Asnawi Bahar
H. Asnawi Bahar, S.E., M.Si. (lahir 3 April 1961) adalah seorang pengusaha dan politikus Indonesia asal Sumatra Barat yang bergerak di bidang pariwisata. Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia) dua periode yakni 2011–2016 dan 2016–2019.[2][3] Pada periode pertamanya ia terpilih dalam Musyawarah Nasional (Munas) yang digelar di The Sunan Hotel, Solo, Jawa Tengah. Sebelumnya, Asnawi menjabat sebagai Wakil Ketua DPP Asita selama dua periode serta sebagai Ketua DPD ASITA Sumatra Barat juga selama dua periode.[4] Latar belakangAsnawi Bahar dilahirkan di Tanjung Balai, Asahan, Sumatra Utara pada 3 April 1961.[5] Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana sebagai seorang putra dari jaksa Baharudin Labai dan Nuraini. Ia yang biasa dipanggil Ucok adalah anak dari sepuluh bersaudara. Ia mengaku sering diusir sekolah karena sering terlambat membayar uang sekolah ketika SMP dan SMA. Setelah ibunya meninggal dunia pada 1977, keluarganya pindah ke Jakarta, tetapi ia memutuskan tetap tinggal di Padang menyelesaikan sekolahnya yang hampir selesai.[6] Pendidikan
Kuliah dan karierSetamat dari SMA Don Bosco Padang, ia diterima berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, Kota Padang pada 1981. Ia mengaku harus mencicil uang masuk kuliah karena orang tuanya tidak mampu membiayainya dan mencari pinjaman uang. Ia lalu memulai beberapa usaha agar dapat meneruskan kuliahnya. Karena sibuk berbisnis dan lebih banyak bermain domino bersama teman-teman, kuliahnya sempat terganggu karena jarang menghadiri kuliah. Pada 1986, ia diajak temannya, Wardi Asmawi untuk bekerja sama berbisnis dalam usaha pengadaan alat tulis dan cetak.[6] Pada 1989, ia mendirikan dan menjabat Direktur Utama PT Minang Permai Sejati.[7] Asnawi banyak menjalankan usaha proyek dari Perusahaan Listrik Negara dan Perusahaan Daerah Air Minum.[6] Pada 1992, ia menjabat Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Sumatra Barat. Empat tahun kemudian, ia menjabat Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumatra Barat.[7] Pasca reformasi Indonesia, ia dituduh melakukan korupsi dan didesak mundur dari jabatan Ketua KNPI Sumatra Barat. Ia juga sempat diperiksa oleh kejaksaan. Pada 1999, ia memindahkan usahanya ke Riau karena merasa tidak nyaman dengan tuduhan yang menderanya. Ia mendapat kontrak puluhan miliar rupiah dengan PT Caltex di Riau. Kemudian ia kembali pulang ke Padang.[6] Pada 2001, ia kembali bergabung dalam DPD KNPI Sumatra Barat sebagai wakil bendahara hingga 2006. Pada 2002, ia menjabat Ketua DPD ASITA Sumbar hingga 2010. Pada 2005, ia menjabat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Sumatra Barat dua periode hingga 2016. Pada 2006, ia mendirikan dan menjadi Direktur Utama PT Karya Utama Muda.[7] Asnawi Bahar meraih gelar Magister Sains Manajemen Pasca Sarjana dari Universitas Bung Hatta (UBH), Padang pada tahun 2007. Karier politikAsnawi pernah maju sebagai calon wali kota dalam pemilihan umum Wali Kota (Pilwako) Padang 2013 menggandeng Surya Budhi melalui jalur perseorangan/independen.[8] Namun, pasangan ini hanya berhasil mendapatkan 12.626 atau 4,03% suara sah dan berada di peringkat kedelapan.[9] Asnawi maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dalam pemilihan umum legislatif Indonesia 2019.[10][11][12] Ia mundur dari jabatan Ketua ASITA pada 16 Januari 2019 untuk berfokus pada pemilu.[13] Ia memperoleh 88.117 suara dan berada di peringkat kesepuluh.[14][15][16] Sebagai kader Partai Amanat Nasional, Asnawi sempat diajukan sebagai salah satu bakal calon wakil wali kota Padang pada 2021.[17] Kehidupan pribadiAsnawi menikahi Elyana Novira, putri dari Gubernur Sumatra Barat Hasan Basri Durin, pada 1987.[6] Elyana Novira adalah seorang doktor dan akademisi hukum yang berprofesi sebagai dosen pegawai negeri sipil yang ditugaskan di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.[18][19][20][21] Pasangan ini dikaruniai lima orang anak bernama Oki Kurniawan, M. Ikhsan Restianda, Istiasa Akbar, Siti Aliani Danira, dan Adianti Ashantia.[6] Referensi
|