indonesia. Asrizal Nur menggagas "puisi multimedia", lalu menggagasa Hari Puisi Indonesia dan juga mengenalkan puisi di kancah Asia Tenggara. Namun di dalam negeri, selain menulis dan membaca puisi, Asrizal Nur aktif di berbagai kegiatan. Salah satunya menjadi juri di berbagai lomba puisi di dalam dan luar negeri. Ia pernah menjadi juri pada lomba baca puisi tingkat nasional yang digelar oleh Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah bersama sastrawan Fatin Hamama dan Sendang Mulyana dosen UNNES.[4][5] Dalam gerakan kebudayaan Asrizal Nur juga menginisiasi dan menggagas Anugerah Pantun Mutiara Budaya Indonesia, adalah sebuah ajang apresiasi tertinggi bagi para pegiat sastra pantun di Indonesia, yang dilaksanakan 27 Desember 2020 di Batam. Menurutnya sebagai penggerak kebudayaan, ini adalah kerja konkrit dalam pelestarian budaya.[1] Selain mendirikan ruman seni Asnur, inovasi Asrizal Nur dalam gerakan Kebudayaan terus di kembangkan, salah satunya dengan mendirikan Serumpun TV sebuah media penyiaran streaming dan majalah digital yang concern pada edukasi kebudayaan negara serumpun.[1] Tokoh Penggerak KebudayaanSelain itu, ia dikenal pula sebagai penggerak kebudayaan. Sebagai penggerak kebudayaan, telah banyak aktifitas kebudayaan yang diselenggarakannya, antara lain :
Peran dan Kiprah di Asia TenggaraAsrizal Nur aktif berperan di kancah nasional maupun internasional yang menggagas puisi multimedia. Suatu ketika, dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun 1990, hendak dipahat di ibu kota. Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara. Tidak puas dengan kegiatan itu, Asrizal Nur kembali membawa wajah melayu Riau ke Jakarta dengan menggelar Festival Kesenian Riau TIM pada tahun 2002. Tahun 2004, Asrizal Nur membawa tim kesenian Bengkalis untuk tampil keliling Eropa. Di tahun berikutnya, menampilkan pembacaan puisi tunggal Rida K. Liamsi di TIM. Ditahun 2006, ia menggelar Festival Sastra Negeri Kata-kata dan menyelengara jalan bersama penyair dengan bupati dan wali kota melayu se-Indonesia.[2] Asrizal Nur mulai mengenalkan pertunjukan puisi multimedia sejak tahun 2005 lalu dikenalkan ke beberapa daerah di Indonesia dan negara ASEAN dan Asia antara lain, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand dan Korea Selatan. Dengan pembacaan puisinya yang berbeda itu yakni dengan mengkolbarasi pembacaan puisi dengan musik dan video, ia kerapkali dapat undangan dari berbagai negara. Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia pernah mengundang Asrizal Nur dan Sutardji Calazoum Bachri dalam acara Poetry Reading ASEAN atau Deklamasi puisi ASEAN, tahun 2015 di Kuala Lumpur. Pada tahun 2021 Asrizal Nur yang dikenal pelopor penyair multimedia Asia Tenggara (ASEAN) kembali diundang dalam acara baca puisi tingkat internasional, oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Ia diundang dalam rangkaian acara Festival Puisi Antar Bangsa, 19-2S April 2021 melalui streaming. Asrizal Nur mendapat jatah jadwal tampil pada Selasa, 20 April 2021 dengan membacakan puisi karyanya yang berjudul Janji Musafir. Sekitar 20 negara terlibat di acara ini. Antara lain, Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Thailand, China, Korea Selatan, Jepang, Australia, Azerbaijan, Belanda, Italia, India, Ubzekistan, Belgia dan lain-lain. Dari Indonesia, selain Asrizal Nur ada juga Joko Pinurbo, Chavchai Syaifullah dan Tarmizi Rumah Hitam.[6][7] Aktivitas Baca SajakSelain kiprah di atas, sebagai penyair, Asrizal Nur sudah berkiprah dalam membaca sajak di dalam maupun luar negeri, di antaranya;
Penghargaan
Organisasi
Daftar Rujukan
|
Portal di Ensiklopedia Dunia