Ir. H. Achmad Noe'man (10 Oktober 1925 – 4 April 2016) adalah seorang tokoh arsitek Indonesia yang dikenal mendedikasikan hidupnya untuk membangun masjid sehingga dijuluki "Arsitek Seribu Masjid" dan "Maestro Arsitektur Masjid Indonesia". Noe'man juga merupakan pendiri stasiun radio jazz pertama di Bandung, KLCBS.[1] Ciri khas dari karyanya adalah bentuk masjid yang tidak memiliki kubah.[1][2]
Biografi
Kehidupan Awal
Achmad Noe'man adalah putra dari Muhammad Jamhari, pendiri Muhammadiyah di Garut.[3] Salah satu saudaranya bernama Ahmad Sadali. Noe'man mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Budi Priyayi Ciledug, Garut, kemudian dilanjutkan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang sama. Setelah sekolahnya ditutup pasca Kemerdekaan Indonesia), Noe'man melanjutkan ke MULO Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah Yogyakarta.[3] Noe'man bercita-cita menjadi arsitek dan meneruskan ke Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung yang ketika itu tidak menyediakan jurusan yang diinginkan sehingga ia memilih masuk jurusan bangunan Fakultas Teknik Sipil pada tahun 1948.[4]
Noe'man sempat meninggalkan bangku kuliah untuk bergabung dengan Corps Polisi Militer pada masa penyerahan kekuasaan dari Belanda terhadap TNI. Saat itu ia masuk dengan pangkat Letnan Dua dan menekuni karier militer hingga tahun 1953.[5]
Sebagai Arsitek
Setelah mengetahui bahwa Universitas Indonesia, Bandung (sekarang ITB) membuka fakultas teknik jurusan Arsitektur, Noe'man berhenti dari militer dan mengambil pendidikan sebagai arsitek. Pada tahun 1958 Noe'man telah menyumbang keahliannya di tempat ayahnya yaitu Masjid Muhammadiyah Garut sebelum dia mendapat gelar Insinyur.[6] Setelah lulus pada tahun 1953, Noe'man menjadi asisten Prof. Van Roemondt, dosen arsitektur Islam di kampusnya dan memulai pembangunan masjid fenomenal pertamanya di ITB dengan gagasan tanpa kubah.[6] Presiden Soekarno menyambut positif gagasannya dan memberinya nama Masjid Salman pada tahun 1964.[6] Pada tahun 1975, Noe'man merancang Masjid Al-Markazi di Makassar atas permintaan Jenderal Muhammad Yusuf.[6]
Seusai membuat Masjid Salman dan masjid Al-Markazi, Achmad Noe'man sempat dicap sebagai arsitek "anti-kubah". Akhirnya, sekitar tahun 1980-an, Noe'man membuat masjid berkubah, yaitu At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.[6] Noe'man juga merupakan salah satu pendiri Ikatan Arsitek Indonesia dan juga aktif mengajar sebagai dosen di jurusan Arsitektur dan dosen luar biasa di jurusan Seni rupa ITB hingga tahun 2005.[5][7]
Ciri Khas
Achmad Noe'man adalah seorang arsitek yang dikenal di kalangan komunitas arsitektur sebagai sosok seorang Muslim yang taat.[8] Noe'man adalah pelopor desain bangunan masjid tanpa kubah dengan karyanya yang pertama Masjid Salman Institut Teknologi Bandung pada tahun 1964[4] Selain menurutnya di Al- Quran tidak mengharuskan sebuah masjid untuk memiliki kubah, kubah memiliki bobot yang berat dan harus ditopang oleh tiang penyangga.[5] Sehingga ciri lain desain masjidnya adalah meminimkan pemakaian tiang agar tidak mengganggu barisan (shaf) dalam salat.[7]
Namun tidak semua karya Masjid Achmad Noe'man tidak memiliki kubah seperti pada Masjid Islamic Center Jakarta, Masjid Istiqlal Sarajevo dan Masjid At-Tin.[7]
Karya Pilihan
- Masjid Salman ITB, Bandung[2]
- Masjid Al-Furqon, UPI, Bandung[1]
- Masjid At-Tin, TMII, Jakarta[7]
- Masjid Al-Markaz Al-Islami, Makassar[2]
- Masjid Raya Bandung[9]
- Masjid Asy-Syifa Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung[2]
- Masjid Lambung Mangkurat, Banjarmasin[2]
- Masjid Taman Ismail Marzuki, Jakarta[2]
- Masjid Agung Al Akbar, Surabaya[2]
- Masjid Syekh Yusuf, Cape Town, Afrika Selatan[10]
- Masjid Istiklal, Sarajevo, Bosnia[2][7]
- Mimbar Masjid Al Aqsa, Palestina[2]
- Masjid Islamic Center Jakarta[7]
- Masjid Al-Hurriyyah di Institut Pertanian Bogor.
Referensi
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|