Aliansi Britania Raya–Jepang (日英同盟code: ja is deprecated , Nichi-Ei Dōmei) adalah persekutuan yang disepakati di Lansdowne Club, London,[1] pada tanggal 30 Januari 1902 oleh Sekretaris Luar Negeri Britania Raya Lord Lansdowne dan Menteri Jepang di London Hayashi Tadasu. Pencapaian diplomatik ini mengakhiri kebijakan splendid isolation Britania Raya. Aliansi ini diperbaharui dua kali pada tahun 1905 dan 1911, tetapi dihentikan pada tahun 1921. Aliansi ini secara resmi dibubarkan pada tahun 1923.
Latar belakang
Britania Raya dan Kekaisaran Jepang telah mempertimbangkan persekutuan semenjak tahun 1895. Britania Raya mendukung upaya modernisasi Jepang dan keduanya telah bekerja sama dalam upaya pemadaman Pemberontakan Boxer. Pada akhirnya, faktor utama yang menjadi pendorong disepakatinya persekutuan ini adalah kepentingan bersama dalam melawan perluasan wilayah Rusia di Asia. Hal ini tampak jelas pada awal tahun 1890-an. ketika Diplomat Britania Raya Cecil Spring Rice menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menahan kekuatan Rusia di wilayah tersebut adalah dengan bekerjasama dengan Jepang.[2] Negosiasi dimulai setelah Rusia mulai bertindak di Tiongkok, tetapi Britania Raya masih ragu karena belum mau meninggalkan kebijakan splendid isolation. Selain itu, Britania Raya tidak ingin bermusuhan dengan Rusia dan juga tidak mau terseret dalam perang bila Jepang menyerang Amerika Serikat. Di Jepang sendiri masih ada faksi yang mengharapkan kompromi dengan Rusia, termasuk tokoh politik Jepang yang sangat berpengaruh Hirobumi Itō yang telah menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang sebanyak empat kali. Lebih lagi, Britania Raya tidak mau melindungi kepentingan Jepang di Korea, sementara Jepang tidak ingin mendukung Britania Raya di India.
Hayashi dan Lord Lansdowne memulai perbincangan mereka pada Juli 1901, walaupun sengketa terkait Korea dan India menunda mereka hingga November. Pada saat itu, Hirobumi Itō meminta penundaan agar dapat berdamai dengan Rusia, tetapi ia tidak berhasil. Britania Raya pun merasa khawatir akan sikap Jepang yang bermuka dua, sehingga Hayashi kembali bernegosiasi pada tahun 1902.
Isi perjanjian tahun 1902
Perjanjian ini berisi enam pasal:
Pasal 1
Kedua Pihak yang Berjanji yang telah mengakui kemerdekaan Tiongkok dan Korea menyatakan bahwa mereka tidak terpengaruh oleh kecenderungan untuk menjadi agresif di negara mereka masing-masing, tetapi dengan menimbang kepentingan khusus mereka (seperti kepentingan Britania Raya terutama di Tiongkok, sementara Jepang selain kepentingannya di Tiongkok memiliki kepentingan istimewa secara politik dan juga komersial dan industrial di Korea), Kedua Pihak yang Berjanji mengakui bahwa salah satu dari mereka dapat mengambil tindakan untuk menjamin kepentingan-kepentingan tersebut bila diancam oleh tindakan agresif negara lain atau oleh gangguan keamanan di Tiongkok atau Korea, yang memerlukan intervensi dari salah satu Pihak yang Berjanji untuk melindungi nyawa dan hak milik warganya.
Pasal 2
Pernyataan netralitas bila salah satu pihak terlibat dalam perang seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1.
Pasal 3
Pemberian dukungan bila salah satu pihak terlibat dalam perang dengan lebih dari satu negara
Pasal 4
Kedua pihak berjanji untuk tidak membuat perjanjian terpisah dengan negara lain yang merugikan aliansi ini
Pasal 5
Kedua pihak berjanji untuk berkomunikasi secara jujur dan sepenuhnya dengan satu sama lain bila salah satu kepentingan yang berkaitan dengan perjanjian ini sedang dalam bahaya
Pasal 6
Perjanjian ini berlaku selama lima tahun dan kemudian ditambah satu tahun lagi sebagai rentang waktu pemberitahuan, kecuali bila pemberitahuan diberikan sebelum berakhirnya tahun keempat.[3]
Walaupun ditulis dengan bahasa yang jelas dan berhati-hati, kedua pihak memiliki interpretasinya sendiri: Britania Raya menganggapnya sebagai peringatan yang halus kepada Rusia, sementara Jepang menjadi lebih berani dalam mengambil tindakan di Asia Timur.