Antonietta Meo
Antonietta Meo (15 Desember 1930 – 3 Juli 1937), panggilan kesayangannya Nennolina, adalah calon Santa termuda—yang merupakan "Pengaku Iman" (bukan martir)-- sepanjang sejarah Gereja Katolik. Nennolina hanyalah seorang anak kecil biasa dengan umur yang tidak panjang, tidak sampai 7 tahun. Ia adalah seorang gadis periang sebagaimana gadis kecil lain seusianya. Sebelum genap berusia 5 tahun, ia divonis menderita kanker tulang osteosarcoma sehingga kaki kirinya kemudian harus diamputasi pada 25 April 1936—saat umurnya 5 tahun 4 bulan. Kekudusan sang gadis kecil sangat jelas terlihat; ia tidak kehilangan kegembiraannya, penderitaannya dijadikan sebagai 'silih' bagi pertobatan para pendosa; bahkan Paus Pius XI, paus pada saat itu, memohon agar Nennolina mendoakannya. Ternyata amputasi pada kaki kiri Nennolina tidak dapat menghentikan tumor ganas yang telah menyebar ke seluruh tubuhnya, dan hidupnya di dunia berakhir sekitar setahun kemudian. Pada tanggal 17 Desember 2007 Paus Benediktus XVI mengakui kebajikan heroik yang dilakukan Nennolina semasa hidupnya yang sangat singkat itu, sehingga anak suci tersebut sekarang dapat disebut Venerabilis Antonietta Meo. Awal mulaAntonietta Meo dilahirkan dalam keluarga berada dan terhormat di kota Roma - Italia pada tanggal 15 Desember 1930. Ia adalah anak keempat dari pasangan suami-istri Maria dan Michele Meo, dan beroleh panggilan kesayangan "Nennolina" dari orangtuanya. Kedua kakaknya, Carmela dan Giovanni, meninggal setelah dilahirkan sehingga Nennolina hanya mempunyai seorang kakak yang masih hidup yaitu Margherita. Rumah mereka terletak di dekat Basilika Salib Suci di Yerusalem (Basilica di Santa Croce in Gerusalemme) yang adalah gereja parokinya.[1][2] Sang kakak, Margherita, mengenang,
Bulan Oktober 1933, ketika Nennolina berusia tiga tahun, ia masuk taman kanak-kanak yang dikelola oleh para suster di dekat rumahnya.[1] Kata kakaknya,
Nennolina senang mengikuti pelajaran katekese sebagaimana diungkapkannya dalam surat yang ditulisnya kepada Yesus: "Aku pergi dengan antusias, sebab aku belajar begitu banyak hal indah mengenai Engkau dan para kudus-Mu." Ia menjadi suka berdoa dan bercakap-cakap dengan Yesus, yang dianggapnya sebagai sahabat. Para suster sering melihat Nennolina mendekati tabernakel sambil berseru: "Yesus, ayo main bersamaku!" Sang ibu mengenang benih kesucian anak bungsunya—Nennolina:
Referensi dan Pranala luar
Catatan
|
Portal di Ensiklopedia Dunia