Akademi Militer Tangerang adalah sebuah akademi untuk militer yang berlokasi di Tangerang yang didirikan pada tanggal 18 November 1945 untuk menambah kekurangan kader dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Akademi ini dibubarkan pada tanggal 22 Maret 1946.[1]
Daan Mogot, berbekal pengalamannya sebagai pelatih PETA di Bali, bersama rekan-rekannya sesama perwira menengah TKR, seperti Kemal Idris, Daan Jahja dan Taswin, menggagas pendirian akademi militer untuk melatih calon-calon perwira TKR dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Gagasannya ditanggapi serius oleh Markas Besar Tentara (MBT) di Jakarta dan pada 18 November 1945 berdirilah Militaire Academie Tangerang (MAT), dan Daan Mogot pun dilantik sebagai Direktur.[1]
Pada tahap awal direkrutlah 180 orang calon kadet angkatan pertama yang akan dilatih menjadi perwira. Di antara mereka terdapat mahasiswa yang berasal dari Sekolah Kedokteran Ika Daigaku Jakarta. Mereka dipersiapkan menjadi komandan peleton, komandan kompi bahkan komandan batalyon.[1]
Sejumlah perwira dan bintara yang menjadi pelatih/instruktur MAT antara lain Kapten Taswin, Kapten Tommy Prawirasuta, Kapten Rukman, Kapten Kemal Idris, Kapten Oscar (Otje) Mochtan, Kapten Jopie Bolang, Kapten Endjon Djajaroekmantara, Sersan Bahruddin, dan Sersan Sirodz.[1]
Metode pendidikan yang diberikan sama seperti diperoleh dari Jepang. Peserta mencapai 200 pemuda berpendidikan sekolah menengah. Sebelum menerima pendidikan selama 3 bulan di Akademi Militer Tangerang, siswa diberi pelajaran (recrutering) di Asrama Prapatan Jakarta. Lulusannya ditempatkan di Resimen V juga ke seluruh Divisi Siliwangi dan Inspektorat Infanteri di Yogyakarta.[1]
Proses pendidikan
Metode pendidikan yang diberikan sama seperti diperoleh dari Jepang. Peserta mencapai 200 pemuda berpendidikan sekolah menengah. Sebelum menerima pendidikan selama 3 bulan di Akademi Militer Tangerang, siswa diberi pelajaran (recrutering) di Asrama Prapatan Jakarta.[2]
Pertempuran Lengkong
Pada tanggal 24 Januari 1946, Kepala Staf Resimen IV Tangerang Mayor Daan Jahja menerima informasi intelijen bahwa pasukan Belanda dan KNIL sudah menduduki Parung dan akan merebut depot senjata tentara Jepang di Lengkong (belakangan diketahui bahwa Parung baru diduduki Belanda bulan Maret 1946).[1]
Gerakan militer Belanda itu akan mengancam kedudukan Resimen IV Tangerang dan Akademi Militer Tangerang secara serius. Sebab itu pihak Resimen IV Tangerang mengadakan tindakan pengamanan. Mayor Daan Yahya segera memanggil Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo, perwira penghubung yang diperbantukan kepada Resimen IV Tangerang.[1]
Tanggal 25 Januari 1946 sekitar pukul 14.00, setelah melapor kepada Komandan Resimen IV Tangerang Letnan Kolonel Singgih, berangkatlah pasukan di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot dengan berkekuatan 70 kadet MA Tangerang dan 8 tentara Gurkha.[1]
Perwira lainnya adalah Letkol. Suroto, Letnan Polisi Militer Soebianto Djojohadikusumo, Letnan Sutopo (semua gugur dalam Pertempuran di Kerawang dan Lengkong), Mayor Daan Yahya, Mayor Singgih, dan lain-lain.[1][2]
Setelah Daan Mogot gugur, Kapten Kemal Idris diangkat sebagai Direktur Akademi Militer Tangerang.[1]
Pembubaran
Beberapa saat sebelum akademi dibubarkan, Kepala Staf Umum Tentara Republik Indonesia Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo melantik 129 kadet yang menyelesaikan pendidikan militer sebagai calon perwira. Akademi secara resmi dibubarkan pada tanggal 22 Maret 1946.[1] Lulusan Akademi Militer Tangerang ditempatkan di Resimen V juga ke seluruh Divisi Siliwangi dan Inspektorat Infanteri di Yogyakarta.[2]
Lihat Juga
Referensi